Sore itu
senja terlelap
pada kelopak bunga
yang telah berguguran
di pekarangan rumahmu
Aku terdiam dalam hening
memandangi raut wajah      Â
yang pucat dalam-dalam
di antara rona jingga
Tubuhmu kurus
tak seelok dahulu
matamu telah lama layu
bersama kepedihan; gersang
Bibirmu tidak lagi memikat nafsu
kini hanya retakan-retakan yang tersisa
Ya, aku hanya bisa berharap pada Tuhan
Bahwa semua ini hanyalah sebuah khayalan
Senyum dan candamu itu akan jadi kenangan
Pada muara yang dipenuhi air mata kerinduan
 Langit pun enggan berganti kelam; pada senja
 aku selalu berbagi cerita; tentang suka dan duka
 hingga tidak terasa kini semua akan jadi cerita
 tentang perjalanan yang telah kita arungi
dengan seribu mimpi dalam genggaman
kini akan menjadi sebuah kepedihan bagiku
Aku merindukanmu
Di sini duka luka    Â
suka lara
dalam dada
Kau akan selalu aku kenang dalam sanubari
Aku meridoimu
Aku merelakanmu
Aku
Kau
Kita
Kini telah berbeda      Â
Tenanglah di sana; Kasih
Cianjur, 22 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H