Aku hanya seorang petani
Berangkat di kala embun pagi
Membasahi rumput di sepanjang sawah
Menemani kaki ini setiap langkah
Â
Mentari pun belum menampakkan diri
Menyinari senyum yang tersungging
Di antara kerasnya hidup
Memenjarakan semua mimpi
Â
Aku hanya seorang petani
Bermandikan lumpur dan terik mentari
Kulit hitam pun penuh lebam
Berfarpumkan keringat yang mengucur
Â
Petani hanya gelar yang enggan diminati
Kerjanya mencari nafkah dari hasil bumi
Yang tak tentu kapan harga akan stabil
Untuk menafkahi anak yang masih kecil
Â
Dua bulan sekali kami memetik hasil
Jerih payah yang direndahkan para petinggi
Akibat kerja kami tak pakai dasi
Hingga nasib petani semakin mengecil
Â
Cianjur, 12 April 2017
Â
Asep Dani
Mahasiswa, Pengajar dan Penggiat Literasi