Sudah kukatakan aku tidak mau berurusan dengan konflik. kenapa kalian menyeretku juga,,, membobol lamunanku yang hinggap dalam kedamaian,,, Sudah,,, sudahlah,,, aku sudah bilang,, aku tidak mau berurusan dengan headline dan highlight, kenapa kalian malah membuat arca dan patung award seakan akan itu suatu kebanggaan? Tidak,, tidak,, jangan paksa aku menjadi kodok dalam tempurung, jangan aku jadikan lebih kerdil lagi.
Aku sudah muak,,, Bangsat,, lagi lagi kalian datang membawa segenggam emas, apa kau kira aku ini buta? Aku tidak silau oleh gemerlap intan berlian yang ada dalam genggaman kalian, bagiku semua hanya belati. Ya,,, belati yang kemarin menusuk punggung menembus jantungku..
Apa kalian tidak tahu, aku sudah berguru kepada kearifan, diatas gunung semeru, yang bergelut dalam kabut putih fatamorgana,, dibawah debu dan pasir yang menghiasi dinding kalbuku. Bagaimana mungkin kearifan membuatku silau oleh nyanyian nyinyir yang kalian suarakan penuh penderitaan.
“Faqir,, ambillah piala ini” kataku dalam kebisuan
Faqir menghampiriku berupa bayangan masa lalu, dia mengambil piala itu dalam kepunahan.
“Wahai paduka raja, apa ini?”
“Piala Headline dan Highligh award”
“Kenapa paduka raja memberikannya kepada saya?”
Aku meliriknya tajam, diam-diam aku kasihan,, ku hela nafas sebentar,,
“Itu tidak lagi berguna”