Mohon tunggu...
asep abdillah
asep abdillah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Membaca dan menulis kesukaan saya sejak kecil. Masa remaja terganggu kebiasaan baru main bola dan futsal. Sekarang ingin kembali meneruskan hobby lama, menulis,... Gasspolll...! Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Seorang Santri

23 Maret 2023   16:22 Diperbarui: 23 Maret 2023   17:49 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ ya bagus Nisa, lumayan.., lebih sering lagi ya muroja’ah dan menyimaknya:..!

Ustad Ahmad mengomentari bacaan yang baru saja dilakukan oleh Nisa.

“ Sekarang antum, Ilham, silahkan baca..!”

“ bismillahairrahmanirrohiim,,,,! Ilham pun langsung membaca logatan yang baru saja dibackan oleh Nisa sebagai pembanding.

“ terus Mamah dulu, kalau ingin  ketemuan sama Ayah dimana ? Tanya Arini penasaran.

“ Yaaah..., kan di pengajian juga ketemu, gak usah ada waktu ketemuan khusus. Lagi pula kan di pesantren mah, malu atuh kalau berduaan ikhwan dan akhwat. Dilarang keras  sama pengurus pesantren. Paling kalau kangen bikin surat-suratan, he he...”.

Memang saat itu, belum ada alat komunikasi secanggih sekarang. Tradisi berkirim surat lewat pos masih dalam masa kejayaannya. Tahun 90 dan Tahun 2000 baru booming alat  komunikasi yang semakin canggih, Gadget, atau HP sudah menjadi kebutuhan dan mengalahkan alat komunikasi lain seperti telepon kabel dan lain-lain.

“ Mamah dan Papahmu dulu belum kenal HP seperti sekarang” Ibu Nisa menjelaskan.

“ oooh jadi papah kalau ingin ketemu sama Mamah gimana doong? Arini penasaran.

“ Ya janjian saja sama sobatnyanya, titip pesan. “ Nisa mengakiri percakapan sambil bergegas ke dapur mengambil air minum.

             Ustad Ahmad dan Ustadzah Nisa kini hidup bahagia dengan ketiga putra putrinya. Kini ayah yang punya usaha sampingan berwirausaha peternakan ini beserta adiknya menjadi pelopor membuka dan mengelola pesantren kecil di daerahnya. Ahmad menamakan pesantrennya sama dengan nama pesantren tempat ia dahulu mondok yakni : Al-Khairiyyah.  Pesantren yang ia kelola sekarang sudah berkembang dengan pesat. Bukan tanpa alasan Ahmad, menamakan pesantrennya Al-Khairiyyah itu. Ahmad berpendirian dengan nama itu sebagai prasasti dan penghormatan kepada Guru-guru yang ada dilingkungan pesantren sewaktu ia mondok dahulu. Sebaga kenangan terindah, karena selain mendapat ilmua agama, ia juga menapat kitab ‘antingan’ atau jodoh. Kini pesantrennya berkembang dengan membuka Pendidikan formal Madrasah Ibtida’iyah dan Madrasah Tsanawiyah yang ia kelola beserta keluarga dilingkungan pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun