Mohon tunggu...
asep m. muhaemin
asep m. muhaemin Mohon Tunggu... Wiraswasta - AsepMM

positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Tina, Gadis Belia yang Terusir dari Kampungnya (Apa yang Harus Saya Lakukan?)

20 Februari 2016   16:03 Diperbarui: 21 Februari 2016   17:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua kamu ke mana?

“Orang tua saya dua-duanya sudah meninggal.”

Coba kamu ceritakan bagaimana kamu sampai di sini?

“Sebenarnya saya diusir sudah dua kali, pertama saya diusir oma saya di Tarutung, Sumatera Utara. Waktu itu saya pulang kerja kelompok pulang agak malam, disangkanya saya nakal dan main-main. Saya SMP kelas 3. Setelah itu saya diusir Oma, terus tinggal sementara seminggu di rumah teman. Saya menunggu keluarga nyariin saya, tapi ditunggu seminggu keluarga saya tidak nyari.

Akhirnya saya minta keluarga teman untuk carikan pekerjaan. Keluarga teman saya dapat info ada kerjaan di Jakarta. Saya bilang gak apa di Jakarta juga. Akhirnya saya pun kerja di Jakarta, diongkosin bos di Jakarta naik pesawat."

"Selama kerja di Jakarta saya betah. Sudah sempat digaji dan saya belikan HP. Setelah kurang lebih 2 minggu di Jakarta, keluarga saya di Tarutung ternyata kontak Pak Tua saya di Tangerang. Meminta jemput saya di Jakarta. Sebelumnya saya gak mau karena sudah betah kerja, tapi karena Pak Tua bilang saya mau diajukan ujian sekolah Paket B, akhirnya saya mau.

"Tapi ternyata setelah seminggu tinggal dengan Pak Tua, saya diusir. Gara-gara HP anaknya Pak Tua rusak kecebur di kolam. Mengakunya ke orang tua, HP saya yang merusak. Bukan cuma HP saya diambil sebagai pengganti, Saya pun diusir lagi. Saya akhirnya pergi dan selama semalam saya masih nunggu di sekitar rumah itu siapa tau Pak Tua masih cari.

"Ditunggu semalam gak dicari saya pergi lagi. Malam tadi nginap di pom bensin, paginya ada yang ngasih saya makan, ada yang nganterin saya juga ke pasar disuruh cari kerja. Tapi di pasar nggak ada lowongan, saya putuskan mau cari kembali bos saya di Jakarta, sampai akhirnya Abang temukan tadi.” panjang lebar Tina jelaskan latar belakangnya.

Di jalan saya sempatkan Shalat Ashar di salah satu Mushalla. Selesai Shalat saya ajak Tina ngobrol kembali.

“Dik, ini hari kan sudah sore, kalau saya antar kamu ke Jakarta takut kemalaman. Kalau kamu bersedia saya akan bawa kamu ke rumah, dikenalkan sama istri saya, kebetulan istri saya orang Medan juga, tapi Mandailing. Saya orang Islam, tapi saya termasuk orang yang menjunjung toleransi, dan tidak setuju orang SARA, makanya biarpun kamu Kristen, tidak menjadi penghalang saya untuk membantu kamu, apalagi kamu masih di bawah umur. Bahkan kalau mau, kamu bisa tinggal di rumah saya. Saya ada juga kerjaan yang bisa kamu bantu, begitu pun istri saya di rumah."

Nah pembaca sekalian, akhirnya saya kenalkan Tina ke istri di rumah. Walaupun sebelumnya istri saya masih ragu, karena ketidakjelasan asal-usul Tina. Tapi berdasar pertimbangan kemanusiaan, istri saya pun mendukung. Malam itu Tina nginap di rumah, disediakan baju dll (maklum Tina pergi gak bawa apa-apa, hanya pakaian di badan dan sebuah novel, ternyata Tina suka baca). Saya dan istri saya cerita ke keluarga via aplikasi chat. Semua bilang hati-hati, walaupun niat kami baik. Karena tidak ada sama sekali identitas yang Tina bawa. Takutnya ini modus yang banyak terjadi, yang akhirnya merugikan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun