Mohon tunggu...
asep gunawan
asep gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

ASN adalah jalan pengabdian, Menulis adalah jalan introspeksi pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mitigasi Pinjaman Online di Kalangan Generasi Alpha: Pelajaran dari Generasi Milenial dan Z

6 Januari 2025   01:52 Diperbarui: 6 Januari 2025   01:52 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi keuangan generasi alpha (Sumber: canva.com/dream-lab)

Bayangkan anak Anda, yang tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, suatu hari terperangkap dalam jebakan utang digital. Maukah Anda melihat masa depannya tergadai hanya karena kurangnya pemahaman tentang risiko keuangan?

Dengan beberapa klik saja, uang dapat langsung masuk ke rekening Anda. Pinjaman online telah menjadi fenomena yang tak terelakkan di era digital, terutama di kalangan Generasi Milenial (1981--1996) dan Z (1997--2012). Prosesnya yang cepat dan mudah memang menarik, tetapi sering kali menjadi jebakan finansial yang sulit dilepaskan.

Generasi Alpha (2013--2025), yang tumbuh sepenuhnya di era teknologi, menghadapi tantangan yang lebih besar. Dengan paparan digital sejak usia dini, mereka berisiko terperangkap dalam jebakan yang sama jika tidak dipersiapkan dengan baik. Tulisan ini membahas fenomena pinjaman online (pinjol) di kalangan Generasi Milenial dan Z, serta langkah mitigasi untuk melindungi Generasi Alpha dari risiko serupa.

Fenomena Pinjaman Online di Kalangan Generasi Z dan Milenial

Apa yang membuat anak muda begitu rentan terhadap pinjaman online? Jawabannya sering kali sederhana: ketidaktahuan dan tekanan sosial.

1. Tren Pinjaman Online

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengguna pinjaman online di Indonesia didominasi oleh kelompok usia 19 hingga 34 tahun. Pada Juli 2024, total pinjaman online mencapai Rp 32,6 triliun atau 51,3% dari total pinjol perorangan, dengan mayoritas pengguna berasal dari Generasi Milenial dan Z.

Pinjaman ini sering digunakan untuk kebutuhan mendesak seperti membayar uang sekolah atau biaya kesehatan. Namun, sebagian besar digunakan untuk kebutuhan konsumtif, seperti membeli gadget, fashion atau bahkan liburan. Fenomena ini mengungkapkan kerentanan Generasi Milenial dan Z terhadap tekanan gaya hidup konsumtif yang sering kali berujung pada jeratan utang.

2. Dampak pada Generasi Milenial dan Z

Setiap Rp. 1 triliun dari total pinjaman ini mencerminkan potensi jutaan individu yang terjerat dalam tekanan keuangan. Jika tidak segera ditangani, angka ini akan terus membesar, merugikan individu sekaligus ekonomi keluarga.

Banyak pengguna terjerat bunga tinggi hingga akhirnya gagal bayar. Tingkat bunga pinjaman online sangat tinggi dibandingkan jenis kredit lainnya. Sebagai perbandingan, suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) hanya 7 persen karena disubsidi oleh pemerintah hingga 10 persen. Sementara itu, suku bunga kredit mikro di bank berkisar antara 15 hingga 20 persen dan di lembaga keuangan mikro sekitar 30 persen. Lebih parah lagi, suku bunga pinjaman online dapat mencapai 30 persen per bulan, bukan per tahun. Dengan tingkat bunga setinggi itu, tidak mengherankan jika selalu ada nasabah pinjaman online yang mengalami gagal bayar dalam jumlah signifikan. Tekanan finansial ini sering kali memicu stres, kecemasan dan konflik sosial.

Menurut OJK, pada Mei 2024, total kredit macet kelompok usia 19-34 tahun atau Generasi Milenial dan Z mencapai Rp733 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 35-54 tahun, yang mencatat total wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) sebesar Rp524,6 miliar.

Ilustrasi: Rizky, seorang desainer grafis berusia 28 tahun, terjerat utang Rp 25 juta dari tiga platform pinjaman online. Tanpa penghasilan tetap, ia menghadapi tekanan bunga harian yang terus bertambah.

3. Pelajaran yang Bisa Diambil

Kurangnya literasi keuangan menjadi salah satu penyebab utama jeratan pinjaman online di kalangan anak muda. Selain itu, lemahnya regulasi pada platform pinjaman online ilegal memperburuk situasi ini.

Potensi Risiko Pinjaman Online untuk Generasi Alpha

Jika Generasi Milenial dan Z sudah menghadapi risiko besar, apa yang akan terjadi pada Generasi Alpha yang lebih terpapar teknologi sejak dini?

1. Paparan Teknologi Sejak Dini

Generasi Alpha lahir di tengah kemajuan teknologi seperti AI, IoT, dan aplikasi digital, yang telah mengubah cara mereka berinteraksi dengan dunia sejak dini. Menurut artikel Ciputra Hospital, anak usia 6--12 tahun dapat menghabiskan rata-rata 4--6 jam sehari menggunakan perangkat digital. Hal ini meningkatkan paparan mereka terhadap iklan digital, termasuk layanan pinjaman online. Meski belum pada usia legal, Generasi Alpha telah dikenalkan pada pola konsumtif melalui aplikasi dan gim daring.

2. Minimnya Literasi Keuangan

Banyak Generasi Alpha tidak mendapatkan edukasi keuangan yang cukup sejak dini. Survei menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman tentang konsep bunga dapat membuat anak muda lebih rentan terhadap jebakan utang. Misalnya, kebiasaan membeli barang virtual di gim online dengan fitur kredit dapat menjadi awal pola konsumtif.

3. Ketergantungan pada Solusi Digital

Sebagai super digital natives, Generasi Alpha mungkin lebih mengandalkan solusi instan, termasuk pinjaman online, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

Strategi Mitigasi untuk Generasi Alpha

Kita mungkin tidak bisa sepenuhnya menghapus risiko, tapi kita bisa membekali Generasi Alpha dengan pengetahuan dan alat untuk melindungi diri mereka sendiri.

1. Edukasi Keuangan Sejak Dini

Mengintegrasikan literasi keuangan ke dalam pendidikan formal adalah langkah penting. Beberapa sekolah telah mengadopsi modul pembelajaran interaktif, seperti simulasi pengelolaan anggaran, untuk mengajarkan anak-anak pentingnya menabung dan memahami bunga pinjaman.

2. Pengawasan Orang Tua dan Lingkungan

Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing Generasi Alpha menggunakan teknologi secara bijak. Contohnya, aplikasi parental control dapat digunakan untuk memblokir akses ke layanan finansial ilegal.

3. Peningkatan Literasi Digital

Generasi Alpha juga perlu diajarkan mengenali layanan legal dan ilegal, serta memahami pentingnya privasi data dan keamanan digital.

 4. Peran Pemerintah dan Regulator

Pemerintah harus memperketat pengawasan terhadap iklan digital yang menargetkan anak-anak. Misalnya, peraturan yang mewajibkan platform pinjaman online untuk mencantumkan peringatan risiko finansial pada iklan mereka dapat memberikan dampak besar. Selain itu, kolaborasi dengan sekolah dan komunitas dapat memperluas jangkauan edukasi literasi keuangan.

Kolaborasi Antar Generasi untuk Mitigasi

Apa yang bisa dipelajari Generasi Alpha dari Generasi Milenial dan Z? Bagaimana kolaborasi lintas generasi bisa menjadi solusi?

1. Belajar dari Generasi Milenial dan Z

Cerita sukses dari mereka yang berhasil keluar dari jerat pinjaman online dapat menjadi inspirasi. 

Misalnya, Rizky yang melunasi utangnya dengan pekerjaan tambahan dan mengurangi gaya hidup konsumtif adalah contoh nyata.

2. Peran Generasi Orang Tua (Milenial)

Sebagai orang tua dari Generasi Alpha, Milenial memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan edukasi finansial dan digital kepada anak-anak mereka. Kampanye literasi yang melibatkan keluarga dapat menjadi langkah awal.

3. Membangun Kesadaran Kolektif

Kampanye literasi keuangan dan digital lintas generasi dapat menciptakan kesadaran kolektif untuk mengatasi fenomena ini. Program seperti "Ayo Menabung" di sekolah dasar atau "Gerakan Nasional Cerdas Keuangan" (GENCARKAN) oleh OJK dapat menjadi contoh sukses yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat.

Kesimpulan

Generasi Alpha memiliki potensi besar untuk menjadi generasi yang cerdas secara finansial dan digital. Namun, untuk mencapai hal tersebut, diperlukan langkah mitigasi yang segera diimplementasikan, seperti: memperkenalkan literasi keuangan sejak dini melalui kurikulum pendidikan formal, meningkatkan pengawasan orang tua terhadap aktivitas digital anak dan memastikan platform digital mematuhi regulasi yang transparan.

Masa depan mereka tidak hanya tergantung pada teknologi, tetapi pada bagaimana kita membimbing mereka hari ini. Langkah apa yang Anda anggap paling efektif untuk melindungi Generasi Alpha dari jeratan finansial di era digital ini?

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun