Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rekalibrasi Diri dan Mudik Spiritual

14 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 14 Mei 2020   20:21 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dimana makna mudik yang hakiki adalah kita kembali terlahir fitri kembali, mudik dalam makna kita benar-benar kembali fitrah, kita kembali suci seperti bayi yang baru lahir. 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa berpuasa ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni". Dan orang-orang yang mudik sesungguhnya sedang menjalani teologi "ilaihi roji'un", setiap orang pada saatnya pasti mudik ke kampung halaman abadi. 

Itulah mudik spritual, yakni kembali ke hadapan Allah Sang Maha Pemilik segalanya. Perjalanan pulang yang tentunya penuh liku, menempuh jarak yang cukup panjang dan melelahkan.  

Semakin jelas jika kehadiran ramadan menjadi kebutuhan kita untuk meng-upgrade iman dan taqwa sehingga kita benar-benar menjadi khaira ummah. 

Menjadi semakin kuat dan tebal iman, semakin meningkat taqwanya yang akhirnya kita dapat mendekati bangunan yang ideal yakni menjadi insan kamil yang akan kembali menuju Sang Pemiliknya. 

Tidak ditampikan setelah bulan ramadan berlalu, orang akan terbagi menjadi beberapa bagian, namun secara garis besarnya mereka terbagi dua golongan.  

Golongan yang pertama yaitu orang yang pada bulan ramadan tampak sungguh-sungguh dalam ketaatan namun itu semua hanya berlalu begitu saja bersama habisnya bulan ramadan dan setelah itu ia kembali lagi bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara dengan berbagai macam ketaatan lalu kembali terjerumus dalam syahwat dan kelalaian juga mengulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu.  

Golongan yang kedua yaitu orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan ramadan mereka rasakan nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran, mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat dengan sungguh-sungguh. 

Perpisahan dengan bulan ramadan membuat mereka sedih, bahkan tak jarang di antara mereka yang menangis. Sebab itu, keberhasilan shaum akan tampak manakala lahir pribadi yang shaleh ritual dan shaleh sosial. Allahu a'lam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun