Apakah kita telah benar-benar menjalankan amanat Allah bahwa kehadiran kita di dunia menjadi khalifah bagi semesta alam?, tentunya muhasabah pada Ramadan 1441 H tahun ini menemukan jalannya sendiri.
Terdapat banyak nilai-nilai yang bisa digali dalam pelaksanaan ibadah puasa; Pertama, Puasa menjadi sarana mensucikan hati dan jiwa agar taat kepada perintah-Nya, sekaligus mengobati dan menjadi terapi kesehatan manusia serta menjaga diri dari keburukan.
Syekh Muhammad al-Gazali dalam Akhlak Seorang Muslim mengatakan, ibadah puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji. Â
Kedua, puasa mengajari kita untuk menolong orang lain atau peduli akan sesama (sense of responsibility). Hanya dengan mengalami dan merasakan langsung jiwa sosial dan kepekaan kita terhadap sesama akan muncul dan terasah, puasa mengajari kita untuk saling berbagi dan memberi kepada saudara yang kekurangan.Â
Kesulitan hidup karena imbas Covid-19 seperti saat ini, menjadi ladang dan peluang amal untuk membuktikan makna shaum yang kita lakukan. Â
Ketiga, puasa melatih kita untuk mempererat dan memperkokoh senasib, mencintai, dan menyayangi sesama muslim lainnya. Maka perilakunya menjadi lebih terpuji dan dijauhkan dari sifat meng-underestimate orang lain, cenderung bersifat toleran, peduli dan rekonsiliatif yang lebih mengutamakan hidup dalam kebersamaan.Â
Dan Keempat, menguatkan aspek mental. Ramadan memotivasi kita untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, dan membersihkan dosa dan kesalahan, sehingga menghasilkan kualitas mental dan diri yang lebih baik. Â
Mudik Spiritual
Bagi kaum muslim, menjadi sebuah momen puncak dan ritus paling suci yang menandai berakhirnya momen bulan Ramadan adalah dengan mudik lebaran.Â
Di masa pandemi ini, tidak atau menunda mudik adalah moment untuk lebih menguatkan tradisi mudik lebaran bukan hanya sekadar tradisi tahunan khas Indonesia.Â
Senyatanya mudik, bukan hanya pulang ke tanah kelahiran, bertemu dengan orang tua, berkumpul dengan sahabat, memakai baju baru, bagi-abagi rejeki, mencium aroma lembah, bukit dan pepohonan. Lebih jauh lagi, ini adalah saat di mana kita mulang ke udik untuk rekalibrasi diri secara spiritual dan sosial.