Mohon tunggu...
Amirah Sahda Argaricha
Amirah Sahda Argaricha Mohon Tunggu... Guru - Knowledge

Manil tafata la yasil.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bambu Penyelamat Plastik

21 Oktober 2019   23:55 Diperbarui: 22 Oktober 2019   08:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amirah Sahda Argaricha

Mahasiswi IAIN Samarinda

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat merenung memikirkan nasib dunia untuk kehidupan kedepannya. Saya memperhatikan beberapa hal di sekitar, seperti halnya penggunaan plastik saat berbelanja di beberapa supermarket maupun hanya sekedar toko atau warung kecil.

Sangat miris, pikir saya. Mengapa bangsa baru mengetahui akan dampaknya akhir-akhir ini? Dan mengapa penanggulangan untuk menguranginya tidak dilakukan secara besar-besaran walaupun hampir seluruh rakyat telah mengetahui akan dampak negatif dari penggunaan plastik itu sendiri? Bukankah pada toko maupun warung-warung kecil masih saja menggunakan plastik untuk membungkus suatu barang yang telah dibelanjakan?

Seketika saya mencari beberapa artikel mengenai masa penguraian sampah plastik. Dan saya cukup terkejut akan hal itu. Di dalam artikel itu, dicantumkan penguraian sampah plastik membutuhkan waktu sekitar ratusan hingga ribuan tahun, tergantung jenis sampah itu sendiri. Cukup menyedihkan, fikir saya.

Tidak hanya itu. Dampak yang diperoleh dari plastik sendiri cukup banyak. Beberapa diantaranya, yaitu dapat memicu perubahan iklim yang dapat menyebabkan kondisi bumi semakin panas, menyebabkan pencemaran udara yang dapat membuat manusia memiliki gangguan pernapasan, dan juga dapat mencemari daratan maupun perairan.

Jadi, bagaimana sikap kita dalam menanggulanginya? Bahan apa yg dapat digunakan untuk kita membungkus sesuatu selain menggunakan plastik? Baik, saya akan segera menjelaskannya.

Kantong plastik untuk berbelanja bisa kita ganti dengan beberapa tas berbahan kain, selain hemat karena dapat dipakai kembali, juga dapat membantu pengurangan plastik itu sendiri. Dan yang paling sering sekali kita gunakan seperti halnya botol minum beserta sedotannya. Banyak beberapa dari kita yang malas sekali membawa botol sendiri dari rumah dikarenakan ingin cepat dan tak mau susah. Tetapi, apakah sudah difikir kembali dampak negatifnya?

Beberapa waktu lalu, saya melihat bisnis yang dilakukan oleh Taqy Malik. Yaps, penghafal Qur'an yang luar biasa bisnisnya. Saya cukup terpukau dengan bisnis sedotan bambu dan kacamata bambunya. Mengapa? Tanpa orang sadari bambu dapat membantu kita untuk menanggulangi sampah plastik loh.

Batang bambu merupakan bagian yang paling banyak digunakan untuk dibuat berbagai macam keperluan mulai dari sebagai bahan bangunan, bahan kerajinan dan bahan pembuatan perkakas rumah tangga.

Di dalam sebuah buku dijelaskan bahwa tanaman bambu tumbuh di Indonesia dengan baik dan penyebarannya sangat luas. Tanaman bambu bisa dijumpai pada daratan rendah sampai daratan tinggi pada iklim basah sampai kering. Dan bambu dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah.

Proses perbanyakan tanaman bambu juga tidaklah sulit. Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji, stek batang dan stek cabangdan stek rhizoma. Tanaman bambu yang akan dijadikan sebagai bahan kerajinan sebaiknya dipilih yang telah berumur 3 tahun agar mendapatkan kualitas produk yang baik.

So, tunggu apalagi? Bambu tidak sulit dalam pengelolaannya dan juga dapat membantu kita menyelamatkan bumi. Menanam bambu juga bisa sebagai alat untuk mendorong penghijauan lingkungan yang sudah terlihat semakin kumuh ini di berbagai belahan dunia.

Selain itu, dengan mengenal bambu kita dapat melakukan bisnis serta meningkatkan kesejahteraan perekonomian negara. Mari kita mengenal dan mengganti bambu untuk menyelamatkan dunia dari musuh berbahaya yaitu sampah plastik. Bijaklah dalam menggunakan sesuatu dan berhati-hati terhadap dampak yang menipu dengan cara yang tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun