Mohon tunggu...
Asa Rahmadi
Asa Rahmadi Mohon Tunggu... Atlet - Laki-laki

Mahasiswa Kimia yang nggak kimia kimia banget

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Yasonna, dan Dalgona

15 April 2020   20:21 Diperbarui: 15 April 2020   20:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi corona melanda tak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Bermula dari Wuhan, China menyebar dengan segera melalui jalur air, darat, dan udara. 

Beberapa negara nampak siap dengan cepat menutup arus kedatangan manusia menuju wilayahnya, namun banyak juga negara yang sedikit meremehkan dampaknya, hingga terlambat menyusun rencana dan kelabakan dalam penanganannya. 

Tentu hal yang kedua terjadi di Indonesia negeri tercinta, tak perlu dijelaskan mengapa, karena jika melihat dan membaca pernyataan pejabatnya, pelawak dan komedian pun minder karena kalah jenaka.

Penggenjotan sektor pariwisata, mengkonsumsi nasi kucing, hingga minum jamu sebagai penangkal corona, keluar begitu saja dari mulut para pemangku kuasa. 

Awalnya semua ikut tertawa karena memang corona belum tiba di Indonesia, tak sedikit juga yang telah waspada dan berusaha mengingatkan tanda bahaya. Apalah daya, tidak digubris juga olehnya malah makin banyak pernyataan yang mengundang gelak tawa ditengah kekhawatiran warganya. 

Bencana pun tiba ketika seorang warga terindikasi telah tertular corona, kabarnya terinfeksi oleh WNA. Mendadak semua menjadi resah, barang-barang yang awalnya murah berubah menjadi mewah, sebut saja handsanitizer dan masker bedah. Sementara pemerintah menganggap hal itu lumrah, karena katanya mortality nya tidak begitu parah. 

Tentu saja bisa dibilang salah langkah, karena faktanya angka kematian akibat corona lebih tinggi daripada angka kesembuhannya, meskipun banyak faktor yang mengiringinya namun hal ini memang menunjukkan ketidaksiapan pemerintah dalam menanggulangi wabah. Keluhan demi keluhan terlontar baik dari masyarakat biasa, pekerja lapangan, hingga dokter dan perawat. 

Nasibnya tak tentu arah, salah sedikit bisa saja menambah jumlah angka positif ataupun kematian. Pemerintah bilang diam saja dirumah, tapi untuk biaya hidup sehari-hari tentu butuh upah, apalagi bagi mereka yang tiap harinya harus mendulang rupiah. 

Bingkisan sembako tak mungkin bisa bertahan lama, sementara tidak ada yang tahu kapan wabah ini musnah. Kabar terbaru mengatakan pemerintah telah berbenah dengan menyediakan banyak laboratorium untuk test virus corona.

Jauh sebelumnya masyarakat telah banyak yang mandiri dalam menanggulangi pandemi yang semakin merebak. Mulai dari membatasi keluar masuknya orang ke wilayahnya hingga menyediakan sebuah tempat untuk karantina. 

Hal ini harusnya diapresiasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan yang tepat guna menghentikan persebaran virus corona, bukannya malah membahas UU bermasalah yang telah ditentang oleh banyak warganya. 

Apalagi Bapak Yassona yang sempat ingin membebaskan napi koruptor yang telah berumur 60 tahun keatas, meskipun tidak jadi tetapi ada 30.000 napi yang dibebaskan yang katanya untuk mencegah dampak corona di penjara. 

Namun hasilnya sejauh ini tidak sesuai rencana, yang tadinya dilepaskan untuk mengurangi dampak corona, malah menambah nambahi masalah dengan kembali berulah. Memang dasarnya manusia sulit untuk sadar mensyukuri nikmat, bayangkan di tempat lain ada yang menahan diri untuk pulang ke rumah agar tidak menyebarkan wabah, yang diberi kesempatan untuk pulang kerumah malah menambah masalah.

Tetapi dari setiap musibah selalu ada hikmah, memang sih untuk tau itu adalah hikmah perlu menyadari dan menikmatinya sendiri, contohnya akhir-akhir ini sedang marak kopi bernuansa ke cafe-cafe an dengan nama dalgona. Bahan yang dibutuhkan sangatlah sederhana dan mudah dicari yaitu bubuk kopi tanpa ampas, gula, susu, dan juga air. 

Cara membuatnya dengan menuangkan bubuk kopi dan air dengan perbandingan 1:1, kemudian bisa ditambahakn dengan gula sesuai selera kemanisa lidah kita. Kemudian ketiganya dikocok hingga mengental berwarna coklat dan jika diangkat dengan sendok akn sulit jatuh karena menempel pada sendoknya. 

Pengocokan ini bisa dilakukan dengan cara manual menggunakan sendok dan bisa juga dengan cara lebih mudah menggunakan mixer. Setelah itu menuang susu ke gelas, susu yang digunakan biasanya susu full cream namun bisa saja menggunakan susu lain sesuai selera dan ketersediaan bahan. 

Langkah terakhir menuang hasil kocokan tadi kedalam gelas dan wadaw kopi dalgona siap disajikan, jika ingin dingin bisa ditambahi es batu jika ingin hangat susunya direbus dahulu tapi jangan sampai matang. 

Menurut saya kopi dalgona merupakan hikmah dibalik musibah adanya wabah corona dan pejabat seperti saudara-saudara yang kerap melakukan blunder di waktu yang kurang tepat, sembari menemani mengerjakan skripsi yang telah berubah format. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun