Dengan pelan, kunaiki tangga menuju atap di mana mesin uap yang menghasilkan listrik tuk rumah ini berada. Mesin itu membuat suara yang sangat bising, suara yang tak pernah kudengar sebelumnya. Aku baru tahu, di dunia ini ada banyak suara yang sangat mengganggu selain suara adikku.
Kotak perkakas sudah kupersiapkan di tanganku. Meski tak berpengalaman, akan kucoba untuk memperbaikinya. Setidaknya, almarhum ayahku pernah mengajariku sebelumnya.
Meski pada akhirnya, aku menjadi penulis dan bukan orang mekanik.
"Kak, apa perlu bantuan?" ucap adikku yang sedang menaiki tangga, mungkin sedikit merasa bersalah.
"Tidak, tidak usah. Akan kubereskan ini dengan cepat supaya kau bisa ke toilet dan pergi bekerja."
"Benarkah? Terima kasih, Kak! Aku say-"
BOOM, suara ledakan yang keras dapat didengar oleh tetangga sekitar. Kecelakaan yang terjadi hanya dalam hitungan beberapa detik, yang tak pernah kuduga sebelumnya.
Aku melihat adikku yang menangis, mulutnya bergerak namun aku tak bisa mendengarnya. Apa yang tadi ia ingin katakan?
Apakah itu "Aku sayang Kakak?"
Aku tidak tahu, dan tak akan pernah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H