Mohon tunggu...
Asad Kholilurrahman
Asad Kholilurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Manusia Yang Bercita Menjadi Dosen

Aku ingin mengabadikan diri dengan tulisan-tulisan, dan juga ingin terkenal dari itu.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tulislah, Jangan Banyak Mikir

26 Januari 2025   06:51 Diperbarui: 26 Januari 2025   06:50 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis (Sumber: pixabay.com)

Masih banyak orang kesulitan memulai menulis. Mungkin karena ia tidak punya kemampuan dalam dunia tulis-menulis. Tapi sayangnya, itu bukan sebuah problem utama, karena menulis intinya kamu tahu alfabet A-Z, mengerti rumpun kata seperti: adalah, makan, air. Kalimat-kalimat ini sudah lama hidup dalam pikiran dan hari-hari kita. Tapi bagaimana kesusahan itu tetap menjadi penghalang tanganmu menari di atas keyboard? Inilah kesalahan seseorang dalam memulai menulis (opini, jurnal, skripsi, tesis, dll.) yang akan diurai dalam tulisan ini.

Kurangnya Kemauan

Sudah pasti kurangnya kemauan bila ada orang yang kurang mampu dalam bidang itu. Karena semua proses dalam hal mewujudkan sesuatu bertumpu pada seberapa ia mau. Jangan mudah mengatakan, "Kurang mau apa, aku sudah berusaha." Logikanya, jika keinginan itu sangat besar, sudah pasti kamu tahu seharusnya apa yang dilakukan. Bukan duduk santai sembari main handphone, atau tidur akibat saking pusingnya memikirkan mulai dari mana.

Tata dulu kemauannya, karena itu adalah kunci dari aktivitas selanjutnya untuk mewujudkan mimpi yang kau idam-idamkan, "lulus cepat waktu." Tanyakan pada diri sendiri, seberapa besar kemauan itu bertengger pada asa semangat. Jika levelnya berada di tingkat rendah, harus sadar diri, karena tidak mungkin menghasilkan yang bagus dan juga cepat bila batrainya lemah. Kemauan itu bisa dilevelkan rendah, lemah, besar, maka naikkan levelnya, maka kamu akan mampu.

Kesadaran ini sangat penting. Bagaimana mungkin diri kita sendiri tidak tahu batasan-batasan dari kemampuan kita? Lihatlah proses orang-orang itu, seberapa besar ia melakukannya. Karena tidak mungkin orang yang sukses atau berhasil pada tujuannya itu tidak berusaha, ia sangat berusaha! Jadikan orang-orang yang selevel dengan kita menjadi tolok ukur atau barometer semangat. Jangan mengukur pada orang yang dari awal atau bertahun-tahun memulainya. Tidak bakal bisa bersaing, ia terlalu pro.

Masih Ada Rasa Takut Salah

Selagi tidak berubah menjadi malaikat, manusia tetap selalu punya salah. Tidak ada manusia yang selalu benar, ia pasti salah. Jika tidak ada potensi salah pada diri manusia, maka tidak akan ada Nabi sebagai utusan Tuhan, tidak ada Al-Qur'an dan hadis sebagai pedoman hidup, sebagai arah jalan yang benar. Selagi kita manusia, maka sadarilah kita tempat salah.

Sama halnya dalam dunia menulis, jangan takut salah. Tidak ada yang salah dalam menulis, yang salah itu adalah bagaimana kamu berpikir. Salah apa yang ditakutkan dalam menulis? Salah yang bagaimana ditakutkan itu? Selagi tidak menulis "A" menjadi miring ke bawah, selagi menulis "B" tidak berubah menjadi angka 8, masih oke. Atau menulis "G" tidak berubah menjadi angka 9, masih oke. Atau menulis "I" tidak berubah jadi angka 1, masih oke. Berarti tulisanmu benar.

Jadi, selagi tulisan alfabet itu tidak berubah, maka tulisanmu sangat benar. Yang salah adalah ketika semua itu berubah pada bentuknya, maka harus diluruskan. Dan jika kita tahu kapan waktunya kapital (A) dan kapan waktunya (a), maka kamu sudah layak masuk pada level ahli. Tentu saja ahli, karena tidak mungkin seorang yang ahli hal dasar tidak tahu. Takut salah itu buang jauh, jauh, karena itu tidak relevan dalam dunia menulis.

Terlalu Banyak Mikir

Kesalahan lagi bagi seseorang yang memulai menulis adalah terlalu banyak mikir. Pikiran yang mengandung beribu ide masih bisa berguna untuk nanti-nanti. Tetapi terlalu banyak mikir, ia akan menjadi penghalang memulai menulis. Termenung, pusing, kalut, dengan pertanyaan-pertanyaan "bagaimana" dan "apa." Yang paling penting dalam menulis adalah menulis, bukan berpikir. Jika ingin menulis air, maka tulislah air. Apa yang disusahkan?

Dalam proses menulis, intinya menulis, jangan banyak mikir. Mikirin jelek-bagusnya, mikirin salah tidaknya, maka dipastikan kamu beberapa jam ke depan tidak akan bisa menulis, hanya termenung saja. Dan waktumu terbuang begitu saja. Masalahnya adalah terlalu banyak mikir, bukan menulis.

Jangan tanya tentang pentingnya berpikir, karena bukan ranahnya menulis. Kecuali kamu ingin menulis sesuatu yang bagus, berisi, maka berpikirlah. Jika kamu ingin tulisanmu bagus dan berisi, maka membacalah. Di sini kamu akan mengerti ternyata kendalamu bukanlah menulis, tetapi kurangnya memahami tentang berpikir dan juga kurangnya membaca. Ini masalah besarnya, bukan ada pada menulis.

Kerangka

Sesudah kamu tahu menulis itu mudah, maka ketahuilah bahwa kamu membutuhkan kerangka menulis jika ingin tulisanmu bagus. Dan bagus tidaknya suatu tulisan bukan berada pada masa atau proses menulis, karena itu masih belum final. Sebab setelah menulis, ada langkah selanjutnya, yaitu editing, mengoreksi tulisan yang kurang pas, salah dalam titik koma. Baru nanti akan bisa dilihat bagus tidaknya.

Tergantung bagaimana alur penulisannya. Karena tulisan yang bagus juga harus sesuai antara paragraf satu dan paragraf dua. Maka perlulah sebelum menulis membuat kerangka. Kerangka di sini sudah masuk pada kerangka berpikir. Artinya, tulisanmu sudah mulai diberi amunisi agar menjadi daging yang serat akan makna atau hikmah. Karena dengan kerangka, tulisan itu akan terstruktur dan mudah dipahami, karena rapi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun