Masih banyak orang kesulitan memulai menulis. Mungkin karena ia tidak punya kemampuan dalam dunia tulis-menulis. Tapi sayangnya, itu bukan sebuah problem utama, karena menulis intinya kamu tahu alfabet A-Z, mengerti rumpun kata seperti: adalah, makan, air. Kalimat-kalimat ini sudah lama hidup dalam pikiran dan hari-hari kita. Tapi bagaimana kesusahan itu tetap menjadi penghalang tanganmu menari di atas keyboard? Inilah kesalahan seseorang dalam memulai menulis (opini, jurnal, skripsi, tesis, dll.) yang akan diurai dalam tulisan ini.
Kurangnya Kemauan
Sudah pasti kurangnya kemauan bila ada orang yang kurang mampu dalam bidang itu. Karena semua proses dalam hal mewujudkan sesuatu bertumpu pada seberapa ia mau. Jangan mudah mengatakan, "Kurang mau apa, aku sudah berusaha." Logikanya, jika keinginan itu sangat besar, sudah pasti kamu tahu seharusnya apa yang dilakukan. Bukan duduk santai sembari main handphone, atau tidur akibat saking pusingnya memikirkan mulai dari mana.
Tata dulu kemauannya, karena itu adalah kunci dari aktivitas selanjutnya untuk mewujudkan mimpi yang kau idam-idamkan, "lulus cepat waktu." Tanyakan pada diri sendiri, seberapa besar kemauan itu bertengger pada asa semangat. Jika levelnya berada di tingkat rendah, harus sadar diri, karena tidak mungkin menghasilkan yang bagus dan juga cepat bila batrainya lemah. Kemauan itu bisa dilevelkan rendah, lemah, besar, maka naikkan levelnya, maka kamu akan mampu.
Kesadaran ini sangat penting. Bagaimana mungkin diri kita sendiri tidak tahu batasan-batasan dari kemampuan kita? Lihatlah proses orang-orang itu, seberapa besar ia melakukannya. Karena tidak mungkin orang yang sukses atau berhasil pada tujuannya itu tidak berusaha, ia sangat berusaha! Jadikan orang-orang yang selevel dengan kita menjadi tolok ukur atau barometer semangat. Jangan mengukur pada orang yang dari awal atau bertahun-tahun memulainya. Tidak bakal bisa bersaing, ia terlalu pro.
Masih Ada Rasa Takut Salah
Selagi tidak berubah menjadi malaikat, manusia tetap selalu punya salah. Tidak ada manusia yang selalu benar, ia pasti salah. Jika tidak ada potensi salah pada diri manusia, maka tidak akan ada Nabi sebagai utusan Tuhan, tidak ada Al-Qur'an dan hadis sebagai pedoman hidup, sebagai arah jalan yang benar. Selagi kita manusia, maka sadarilah kita tempat salah.
Sama halnya dalam dunia menulis, jangan takut salah. Tidak ada yang salah dalam menulis, yang salah itu adalah bagaimana kamu berpikir. Salah apa yang ditakutkan dalam menulis? Salah yang bagaimana ditakutkan itu? Selagi tidak menulis "A" menjadi miring ke bawah, selagi menulis "B" tidak berubah menjadi angka 8, masih oke. Atau menulis "G" tidak berubah menjadi angka 9, masih oke. Atau menulis "I" tidak berubah jadi angka 1, masih oke. Berarti tulisanmu benar.
Jadi, selagi tulisan alfabet itu tidak berubah, maka tulisanmu sangat benar. Yang salah adalah ketika semua itu berubah pada bentuknya, maka harus diluruskan. Dan jika kita tahu kapan waktunya kapital (A) dan kapan waktunya (a), maka kamu sudah layak masuk pada level ahli. Tentu saja ahli, karena tidak mungkin seorang yang ahli hal dasar tidak tahu. Takut salah itu buang jauh, jauh, karena itu tidak relevan dalam dunia menulis.
Terlalu Banyak Mikir