Mohon tunggu...
Asad Kholilurrahman
Asad Kholilurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Dan Bercita Menjadi Dosen

Membaca dan menulis adalah hobiku tapi, boong. Jangan Mati sebelum bekarya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menulis Bingung

17 Januari 2025   08:07 Diperbarui: 17 Januari 2025   08:06 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis, sumber: pixabay.com

Aku juga bingung harus mulai dari mana, jadi mungkin kita bisa mulai dari kata "bingung" itu sendiri. Secara bahasa, pengertian bingung sangat beragam: hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan), tidak tahu arah (mana yang timur atau barat), gugup tak karuan, bodoh, atau kurang mengerti. Deretan definisi ini berasal dari kamus. Menariknya, sepertinya penyusun kamus juga bingung, hingga memasukkan semua maksud yang memiliki kemiripan dalam ranah tersebut. Ternyata, pengertian "bingung" juga membingungkan.

Sebenarnya, dari mana asal bingung? Mengapa manusia bisa bingung? Apakah kebingungan ini akibat ketidaktahuan? Atau karena kedangkalan pengetahuan? Tapi bukankah keduanya masih berkaitan dengan pengetahuan? Apakah orang yang tidak pernah bingung itu memang benar-benar tidak bingung? Rumit sekali. Menurutku, bingung muncul karena kurangnya pemahaman. Ketika seseorang mencoba mendalami sesuatu lebih jauh tetapi menemui keterbatasan, ia akan merasa bingung. Namun, orang tidak akan bingung jika ia tidak ingin mendalami sesuatu.

Jadi, definisi bingung adalah keadaan di mana seseorang tidak mengetahui atau tidak memahami sesuatu sehingga ia merasa kurang mengerti. Jika definisi ini dirasa kurang tepat, jadi harap dimaklumi, karena aku definisikan bersamaan dengan rasa bingung itu sendiri. Menariknya, istilah "bingung" berasal dari kata Latin confundo, yang berarti mencampur, memadukan, atau melibatkan. Meski tidak secara langsung menjelaskan "bingung," kata ini memberi petunjuk bahwa kebingungan melibatkan interaksi antara pengetahuan (materi alam) dan psikologi (jiwa).

Gabungan antara keduanya menunjukkan bahwa kebingungan berasal dari diri kita sendiri. Tidak mungkin seseorang dikatakan bingung tanpa pengalaman internal. Kebingungan adalah hasil dari keterbatasan pemahaman kita. Maka, kebingungan adalah refleksi dari minimnya pengetahuan yang menyebabkan ketidaktahuan, sehingga kita merasakan bingung.

Seandainya Tidak Ada Bingung di Dunia, Apakah Manusia Tidak Akan Bingung?

Banyak orang bingung dengan arah hidupnya. Bahkan Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an bahwa manusia yang kebingungan adalah mereka yang tidak tahu tentang syariat, lalu Allah memberikan petunjuk melalui wahyu (QS Al-Duha:7). Kebingungan tampaknya adalah bagian dari dunia ini. Namun, Al-Qur'an lebih sering menawarkan solusi untuk keluar dari kebingungan daripada membahas kebingungan itu sendiri.

Contohnya, QS Al-Baqarah:152 menyebutkan bahwa ketika menghadapi masalah (seperti kebingungan), Allah memberikan ketenangan. Kebingungan seringkali disebabkan oleh kegelisahan atau rasa gugup. Jadi, Allah memberikan solusi berupa ketenangan agar manusia dapat berpikir lebih jernih. Dengan demikian, kebingungan adalah kebijaksanaan Allah untuk mendorong manusia mencari jalan keluar. Semua permasalahan, beban, dan ujian diberikan karena Allah tahu manusia mampu mengatasinya.

Untuk Apa Bingung?

Kebijaksanaan Allah dalam memberi kebingungan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih kreatif. Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat menjadikan kebingungan sebagai proses memahami masalah yang dihadapi. Seandainya manusia tidak pernah bingung, mereka mungkin tidak akan mampu mendalami sesuatu lebih jauh. Kebingungan adalah pemicu bagi manusia untuk mencari jalan keluar, menggerakkan otak, dan menemukan pola untuk memecahkan masalah.

Tidak ada ruginya memikirkan kebingungan lebih dalam. Namun, penting untuk memastikan bahwa kebingungan tidak terus-menerus menguasai kita. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bingung berasal dari kurangnya pengetahuan. Ketika kita selalu tidak tahu maka kita akan berada di fase kebingungan tersebut, maka yang harus dilakukan adalah memahami semua dari bumi ini. Tapi bersyukurlah atas kebingungan itu, karena itu adalah peluang untuk berpikir lebih keras dan mengambil keputusan dengan lebih bijak.

Bingung adalah Materi

Manusia yang bingung dapat membangun ruang kreativitas. Kebingungan bukanlah kekosongan, melainkan ruang yang penuh potensi. Pandangan bahwa kebingungan adalah bahan baku karya seni atau ide kreatif menunjukkan bahwa bingung memiliki nilai.

Banyak orang sukses memulai dari kebingungan. Contohnya, "Awalnya saya bingung mau bisnis apa, tapi setelah dipikir-pikir…" atau cerita serupa yang sering kita dengar. Bahkan kebingungan ini bisa menjadi inspirasi tulisan, seperti esai ini. Seandainya seseorang tidak merasakan kebingungan, bagaimana mungkin ia bisa menulis tentang kebingungan? Bingung yang ditulis menjadi ladang karya yang unik.

Oleh karena itu, kita perlu menajamkan intuisi dan imajinasi untuk melihat apa yang kita alami menjadi karya bermakna. Kebingungan, bila diproses dengan serius, bisa menjadikan kita "raja" yang mampu menciptakan sesuatu dari kekosongan. Sayangnya, manusia seringkali ragu dan tidak percaya diri karena mental yang rapuh, mungkin akibat tekanan sosial modern yang kompetitif. Namun, dengan keyakinan dan intuisi yang tajam, kebingungan dapat menjadi bahan kreativitas.

Semuanya Bisa Ditulis, Termasuk Bingung

Kadang manusia terlalu banyak berpikir, meski pertimbangan tetap penting. Dalam dunia menulis, seberapapun bingungnya seseorang, ia selalu bisa menarasikan kebingungannya menjadi tulisan yang bermakna. Semua kembali pada kemauan kita: apakah kita ingin menjadi penulis yang baik atau tidak. Penulis yang baik selalu mampu melihat sisi unik dari segala sesuatu, termasuk dari kebingungan. Jadi, jangan berhenti menulis. Tulislah apa yang ada dalam pikiranmu, karena tidak semua orang memiliki sudut pandang yang sama seperti kamu. Tetap semangat menjadi penulis, meski tidak menulis hal yang sama seperti orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun