Mohon tunggu...
Asad Kholilurrahman
Asad Kholilurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Dan Bercita Menjadi Dosen

Membaca dan menulis adalah hobiku tapi, boong. Jangan Mati sebelum bekarya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kebanyakan Makan Bisa Bodoh?

14 Januari 2025   10:36 Diperbarui: 14 Januari 2025   10:35 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, dalam pandangan agama makan yang dianjurkan adalah makanan yang baik dikonsumsi terutama makanan sehat.  Sebagaimana hal ini diinformasikan dalam QS. Al-Baqarah: 168 "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi". Dari ayat ini sudah jelas bahwa makanan yang baik adalah makan yang halal tentu makanan yang ada di bumi yang tumbuh dari bumi adalah makanan yang baik dikonsumsi seperti sayur mayur ataupun buah-buahan.

Dan ada hadis Nabi juga membatasi makanan yang baik itu seperti apa, dalam hal ini hadis diriwayatkan oleh al-Tirmidhi "....Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus makan lebih banyak, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk napasnya." Jadi hadis ini mengajarkan bahwa ada porsi makanan yang masuk dalam tubuh, tidak sepenuhnya makanan, tapi ada keseimbangan cairan, dan juga ruang pernapasan.

Kedua dalam pandangan medis, jika menurut agama makanan yang baik adalah makanan yang halal maka makanan halal yang dimaksud adalah makanan yang baik dikonsumsi seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi, berprotein, dan yang terpenting kurangi konsumsi garam, gula, dan minyak. Karena ketiga ini dapat membantu mencegah penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, dan jantung.

Maka, dengan adanya pola makan yang baik dan ideal menurut agama dan medis ini kita dapat mengatur dengan baik terkait aktivitas yang produktif misalnya untuk membangun kebiasaan bangun di sepertiga malam untuk mendirikan salat, karena pembahasan tentang makan ini tidak hanya berkenaan dengan kesehatan fisik saja, ataupun psikologis, namun juga bisa dikaitkan pada spritual. Sebab pola makan yang teratur dan sesuai porsinya bisa bangun pada sepertiga malam. Karena menurut ulama agar kita bisa bangun malam adalah mensedikitkan makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun