Di balik suara bising bengkel motor yang sering kita dengar sehari-hari, ada ancaman tak terlihat yang mengintai kesehatan mental. Deru mesin, dentingan logam, dan kebisingan konstan bukan hanya gangguan sesaat, tetapi polusi suara yang perlahan merusak ketenangan jiwa. Namun, bagaimana jika kebisingan itu bukan lagi gangguan sesaat, melainkan menjadi teman yang setia di setiap jam bangun kita? Mungkin bagi pengendara motor, suara mesin yang meraung di bengkel adalah hal biasa. Tapi bagi tetangga bengkel, suara itu bisa menjadi penyebab stres yang merusak keseharian dan kesehatan mental. Lalu, bagaimana polusi ini mempengaruhi kesehatan mental kita?
Dalam hidup bertetangga, hendaknya kita ingin memiliki lingkungan rumah yang tentram, damai, tetangga yang baik, ramah dan minim konflik. Namun, apa jadinya jika kita bertetangga dengan bengkel motor, yang setiap harinya terdengar suara berisik dari knalpot? Semua hal di atas hanya akan menjadi angan-angan, kita akan setiap hari terpapar polusi suara atau kebisingan. Hal ini tentu begitu menjengkelkan, apalagi jika kita sedang membutuhkan ketenangan karena beban kerja di kantor, sakit, atau hal personal lainnya.
Stres Lingkungan dan Polusi Suara
Stres lingkungan adalah reaksi fisik dan mental terhadap rangsangan dari lingkungan sekitar, yang dianggap sebagai respons utama terhadap kondisi fisik di sekitarnya (Jamdade, 2020). Untuk menghindari reaksi fisik dan mental yang buruk, hendaknya kita menciptakan lingkungan yang berkualitas. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Leuwol et al. (2023), masyarakat dengan kualitas lingkungan yang baik cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang baik pula. Salah satu bentuk stres lingkungan yang sering ditemui di kota besar adalah kebisingan atau noise.
Kebisingan atau noise merupakan suara yang tidak diinginkan, biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti frekuensi, durasi, intensitas, dan interval (Steg & De Groot, 2019). Kebisingan dapat berasal dari berbagai sumber, misalnya klakson kendaraan yang berasal dari lalu lintas. Selain itu, kebisingan juga dapat berasal dari suara alat berat, pabrik-pabrik besar, musik yang keras, dan suara kendaraan. Paparan kebisingan mesin bengkel dan industri dalam jangka waktu lama dapat merusak kesehatan, salah satunya menyebabkan penurunan daya pendengaran (Pitaloka & Setiawan, 2022). Nah, bengkel motor menjadi salah satu penyumbang kebisingan di lingkungan masyarakat.
Efek Kebisingan pada Masyarakat Sekitar
Bengkel motor, terutama yang berlokasi di daerah pemukiman, sering kali beroperasi dari pagi hingga sore, bahkan sampai malam hari. Dampak yang diberikan jelas bukan hal yang sepele, seperti waktu istirahat yang berkurang, pendengaran terganggu karena terlalu sering mendengar, kenaikan tekanan darah, perubahan irama jantung, bahkan efek psikologis bagi masyarakat sekitar. Hal ini didukung oleh studi yang dilakukan Tzivian et al. (2015), bahwa polusi udara dan kebisingan secara signifikan mempengaruhi tingkat kecemasan, depresi, dan bisa berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari.
Apalagi, jika di dalam rumah ada anak kecil atau bengkel dibangun dekat dengan sekolah, yang dikhawatirkan akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Menurut Devlin (2018), anak-anak yang terpapar kebisingan terus-menerus dapat membuat anak kurang bersemangat dalam belajar, malas berinteraksi dengan teman sebaya, dan orang dewasa. Meskipun kebisingan tidak selalu merusak pendengaran, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang membingungkan bagi anak-anak kecil, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif serta sosio-emosional mereka.
Bukan hanya itu, yang lebih gawat adalah dampak psikologis yang dapat dialami masyarakat sekitar bengkel motor ini. Suara deru mesin ataupun suara knalpot motor mungkin menjadi kesenangan tersendiri bagi pecinta otomotif, berbeda dengan masyarakat biasa. Namun, sebenarnya suara yang keras tersebut dapat mengganggu pendengaran, bahkan jika pendengar mengganggap suara-suara ini menyenangkan (Bechtel & Churchman, 2002).
Dampak Ekstrem Kebisingan pada Perilaku
Menurut Bechtel dan Churchman (2002), kesal, tertekan, dan tidak bahagia merupakan respon psikologis yang terjadi akibat terus terpapar kebisingan siang dan malam. Lebih daripada itu, kebisingan bisa berdampak pada ketidakstabilan mental yang lebih besar, depresi, bahkan memicu tindakan agresif seseorang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berita mengenai tindakan agresif bahkan hingga kriminal dengan motif terganggu akan suara bising yang dihasilkan.
Hal tersebut sejalan dengan berita yang dimuat BBC News Indonesia (2022), adanya dampak fatal dari terganggunya masyarakat karena terpapar kebisingan terus-menerus. Dimana salah satu masyarakat melakukan pelemparan bom molotov ke pabrik PT Semen Padang, hal ini dilakukan sebagai bentuk protes karena keluhan terganggunya akan suara bising yang sudah seringkali Ia sampaikan tidak pernah ditindaklanjuti. Berita yang diunggah Maros.news (2024), juga menjadi bukti bahwa suara bising khususnya yang berasal dari knalpot bisa mengakibatkan tindak kriminal. Pembunuhan tersebut dilakukan dengan motif pelaku merasa tersinggung karena korban menegur dan memarahi pelaku yang memakai knalpot racing.
Bertetangga dengan Bengkel: Sisi Positifnya
Walaupun banyak sekali kerugian yang didapat ketika bertetangga dengan usaha bengkel motor namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bertetangga dengan bengkel motor juga membawa sedikit keuntungan. Misalnya saja, kita jadi bisa mengetahui komponen-komponen motor, harga motor bekas, bahkan hingga "penyakit" yang biasanya terjadi pada kendaraan motor. Ini merupakan ilmu baru untuk kita kaum awam dalam dunia otomotif, sehingga mungkin akan berguna untuk kedepannya. Seperti pada artikel yang diterbitkan oleh Mojok.co (2024), keuntungan lainnya adalah jarak rumah dengan bengkel motor yang dekat, mempermudah kita ketika mengalami kerusakan pada motor pribadi untuk memperbaiki tanpa harus menempuh jarak yang jauh.
ReferensiÂ
Anugerah, P. (2022, March 22). Ketika perkara kebisingan berujung pidana. BBC News Indonesia.
AP, B. (2024, September 20). Gegara knalpot racing, lansia di Tanralili ditikam hingga tewas. Marosnews.Com.
Bechtel, R. B., & Churchman, A. (2002). Handbook of environmental psychology. John Wiley & Sons, Inc.
Devlin, A. S. (2018). Environmental psychology and human well-being: effects of built and natural settings (E. Ekle, Ed.). Academic Press.
Jamdade, P. B. (2020). Environmental psychology perspectives in design of architectural design studio at Ahmednagar District Region. International Journal of Scientific Research in Science and Technology, 7(3), 20--32. https://doi.org/10.32628/ijsrst20735
Leuwol, F. S., Yusuf, R., Wahyudi, E., & Jamin, N. S. (2023). Pengaruh kualitas lingkungan terhadap kesejahteraan psikologis individu di kota metropolitan. Jurnal Multidisiplin West Science, 02(08), 714--720.
Ngarpan, R. (2024, February 13). Punya tetangga bengkel motor nikmat sekaligus menyedihkan. Terminal.
Pitaloka, N. A., & Setiawan, A. A. (2022). Analisis Tingkat Kebisingan bengkel di dinas lingkungan hidup dan kebersihan Kota Palembang. Jurnal Penelitian Fisika Dan Terapannya (Jupiter), 4(1). https://doi.org/10.31851/jupiter.v4i2.7622
Steg, L., & De Groot, J. I. M. (2019). Environmental psychology: An introduction (Second Edition). Wiley-Blackwell. http://psychsource.bps.org.uk
Tzivian, L., Winkler, A., Dlugaj, M., Schikowski, T., Vossoughi, M., Fuks, K., Weinmayr, G., & Hoffmann, B. (2015). Effect of long-term outdoor air pollution and noise on cognitive and psychological functions in adults. International Journal of Hygiene and Environmental Health, 11. https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2014.08.002
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H