Mohon tunggu...
arzella okta anugerah
arzella okta anugerah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Saya merupakan Mahasiswi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kasus Hukum Ekonomi Syariah yang Sedang Viral di Tengah Masyarakat

9 Oktober 2024   14:38 Diperbarui: 9 Oktober 2024   14:40 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

1. Kaidah Hukum Ekonomi Syariah terhadap Kasus Patungan Usaha Yusuf Mansur 

Penjelasan Kasus:
Pada 2012-2013, Ustadz Yusuf Mansur menginisiasi program investasi "Patungan Usaha" dan "Patungan Aset", yang mengajak masyarakat untuk berinvestasi dalam usaha bersama. Masyarakat diajak untuk menyetorkan sejumlah dana untuk membangun hotel, apartemen, dan usaha-usaha lain yang diklaim berbasis syariah. Program ini menarik minat ribuan investor, namun kemudian muncul berbagai masalah, seperti:
- Kurangnya transparansi tentang status hukum usaha tersebut.
- Tidak adanya kepastian mengenai pengembalian modal atau bagi hasil kepada para investor.
- Program tersebut tidak terdaftar secara resmi di otoritas keuangan (OJK).

Akhirnya, muncul gugatan dari para investor karena merasa ditipu, dan kasus ini berlanjut ke ranah hukum, dengan Yusuf Mansur dituduh melakukan penipuan investasi. Kasus ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah investasi tersebut benar-benar memenuhi prinsip syariah.

Kaidah Hukum Ekonomi Syariah (HES) terkait Kasus:
Menurut kaidah Hukum Ekonomi Syariah, ada beberapa prinsip yang dilanggar dalam kasus ini:
- Prinsip Transparansi: 

Dalam ekonomi syariah, setiap transaksi harus dilakukan secara transparan (kejelasan akad). Jika pihak yang mengelola dana tidak memberikan informasi yang jelas mengenai penggunaan dana, status usaha, dan potensi keuntungan, ini melanggar prinsip syariah.

- Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah/Musyarakah): Jika investasi dilakukan berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah, maka seharusnya ada pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan. Jika tidak ada kejelasan mengenai pembagian hasil, ini menjadi pelanggaran terhadap prinsip syariah.
- Larangan Riba dan Gharar: 

Hukum syariah melarang unsur gharar (ketidakpastian) dalam transaksi. Investasi yang dilakukan harus bebas dari ketidakpastian tentang keuntungan dan risiko. Dalam kasus ini, ketidakpastian tinggi terjadi karena tidak ada kejelasan mengenai status usaha.


2. Norma-Norma Hukum yang Terkait dengan Kasus Ini serta Penjelasannya

Norma-norma hukum yang relevan dalam kasus ini meliputi:

- Norma Kepastian Hukum (Legal Certainty): Dalam hukum ekonomi syariah, penting bagi investor untuk memiliki kepastian mengenai status dan mekanisme usaha. Tidak adanya pendaftaran dan pengawasan dari otoritas terkait (OJK) menunjukkan pelanggaran terhadap norma kepastian hukum.
- Norma Keadilan: 

Hukum syariah menekankan keadilan dalam setiap transaksi ekonomi. Dalam kasus ini, ketidakadilan terjadi ketika investor tidak menerima bagi hasil yang seharusnya menjadi hak mereka, dan tidak ada kepastian mengenai pengembalian modal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun