Mohon tunggu...
Ary Wibowo
Ary Wibowo Mohon Tunggu... -

adalah desainer grafis yang juga menulis cerpen dan puisi. suka menikmati pagi di taman kota sambil bersepeda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hampir Sebuah Kisah Cinta (Sebuah Cerita Pendek)

30 Juli 2010   04:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:27 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Fara," bibir lelaki tersebut mengeja namaku. "Bukan maksudku mau berbagi nasib. Nasib adalah kesunyian masing-masing. Ini kulakukan karena kau jelita, dan hidupmu sia-sia seperti hidupku," lanjutnya. Aku memandangi tato di lengannya bergambar lidah api saat ia menyalakan sebatang rokok dan memandang ke luar jendela.

"Kupikir hidupmu bertambah sia-sia malam ini, membuang waktumu dan berapa juta rupiah telah kau hamburkan hanya untuk seorang yang kau tak mengenalnya."

"Apakah kau pikir itu sia-sia?"

"Tentu saja. Lalu apa pula maksudmu selalu membawaku di hotel ini, kamar yang sama di lantai tiga, di mana kau hanya memandangi aku atau jendela dan lampu di luar sana?"

Dia mengalihkan pandangan dari jendela ke wajahku yang tengadah di atas bantal. Ditandaskan rokoknya ke dalam asbak dan perlahan menghampiri ranjang tempatku berbaring.

"Aku sekadar mengingat kenangan di sini, di kamar ini saat kubawa kau pertama kali setelah menemukanmu tergeletak over dosis di diskotik itu, apakah kau masih ingat?" dia balik bertanya sembari duduk di tepi ranjang.

Sebuah kilasan kejadian yang tak begitu jelas melintas di benakku. Yang masih kuingat, aku pernah terjaga di kamar ini dengan tubuh lunglai dan melihat dia duduk di kursi itu memandangiku. Tentu saja, aku tak ingat apakah dia meniduriku sebelumnya atau hanya menungguku hingga terjaga. Kalau hanya untuk menjagaku, mungkin hanya lelaki bodoh yang mau menyia-nyiakan waktunya untuk memedulikan hidupku yang sampah. Dan kupikir dialah salah satu lelaki bodoh itu.

Seingatku, selama tiga hari ia merawatku di kamar ini. Menyuapiku ketika tubuhku masih lemah. Membasuh punggungku dengan air hangat dan matanya sesekali memandangi tato di bawah pusarku bergambar sebuah simbol kartu Queen-jantung hati. Sungguh, dia tak melakukan apa-apa selain merawatku. Kami masing-masing pun tak banyak bercakap waktu itu. Lalu kami berpisah. Dan aku kembali ke rumah bordil tempat aku bekerja.

Sejak peristiwa tersebut, dia sesekali meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah bordil dan memesanku. Membawaku pergi hanya untuk menikmati makan malam atau menginap di hotel ini, tanpa aku harus melakukan apa-apa. Sering kali ia hanya duduk di kursi memandangiku tertidur, sambil membuat sketsa tubuhku yang nyaris telanjang pada selembar kertas. Barangkali memang sedikit aneh lelaki satu ini.

Malam telah mengenakan gaunnya berwarna gelap. Ya, mungkin ini ketigapuluh kali ia membawaku menginap di kamar hotel. Aku perlahan mengenali dirinya secara pribadi. Dia pernah berkata, ia menolongku di diskotik itu hanya karena sebuah pertanda. Kupikir itu sebuah pemikiran yang bodoh, bahwa ia menolongku hanya karena melihat sebuah tanda yang kubuat di bawah pusarku. Seingatku, aku memakai tank top putih berbahan rajut kesukaanku. Aku merasa lebih seksi memakai baju itu yang sangat jelas bisa memperlihatkan tato di bawah pusarku. Dan entah dari mana ia mendapat sebuah keyakinan yang aneh untuk dirinya sendiri, ketika dia menatap simbol Queen-jantung hati yang terlukis dibawah pusarku. Barangkali itu adalah semacam pertanda jawaban bagi pencariannya, begitu pengakuannya. Ah, gombal sekali.

Sungguh gombal. Betapa tidak gombal, jika ia meyakini aku adalah pencariannya hanya karena kami mempunyai kesamaan tentang simbol tato jantung hati. Ia memiliki sebuah tato bergambar kartu King-jantung hati diantara ornamen lidah api dan sulur-sulur penuh warna yang melingkari lengannya. Sedangkan aku memiliki sebuah tato bersimbol Queen-jantung hati di bawah pusarku. Dia bilang, King dan Queen adalah pasangan yang menurutnya telah digariskan untuk bersama. Aku tertawa atas pendapatnya yang konyol itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun