Kurikulum Merdeka mengusung semangat pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi kemajemukan gaya belajar dan karakteristik yang dimiliki oleh murid.Â
Dalam pembelajaran IPA yang penulis ajar misalnya, setelah dilakukan asesmen diagnostik di awal tahun pelajaran ditemukan data bahwa sebagian murid kurang begitu menyukai aktivitas belajar dengan membaca buku.Â
Hal ini nampaknya merupakan salah satu dampak pembelajaran secara daring selama pandemi dimana murid lebih terbiasa menyimak video pembelajaran, googling informasi melalui internet dan mengerjakan asesmen secara online menggunakan aplikasi.
Tergugah dari kondisi yang ada, penulis berusaha menyusun strategi pembelajaran yang menstimulasikan murid untuk berliterasi khususnya membangkitkan kembali semangat membacanya. Alhasil, penulis terinspirasi untuk menyusun skenario pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan media Teka Teki, lebih spesifik sebagai Teka Teki Sains (TTS).
Literasi yang Menyenangkan
Dengan menggunakan TTS, murid 'dipaksa' untuk membaca dan menggali informasi untuk menjawab soal atau stimulus yang ada. Murid termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan bersenang-senang layaknya mengerjakan TTS.Â
Materi pembelajaran, khususnya yang bersifat informatif dan konseptual mampu dieksplorasi secara mandiri oleh murid. Guru berperan sebagai fasilitator saat proses pembelajaran serta memberikan penguatan dan konfirmasi ketika pembahasan.
Â
Untuk lebih membangun nuansa pembelajaran yang lebih menyenangkan dan kompetitif, guru memberikan reward kepada kelompok murid yang mendapatkan nilai terbaik sesuai kesepakatan kelas yang sudah dibangun sejak awal.Â
Murid bersama kelompoknya akan bekerjasama secara kolaboratif untuk menyelesaikan pembelajarannya. Kemampuan berpikir kritis murid dibangun melalui stimulus dan pertanyaan yang mendukung keterampilan berpikir tingkat tinggi, Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung serta refleksi pembelajaran yang dilakukan menunjukkan bahwa murid tampak antusias dalam pembelajaran.Â
Sebagian murid tampak serius mencari jawaban dengan membaca buku maupun sumber informasi lainnya. TTS memungkinkan murid memperoleh petunjuk melalui pertemuan huruf atau kata yang terjawab dalam posisi mendatar maupun menurun.Â
Hal ini menjadikan pembelajaran lebih menarik. Murid berusaha merekonstruksi pengetahuannya sendiri yang memungkinkan menjadi ingatan jangka panjang (long term memory).Â
Proses pembuatan TTS tidak begitu rumit. Dimulai dengan mengumpulkan informasi dan konsep penting yang ingin dibelajarkan kepada murid.Â
Selanjutnya, dibuatkan stimulus pendukung berupa pertanyaan atau kata kunci (keyword) untuk menemukan informasi atau konsep yang dimaksud. Pembuatan TTS dapat dilakukan secara manual oleh guru atau menggunakan banyak aplikasi open source yang memberikan fitur pembuatan TTS, misalnya Eclipse Crossword.
Kreativitas dan Tindak Lanjut
Dalam tahap lanjut, guru dapat memaksimalkan potensi murid untuk membuat sendiri TTS sesuai dengan pengalaman belajar yang dimiliki. Sesama murid maupun antarkelompok dapat saling berkompetisi.Â
Beraneka bentuk permainan dapat dikelola menjadi pembelajaran, misalnya Ular Tangga ataupun gim ice breaking untuk pemusatan perhatian murid. Harapannya, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan murid mampu menerima materi dengan lebih maksimal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI