Ambisi adalah keinginan kuat mencapai sesuatu atau tujuan tertentu. Sedangkan obsesi adalah keinginan disertai usaha keras bahkan terkesan memaksa untuk mencapainya.
Perbedaannya ada pada cara. Orang mencapai ambisinya menggunakan cara-cara positif. Sedangkan obsesi cenderung menghalalkan segala cara. Karena obsesi adalah keinginan yang disertai tindakan emosi yang seringkali tidak terkendali atau berlebihan.
Debat Pilgub Jateng putaran kedua pada 3 Mei lalu jelas menggambarkan bagaimana Sudirman Said tidak sekadar berambisi, tapi terobsesi jadi gubernur. Karena ia merasa tidak cukup hanya memaparkan visi misi dan program (cara positif), tapi malah menyerang Ganjar Pranowo secara personal.
Ia menyerang keterkaitan Ganjar dengan kasus E-KTP. Suatu tuduhan yang masih sebatas isu atau praduga, dan tidak pernah dapat dibuktikan di pengadilan.
Lagi-lagi merasa belum cukup. Secara verbal, Dirman menguarkan kalimat ajakan agar warga Jateng tidak memilih calon yang berpotensi tersandung kasus. Dirman tak perduli bahwa Ganjar hanya diperiksa sebagai saksi. Ia tidak perduli bahwa tuduhan pada Ganjar tidak ada satupun yang terbukti. Ia terus menggiring opini bahwa seolah-olah Ganjar salah dan bakal jadi terpidana korupsi.
Dari sini, bisa dibaca bahwa Dirman menggunakan segala cara. Pertama, Ia tidak perduli bahwa materi serangannya sama sekali tidak sesuai tema pada debat kedua. Yakni pelayanan publik dan perekonomian.
Kedua, Dirman menyerang Ganjar pada ranah personal. Sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan seorang negarawan. Etika politik mantan Menteri ESDM ini dipertanyakan.
Dirman tak perduli keluar tema atau melanggar etika. Menurutnya, jika ada senjata yang bisa digunakan menjatuhkan lawan, maka harus digunakan. Peduli setan dengan aturan.
Tanpa sadar, Dirman justru mengingatkan publik akan serangan-serangan pada Ganjar yang terkait E-KTP. Selama ini publik masih bertanya-tanya, apa betul pihak Dirman menggunakan cara-cara negatif dalam melawan petahana.
Seperti kasus selebaran gelap E-KTP yang disebarkan di Pati, Cilacap, dan sejumlah daerah lain. Selebaran itu berisi berita koran yang diframing sehingga seolah-olah sebagai bukti Ganjar benar-benar terlibat kasus E-KTP. Sebelumnya juga ada kuisioner di Magelang yang isinya mengatakan Ganjar terlibat E-KTP dan mengununggulkan Dirman sebagai pembongkar "Papa Minta Saham".
Menariknya, serangan Dirman sejatinya adalah peluru karet yang ketika mengenai Ganjar kemudian memantul berbalik arah menuju Dirman sendiri atau pasangannya, Ida. Ya, seperti kata Ganjar ketika menjawab soal E-KTP. Kalau Nazaruddin bilang seluruh pimpinan dan anggota Komisi II DPR RI 2009-2014 menerima suap E-KTP, maka bagaimana dengan Ida yang juga saat periode itu juga anggota Komisi II?