Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Menuju Masa Depan

23 Maret 2024   04:46 Diperbarui: 27 Maret 2024   13:40 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mental anak kita saat ini menjadi penting untuk dikuatkan, lantaran paparan informasi yang begitu deras sering kali jika anak kita belum siap, mereka kelak menjadi korban banjir informasi dan banjir akses informasi.

Menjadi cerdas gemilang, dengan nilai hafalan 100 sudah tidak menjadi populer hari ini, pendidikan di revolusi industri 4.0 menerapkan pendidikan yang lebih aplikatif dan diselesaikan secara kelompok bukan lagi individu.

Jika orangtua masih berharap anaknya untuk cerdas pelajaran saja, sehingga setelah pulang sekolah masih memberi pelajaran tambahan kepada anaknya, maka arahan yang ingin dicapai orangtua ini berbeda dengan harapan dunia ke depan.

Anak tidak lagi dituntut untuk 'pinter' menghafal, teoritis, dan penuh dengan kegiatan yang duduk dan mendengarkan di ruang kelas. Saat ini mereka dilibatkan dalam pembelajaran, sedikit mendengar, lebih banyak mengkritisi, mendesain, merancang dan menyelesaikan rancangannya serta mempresentasikan hasil karya mereka.

Kurikulum nasional telah mengajak para guru dan murid untuk mengupayakan para murid agar belajar yang lebih dua arah, bahkan lebih dari dua arah. Sekolah tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar, namun juga buku fisik, buku elektronik, web, aplikasi, serta teknologi informasi lainnya.

Definisi murid cerdas saat ini adalah murid yang mampu berkomunikasi efektif, mampu berkolaborasi bekerja dalam tim, mampu kritis, mampu mengelola informasi untuk mendatangkan inovasi yang diselesaikan dengan kreativitas dan pada akhirnya menjadi bagian dari dunia.

Tuntutan ini memberikan sebuah pesan terselip bahwa anak kita wajib kita senjatai mereka dengan mentalitas pembelajar, bukan lagi mentalitas penghafal, yang individualis dan cukup mengingat hal yang diujikan saja.

Mentalitas pembelajar itu adalah sebuah kondisi mental yang memahami konsep diri yang tepat, tahu diri, tahu kekuatan dan kelemahan diri, tahu bahwa diri mereka memiliki kesukaan atau daya tarik ke bidang tertentu. Selain itu mentalitas pembelajar pun memiliki mental 'open minded' pikiran terbuka, yang menerima kritik, masukan dan perbaikan, pribadi yang tidak terpaku hanya dari satu sudut pandang, pribadi yang menerima perbedaan sebagai kekayaan, pribadi yang melihat keberagam sebagai suatu penguat kebijaksanaan.

Pribadi pembelajar pun terus mengembangkan mental yang tekun, penuh semangat untuk belajar, tidak berhenti sebelum mencapai, jika pun gagal ia akan coba cara lain agar mendekati keberhasilannya.

Mentalitas pembelajar juga memiliki mental yang baja, kokoh, penuh peluang untuk terus bangkit pantang menyerah. Persaingan dijawab dengan inovasi dan kreasi, bukan dengan iri dan dengki. Setiap perubahan direspon dengan menata diri agar dapat beradaptasi melampui perubahan dan terus bersinergi.

Membangun mentalitas pembelajar ini adalah hal yang patut diupayakan oleh orangtua dan sekolah guna mempersiapkan generasi penerus yang siap menuju masa depan di abad 21. Orangtua dapat memberikan penguatan mentalitas ini dengan beragam cara salah satunya adalah ajari anak kita untuk disiplin. Jika di usia anak tidak mendapat disiplin maka ia sulit belajar untuk menertibkan diri mereka. Mereka mudah dikalahkan oleh ego sesat mereka.

Penguatan disiplin adalah kunci dari kesuksesan semua negara maju saat ini, mereka sangat mengedepan disiplin dari segala aspek. Mereka memahami bahwa disiplin dapat membentuk warga negaranya menjadi tertib, dan memberi dampak untuk kemudahan dalam pengaturan dan pengendalian individu. Disiplin adalah awal dari pembentukan karakter lainnya seperti ketekunan, kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab.

Untuk itu ajaran utama di rumah dan di sekolah adalah terkait disiplin. Disiplin dapat dilakukan di setiap arena rumah, seperti disiplin meletakan sepatu atau sandal pada tempatnya, menaruh pakaian kotor pada tempatnya, menaruk piring, sendok, gelas kotor pada tempatnya, merapikan tempat tidur, membereskan meja belajar atau tempat bermain,  menyimpan alat bermain pada tempatnya, disiplin lainnya.

Disiplin di sekolah dapat berupa disiplin waktu masuk dan pulang sekolah, disiplin berseragam sekolah, disiplin meletakan tas, buku dan perlengkapan belajar, disiplin dalam menggunakan peralatan dan perlengkapan sekolah, disiplin dalam menggunakan toilet, disiplin dalam mengerjakan tugas, disiplin dalam beraktivitas di dalam kelas, dan lainnya.

Pendidik dan orangtua perlu sekali berperan untuk menegakan disiplin ini dengan tegas dan jelas dalam konsekuensinya agar terbentuk karakter murid atau anak yang kuat dalam pengendalian diri. Pengendalian diri yang terbentuk dapat membantu murid atau anak kita menjadi pribadi yang mudah untuk mengarahkan dirinya ke arah yang lebih baik, dan juga membuat mereka teguh dalam mencapai harapan mereka sehingga mereka tidak terombang-ambing oleh keinginan pribadi yang semaunya.

Orangtua dan sekolah wajjib bekerjasama dalam hal penguatan karakter khususnya disiplin ini. Kerjasama yang baik antar orangtua dan sekolah dapat memberikan percepatan terhadap pembentukan karakter unggul bagi para murid.  Jangan ada pembiaran, apalagi toleransi yang terlalu lebar terhadap setiap ketidakdisiplinan murid. Terkadang pendidik dan orangtua lebih sering mendidik murid atau anaknya dengan rasa kasihan.

"Wah kasihan masih kecil, kok sudah disuruh merapikan tempat tidurnya", pernyataan ini dapat menidurkan mentalitas anak dan membangunkan ego yang manja dan tidak punya daya juang. Rasa kasihan berbeda dengan rasa cinta, mendidik dengan cinta jauh lebih baik daripada dengan kasihan. Cinta dapat membawa orangtua dan pendidik untuk lebih tega dan tegas untuk memberikan penguatan karakter kepada anak didiknya.

Penegakan disiplin dengan cinta dapat memberi kreativitas kepada pendidik dan orangtua dalam mengkreasikan cara pendekatan agar disiplin ditegakan dengan cara humanis, tanpa siksaan atau ancaman, tapi lebih ke konsekuensi logis yang dapat merubah anak agar lebih disiplin.

Ini adalah langkah awal dalam menyiasati pendidikan menuju masa depan, yang patut dikembangkan dan dikuatkan kepada para murid atau anak kita agar mereka mendapat tempat yang baik di masa mereka bertumbuh dan berkembang. Semoga tulisan ini memberi manfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun