Mental anak kita saat ini menjadi penting untuk dikuatkan, lantaran paparan informasi yang begitu deras sering kali jika anak kita belum siap, mereka kelak menjadi korban banjir informasi dan banjir akses informasi.
Menjadi cerdas gemilang, dengan nilai hafalan 100 sudah tidak menjadi populer hari ini, pendidikan di revolusi industri 4.0 menerapkan pendidikan yang lebih aplikatif dan diselesaikan secara kelompok bukan lagi individu.
Jika orangtua masih berharap anaknya untuk cerdas pelajaran saja, sehingga setelah pulang sekolah masih memberi pelajaran tambahan kepada anaknya, maka arahan yang ingin dicapai orangtua ini berbeda dengan harapan dunia ke depan.
Anak tidak lagi dituntut untuk 'pinter' menghafal, teoritis, dan penuh dengan kegiatan yang duduk dan mendengarkan di ruang kelas. Saat ini mereka dilibatkan dalam pembelajaran, sedikit mendengar, lebih banyak mengkritisi, mendesain, merancang dan menyelesaikan rancangannya serta mempresentasikan hasil karya mereka.
Kurikulum nasional telah mengajak para guru dan murid untuk mengupayakan para murid agar belajar yang lebih dua arah, bahkan lebih dari dua arah. Sekolah tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar, namun juga buku fisik, buku elektronik, web, aplikasi, serta teknologi informasi lainnya.
Definisi murid cerdas saat ini adalah murid yang mampu berkomunikasi efektif, mampu berkolaborasi bekerja dalam tim, mampu kritis, mampu mengelola informasi untuk mendatangkan inovasi yang diselesaikan dengan kreativitas dan pada akhirnya menjadi bagian dari dunia.
Tuntutan ini memberikan sebuah pesan terselip bahwa anak kita wajib kita senjatai mereka dengan mentalitas pembelajar, bukan lagi mentalitas penghafal, yang individualis dan cukup mengingat hal yang diujikan saja.
Mentalitas pembelajar itu adalah sebuah kondisi mental yang memahami konsep diri yang tepat, tahu diri, tahu kekuatan dan kelemahan diri, tahu bahwa diri mereka memiliki kesukaan atau daya tarik ke bidang tertentu. Selain itu mentalitas pembelajar pun memiliki mental 'open minded' pikiran terbuka, yang menerima kritik, masukan dan perbaikan, pribadi yang tidak terpaku hanya dari satu sudut pandang, pribadi yang menerima perbedaan sebagai kekayaan, pribadi yang melihat keberagam sebagai suatu penguat kebijaksanaan.
Pribadi pembelajar pun terus mengembangkan mental yang tekun, penuh semangat untuk belajar, tidak berhenti sebelum mencapai, jika pun gagal ia akan coba cara lain agar mendekati keberhasilannya.
Mentalitas pembelajar juga memiliki mental yang baja, kokoh, penuh peluang untuk terus bangkit pantang menyerah. Persaingan dijawab dengan inovasi dan kreasi, bukan dengan iri dan dengki. Setiap perubahan direspon dengan menata diri agar dapat beradaptasi melampui perubahan dan terus bersinergi.