Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Liku-liku Penguatan Karakter di Sekolah

18 November 2023   21:18 Diperbarui: 20 November 2023   14:02 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Untuk membantu penanaman nilai-nilai dan karakter dalam proses pembelajaran di kelas, guru membutuhkan panduan berisi langkah-langkah konkret. (KOMPAS)

Lama bersekolah di masa sekolah 5 hari cukup panjang, kurang lebih 7 jam para murid menghabiskan waktu mereka setiap harinya. Lama bersekolah ini tentu tidak menjadi berkualitas jika sekolah hanya menawarkan kegiatan belajar materi pelajaran semata, tanpa mengembangkan hal-hal lain yang diperlukan para murid di masa depan mereka.

Tiga aspek penting yang perlu dimiliki para murid di antaranya pengetahuan, keterampilan dan karakter berkualitas wajib didapat oleh para murid selama bersekolah. 

Jika sekolah hanya fokus ke salah satu atau hanya fokus kedua aspek saja, maka murid berkembang menjadi kurang optimal. Namun demikian jika terpaksa hanya dapat mengembangkan salah satu saja, tentu aspek karakter berkualitas menjadi pilihan utama untuk dikembangkan.

Pagi ini, penulis mendapat kesempatan untuk berwawancara kepada kepala SMP salah satu sekolah swasta di Sleman Yogyakarta. Bapak Kepala SMP ini menjelaskan betapa unit yang beliau pimpin fokus untuk mengembangkan ketiga aspek pendidikan, khususnya terkait aspek karakter berkualitas.

Beliau mengawali wawancara dengan sebuah pernyataan berikut, "Bapak bisa lihat banner besar yang kami pasang di tengah gedung sekolah ini, yang dapat dilihat semua murid dan orangtua, serta guru. Banner ini berisi sebuah kalimat, "Apapun alasannya menyontek tinggal kelas". Ini sebuah ketegasan dari sekolah agar para murid paham, untuk mendapat sesuatu prestasi tidak harus menyontek, tetapi perlu usaha, dan juga menjamin kepada para murid bahwa usaha mereka seberapapun kami hargai".

Ketegasan sekolah ini dibuktikan dengan adanya beberapa murid yang akhirnya diminta untuk dikembalikan ke orangtua mereka, lantaran menyontek di saat ujian berlangsung. 

"Ini kami sudah sampaikan di awal pertemuan dengan para orangtua sebelum anaknya kami terima sebagai murid kami, juga kepada para calon murid yang hendak mendaftar sebagai murid SMP kami bahwa kami tegas untuk urusan menyontek ini", tegas Bapak kepala SMP yang memaparkan bahwa budaya ini sudah dikumandangkan sebelum calon murid diterima.

Ketegasan dalam hal kejujuran dalam pencapaian prestasi memang perlu dibudayakan sejak dini. Ketegasan ini dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi para murid kelak. 

Budaya sekolah pun tentu akan menghargai upaya-upaya dalam proses pencapaian yang hendak diperoleh para murid. Sekolah tidak lagi terjerat hanya menghargai nilai akhir yang dicapai murid saja. Proses dalam hal ini upaya sebelum mencapai hasil menjadi penting dan mendapat tempat di sekolah ini.

Budaya yang dibangun bukan hanya slogan berupa poster saja yang dipajang besar-besar dan dibingkai dengan frame mahal, namun sebuah tindak tanduk yang diikuti dengan sanksi serta juga sistematika pembelajaran yang tersusun secara komprehensif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun