Suatu saat penulis melihat kumpulan murid yang bergabung dalam satu kelompok sedang berebut untuk mengutarakan pendapatnya, hingga salah satu murid pun menangis lantaran pendapat yang ia sampaikan tidak diterima oleh anggota kelompoknya.
"Apa yang terjadi, apakah kamu kecewa dengan anggota kelompok mu?" tanya penulis kepada murid yang menangis. "Ya Pak saya kecewa karena pendapat saya tidak digunakan dalam menentukan yel-yel kelompok ini" respon spontan dari murid yang menangis. Penulis kemudian mencoba menggali informasi dari murid lain yang berada dalam satu kelompok yang sama. "Bagaimana pendapat teman mu ini tidak diterima oleh kalian semua?", "Iya Pak karena ketua yang terpilih menolak untuk menggunakan ide teman saya ini, dan kami juga mengikuti ide ketua kelompok kami. Jadi kami tidak bisa menerima ide teman saya ini".
Selanjutnya penulis juga menemukan kejadian bermakna lainnya di kegiatan yang sama di atas, masih banyak anggota kelompok yang bersaing antar mereka untuk dapat memenangkan beberapa tantangan yang diberikan oleh panitia, padahal tantangan ini diperlukan kerjasama antar anggota kelompok dan tentu tidak akan berhasil jika masing-masing anggota kelompok belum kompak dan hanya memikirkan kehebatan individu.
Hal lain yang penulis temukan dalam kegiatan di atas masih banyak ketua kelompok yang bingung memimpin kelompoknya sehingga sang ketua malah tidak dapat merekatkan anggotanya untuk berpadu menyelesaikan tantangan yang diberikan. "Ketua, bagaimana kita menyelesaikan tantangan ini?", tanya salah satu anggota kelompok. "Ya terserah kalianlah, saya ikut saja", jawab ketua kelompok yang mulai kebingungan.
Kegiatan yang dilakukan oleh sekolah ini adalah jenis kegiatan di luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang berbeda. Perbedaannya adalah penekanan kepada kerja kelompok bukan kerja individu. Kegiatan ini dibuat untuk mengembangkan ketrampilan kolaborasi antar murid yang saat ini menjadi orientasi dalam persiapan menuju abad 21.
Mengapa kegiatan ini penting untuk dilakukan? Lihat saja di saat kegiatan ini dilakukan banyak sekali sikap murid yang masih individualis, dan  masih belum memahami makna kolaborasi. Mereka masih terbiasa dengan segala dilakukan atas dasar kemauan sendiri bukan sesuai dengan target kelompok.
Pembentukan ketrampilan kolaborasi tidak dapat dilakukan hanya mendengarkan teori tentang apa itu kolaborasi, namun perlu diterapkan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan reguler di sekolah. Jika sekolah hendak mempersiapkan muridnya menuju masa depan, maka sekolah sangat perlu untuk terus mengajak murid-muridnya belajar berkolaborasi melalui kegiatan baik itu di dalam kelas atau di luar kelas.
Kegiatan di dalam kelas dapat berupa penyelesaian sebuah proyek yang terintegrasi dari beragam mata pelajaran, misal sekolah dapat membuat tema proyek terkait ekonomi hijau. Setiap kelompok dapat menyusun ide untuk mendukung ekonomi hijau yang dapat dilakukan dengan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah atau di sekitar lingkungan sekolah. Murid dalam kelompok dapat melakukan diskusi, observasi, dan bekerjasama untuk menyelesaikan proyek mereka.
Kegiatan di luar kelas dapat berupa kegiatan pembentukan tim seperti kegiatan kepramukaan, atau kegiatan pengembangan kepemimpinan. Sekolah dapat meluangkan waktu agar murid dapat bekerja tim dalam satu hari atau dua hari satu malam. Dalam kegiatan ini sekolah dapat memberikan penugasan-penugasan kelompok untuk diselesaikan secara kolaborasi per kelompok atau antar kelompok. Kegiatan ini misalnya membangun tenda, menyajikan makanan, melakukan permaian kelompok (kita dapat mencarinya di mesin pencarian), membantu kebersihan sekolah dan lainnya.
Ketrampilan kolaborasi yang dikembangkan ini dapat membantu murid untuk belajar banyak hal khususnya ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk masa depan mereka di antaranya mereka belajar menghargai perbedaan, belajar mendengarkan pendapat orang lain, belajar menyampaikan pendapat, belajar menerima pendapat orang lain dan menerima pendapatnya ditolak karena ada pendapat yang lebih baik, belajar bekerja bersama, belajar bekerja dipimpin orang lain, belajar memimpin, belajar berorientasi proses dan target, belajar menyusun strategi, belajar menerima kekalahan dengan mental juara, belajar menjadi menang, belajar menyemangati dan belajar disemangati.
Cukup banyak yang mereka pelajari jika ruang-ruang kolaborasi dibuka dan diberikan kepada para murid kita. Untuk itu sekolah perlu sekali untuk menyusun program pembelajaran yang mengusulkan kegiatan-kegiatan kolaborasi antar murid dalam satu kelas atau bahkan dapat juga dalam satu sekolah. Susunlah program yang taktis, strategik dan penuh makna agar murid kita benar-benar kita siapkan menuju masa depan mereka. Kegiatan-kegiatan individu yang hanya duduk di dalam kelas sudah bukan lagi masa mereka untuk dapat bertahan hidup di abad 21. Segeralah diramu program kolaborasi.
Program kolaborasi yang diramu tentu perlu mengkaji segala aspek dalam penyusunannya. Pahami dulu pengetahuan dasar murid kita secara umum apakah telah menunjang atau mendukung menuju kegiatan kolaborasi tersebut, jika belum beri dulu pengetahuan dasarnya. Misal tim guru dapat memberikan simulasi bagaimana berdiskusi, apa itu kerjasama, apa itu kolaborasi, apa itu strategi, apa itu komunikasi, bagaimana mendengarkan pendapat, bagaimana menyampaikan pendapat, bagaimana jika pendapat kita berbeda namun kita tetap ingin menyampaikan pendapat kita, bagaimana menerima pendapat orang lain dan segala hal yang kelak muncul dalam kegiatan kolaborasi.
Sekolah dapat melatih semua ketrampilan dasar ini dalam bentuk simulasi bukan sekedar pemaparan materi layaknya sebuah kuliah, namun buatlah seperti lokakarya dimana fasilitator dan peserta terjalin interaksi dan juga lebih banyak simulasi ketimbang teori.
Penulis pernah menerapkan program kolaborasi di sekolah yang penulis pimpin, alhasil para murid ini fokus untuk bersahabat dan bukan melakukan perundungan. Para murid berlomba-lomba untuk melakukan pencapaian prestasi kelompoknya melalui bekerja lebih efisien dan efektif bersama kelompoknya dan juga mereka membuka diri untuk belajar dari kelompok lain. Program kolaborasi di sekolah yang pernah penulis pimpin dilakukan per awal murid masuk sekolah. Kami membuat tema, memberikan lokakarya, kemudian membentuk tim kelompok dengan target berbeda-beda namun masih dalam satu rangkaian tema.
Setiap tim wajib membuat proposal terkait kegiatan yang mereka ingin capai dan di dalam proposal tersebut mereka cantumkan proses mereka mencapai target tersebut, serta juga dimasukan data-data penunjang dan waktu setiap proses yang akan dilaluinya. Hal ini guna membantu tim agar kegiatan mereka terukur dan dapat menuju pencapaian target kelompok mereka. Setiap kelompok diberikan 1 guru pendamping, yang bertugas memonitor dan mengevaluasi proses yang dilakukan.
Hasil akhir dari kerja kolaborasi ini adalah berupa pameran, di saat pameran kami mengundang tamu dari yayasan, unit lain, orangtua murid dan media untuk mengunjungi stand atau booth per kelompok kolaborasi. Setiap kelompok sudah menyiapkan materi pamerannya berupa poster, produk, juga penjelasan produk agar menarik. Mereka pun diminta untuk menanyakan tanggapan setiap tamu yang berkunjung ke booth mereka, baik berupa saran dan atau kesan terhadap booth mereka.
Di akhir kegiatan tentu ada pemilihan booth pameran yang favorit pilihan tamu, juga pilhan guru, serta pilihan antar peserta pameran. Para murid menjadi tertantang untuk menghadirkan booth yang menarik yang dilengkapi dengan poster dan produk unggulan kelompok mereka. Selanjutnya tim ini pun oleh dewan guru diajukan untuk mengikuti lomba mulai tingkat kabupaten hingga nasional dan internasional.
Kegiatan ini persis sesuai dengan ungakapan "Sekali mendayung, 2, 3 pulau terlampaui" artinya dalam satu kegiatan kolaborasi yang dilakukan dapat menghasilkan banyak hal baik yang diperoleh untuk murid, sekolah dan orangtua murid.Â
Semua mendapat manfaat, semua menjadi positif dan produktif. Untuk itu mari Bapak dan Ibu guru dimanapun kalian berada segeralah bangun program kolaborasi ajak mitra sekolah seperti orangtua, yayasan, dan lainnya. Bangunlah sekolah yang membawa muridnya ke masa depan. Jika perlu untuk berdiskusi dengan penulis, silakan hubungi penulis. Semoga tulisan ini membawa semangat untuk gerakan sekolah menuju masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H