Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Atasan Bergaya Pemimpin dan Bos, Apa Bedanya?

31 Oktober 2023   19:31 Diperbarui: 1 November 2023   17:48 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.freepik.com

Sebagai pekerja kita sering berhadapan dengan atasan yang beragam kepribadian dan juga memiliki beragam pendekatan yang perlu kita pelajari lebih awal agar kita dapat menyesuaikan kehadiran mereka. 

Ingat, kita yang menyesuaikan diri terhadap atasan kita bukan mereka yang menyesuaikan diri mereka dengan kita sebagai bawahannya.

Untuk lebih sederhana mari kita bagi dua jenis atasan yang ada saat ini, yaitu atasan bergaya sebagai bos dan atasan yang bergaya pemimpin.

Atasan yang bergaya sebagai bos tentu kita mudah memahaminya. Ia mudah sekali untuk marah seenakanya, dan senang seenaknya. 

Atasan bergaya bos tidak memikirkan dampak panjang atas reaksi emosinya yang tersulut kemarahan dan langsung mendamprak alias mencetuskan kemarahannya langsung ke bawahannya. Mereka tidak peduli lagi tata krama, nilai-nilai luhur organisasi yang mereka pimpin.

Atasan bergaya bos sulit dan bahkan tidak mau memuji bawahannya secara langsung. Pamali bagi mereka untuk memuji bawahannya apalagi memujinya di hadapan orang banyak. Atasan ini senang dipuji oleh bawahannya, sehingga model bawahan berwatak 'penjilat' lebih langgeng dengan atasan seperti ini. Jika pun bukan 'penjilat' namun penurut pun bisa langgeng dengan atasan model ini.

Atasan bergaya bos memiliki 2 pasal utama dalam menjalankan komandonya. Pasal 1 berbunyi "Bos tidak pernah salah", dan pasal 2 berbunyi "Jika Bos salah lihat pasal 1". Kedua pasal inilah yang sering dipakai oleh atasan bergaya bos. Bos tidak pernah salah dan selalu benar. Kesalahan hanya ada pada bawahannya, dan jangan pernah menyebutkan kesalahannya sang bos, jika kesalahannya disebutkan maka siap-siaplah angkat kaki.

Selanjutnya, atasan model ini pemimpin lebih cenderung menggunakan pendekatan emosional sesaat, mereka sulit membuat planning jangka panjang. Isi dalam perencanaan mereka adalah lakukan sekarang yang terpikir atau terbelesit saat ini saja. 

Mereka seperti petugas ambulance yang bekerja dalam kondisi darurat. Jika pesaingnya melakukan A maka bos akan berupaya bersaing dengan cara melakukan A plus tanpa memikirkan lebih panjang terkait kemampuan dan dampak yang terjadi jika ikut-ikutan melakukan A.

Model atasan ini pun senang sekali mempertahankan diri mereka layaknya mereka berkata,"I am the best", jadi jika diberi masukan atau saran atasan ini langsung berpikir untuk menolak tanpa harus mendengarkan saran itu selesai disampaikan. Kalimat yang sering digunakan untuk  menjawab sebuah saran adalah "Pokoknya gini!", "Ini sudah baik kok!", "Tidak perlu yang aneh-aneh, gini aja udah oke!".

Bos tidak suka jika ada bawahannya lebih cemerlang darinya, yang ia inginkan hanya ia seorang saja yang mendapat spotlight, sorotan dari orang banyak. Jika ada bawahannya yang lebih dikenal orang lain maka ia mulai pusing dan mulai untuk berstrategi menyikirkan sang bawahan ini.

Organisasi yang dipimpin oleh atasan bergaya bos sulit untuk menggunakan prosedur yang baku, karena ia tidak mau kehilangan untuk terlibat di setiap titik dan simpul organisasi, serta ia terbiasa untuk tidak mempercayai semua lini yang ia bangun. Ia bahkan dapat membuat grup komunikasi yang berbeda-beda di setiap lininya dan senang disibukan namun sulit untuk menyimpulkan dan bertele-tele dalam mengambil keputusan karena ia takut salah memutuskan.

Tipe atasan model bos bagus di saat-saat genting atau di awal pendirian sebuah organisasi namun menjadi buruk di saat organisasi berkembang dan bergerak untuk maju. Umumnya atasan model bos ini tidak dapat mempertahankan organisasinya dengan baik karena orang-orang cemerlang yang dapat bekerja mandiri akan keluar dan enggan untuk melanjutkan karirnya di bawah naungan atasan model ini.

Sebaliknya atasan yang bergaya pemimpin tentu memiliki karakater yang berbeda dengan atasan bergaya bos. Atasan bergaya pemimpin mengutamakan komunikasi yang intensif dan terarah dengan lini di bawahnya. Atasan ini membentuk tim kerja bukan birokrasi.

Atasan ini pun ketat dalam prosedur dan menjaga baik tata cara dalam menjalankan organisasi karena mereka membuat planning di awal sebelum memulai sebuah pekerjaan kecil ataupun besar. Perencanaan menjadi senjata utama atasan bergaya pemimpin. Pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan serta terukur menjadi landasan dalam penempatan bawahannya.

Mereka pun dapat menjaga nilai-nilai luhur di saat bawahan mereka bekerja tidak sesuai, atasan ini akan datang atau memanggil bawahannya untuk diajak dialog jika bawahan ini masih dapat dibina maka ia akan membinannya namun jika tidak bawahan ini ditempat di tempat yang lebih sesuai atau mungkin juga diijinkan untuk mengundurkan diri dengan cara baik-baik.

Atasan bergaya pemimpin tidak menunjukkan kemarahan yang meledak-ledak langsung kepada bawahannya, mereka sangat menjaga kestabilan emosi mereka karena mereka berprinsip, "Jika saya dapat menjaga dan mengendalikan diri saya maka saya dapat menjaga dan mengendalikan orang lain. Namun sebaliknya jika saya gagal mengendalikan diri saya maka tentu saya tidak mampu mengendalikan orang lain".

Atasan bergaya pemimpin senang dan bahagia jika bawahannya lebih cemerlang dari dirinya. Ia bahkan dapat mengarahkan mereka-mereka yang cemerlang untuk mendapatkan tempat yang layak sehingga dapat membantu dirinya menyelesaikan tantangan organisasi di masa depan. Atasan ini dapat mengkader pemimpin-pemimpin berikutnya, mentalnya adalah mental yang kaya untuk berbagi dan mengembangkan tim kerjanya.

Atasan bergaya pemimpin dapat menegur bawahannya agar lebih baik dan juga dapat memberi pujian atas capaian yang baik yang telah dicapai, serta terus memberi semangat agar dapat mencapai prestasi yang lebih gemilang lagi di kemudian hari. Ia tidak hanya memberikan target namun juga petunjuk dan dampingan agar bawahannya dapat mencapai target yang diinginkan.

Di saat ada persaingan dengan organisasi lain, atasan model ini tidak mau ikut-ikutan semata, ia ingin organisasinya menjadi trendsetter atau panutan bagi organisasi lain. Ia akan mencari dan menemukan keunikan organisasinya sehingga memiliki nilai yang unik dibandingan organisasi lainnya.

Ini sebagian kecil dari yang utama terkait perbedaan atasan yang perlu kita ketahui sebagai orang yang bekerja. Di saat kita tahu gaya atasan kita, maka kita dapat menakar apakah kita cocok dengan atasan model bos atau model pemimpin. Mereka hadir untuk melengkapi kita jika Anda cocok, maka lanjutkan. Jika tidak cocok, silakan Anda pikirkan lagi agar Anda tidak menyesal bekerja bersama atasan dengan model yang tidak pas dengan harapan Anda. Semoga bermanfaat.

Sumber: www.freepik.com
Sumber: www.freepik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun