Saat anak kita mulai bercerita tentang segala apapun yang ingin ia ceritakan dengarkanlah dengan interaksi berkualitas, amati mimiknya, tatap matanya, perhatikan setiap kalimat yang diucapnya.
Hargai setiap kalimat yang diucapnya, misal ketika ia bercerita tentang sesuatu yang menakutkan maka kita perlu ikut merasakan ketakutan yang dialaminya, begitu juga ketika ia bercerita hingga tertawa maka kita pun kita tertawa atas ceritanya. Ini bagian dari menghargai cerita sang anak.
Ingat nasehat dan arahan tidak diberikan langsung kepada anak, ijinkan anak kita selesaikan dahulu ceritanya dan kemudian tanyakan kepada sang anak, "Apakah ceritanya masih berlanjut, atau boleh papa menanggapi cerita mu (sebut nama anak)?" Cara ini memberikan kenyamanan kepada sang anak untuk menerima dirinya dan memberikan kepercayaannya kepada kita.
Pastikan kita tidak menyepelehkan atau mengabaikan cerita sang anak dengan berkata, "Ya ampun gitu ajah kok kamu nangis!", "Ayolah seperti papa loh dulu bisa kok ngadepin hal ini!", "Hahaha... kecil-kecil kok sudah suka-sukaan, dah fokus saja urusin pelajaran di sekolah!"
Kalimat-kalimat yang tidak nyaman ini dapat memberikan dampak anak berhenti untuk bercerita kepada kita lagi dan dampak yang lebih luas lagi adalah mereka mulai tidak betah untuk tinggal di rumah, sering ke rumah temannya atau bahkan sang anak dapat saja berpikiran untuk memusnahkan dirinya lantaran tidak ada orang dekat yang mau mendengarkannya.
Demikian strategi sederhana untuk merawat kepercayaan anak kita agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dengan mental yang kaya dengan cinta dan kasih sayang. Mental yang kaya ini tentu bermanfaat untuk kehidupannya kelak guna membahagiakan orang-orang di sekitarnya.Â
Semoga bermanfaat untuk dipraktekan kepada anak kita sendiri, sang buah hati yang luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H