Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Merawat Kepercayaan Anak, Bagaimana Caranya?

26 Oktober 2023   02:42 Diperbarui: 27 Oktober 2023   16:15 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan komunikasi antara orangtua dan anak (Freepik/tirachardz) 

Masihkah anak kita bercerita kepada kita tentang kejadian tertentu di saat mereka bersekolah atau di saat mereka tidak bersama kita? Jika masih dan sering, itu artinya kita termasuk orangtua yang dapat merawat kepercayaan anak kepada kita. Namun jika tidak maka hal ini suatu pertanda bahwa kita perlu segera memperbaiki hubungan kita dengan anak kita.

Kepercayaan anak kepada kita telah ditunjukan olehnya di saat mereka baru lahir, dimana saat sang bayi mungil yang menangis terdiam setelah berada dalam pelukan hangat dari orangtuanya. 

Kepercayaan sang bayi mungil ini lambat laun semakin meningkat dan semakin kuat jika kita merawatnya dengan baik. Bagaimana merawat kepercayaan anak sedari dini?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya pembaca dan penulis sepakat bahwa kepercayaan anak itu perlu dirawat guna menumbuhkan kematangan mental anak khususnya dalam mengembangkan ketrampilan anak untuk mencintai dirinya secara utuh dan penguatan konsep diri yang kokoh hal ini dikarenakan mereka mendapat tempat untuk dipercaya minimal oleh orangtuanya sendiri.

Tulisan ini merupakan pengalaman penulis terkait membangun kepercayaan terhadap anak penulis sendiri yang saat ini sedang duduk di kelas 4 sekolah dasar. Hal utama yang penting untuk dilakukan untuk membangun kepercayaan anak adalah membangun interaksi yang berkualitas.

Interaksi berkualitas dicirikan dengan adanya komunikasi verbal, fisik dan hati. Komunikasi verbal tentu terkait apa saja yang kita ucapkan mulai dari bercerita, bertanya, menjawab pertanyaan hingga membuat guyonan. 

Komunikasi fisik dapat berupa pelukan, jabat tangan, tos, tepuk tangan, mengendong, dan sentuhan fisik yang pantas sebagai ekspresi sayang. Komunikasi hati berupa niat baik yang dimunculkan di saat berinteraksi.

Kualitas interaksi tentu adalah lebih baik dilakukan secara tatap muka langsung, mata saling memandang dan tidak saling membelakangi. Namun jika terpaksa boleh saja menggunakan media virtual secara tidak lama hanya sesekali saja.

Hal berikutnya yang penting untuk menjaga kepercayaan anak adalah dengan penuh penghargaan, penghormatan atau apresiasi. Ketiga hal ini memang berbeda secara kata namun pendekatan pelaksanaannya memiliki muara yang sama.

Hargailah setiap hal yang dikaryakan oleh anak kita seperti goresan tangannya yang tak sempurna, atau gambarnya yang belum jelas. 

"Wah gambarmu keren, ini EL sedang menggambar apa? tolong jelaskan dong!" Ucapan seperti ini penting untuk memunculkan kepercayaan anak kita untuk terus berkarya.

Hargai juga wilayah yang dibuat sang anak. Wilayah ini seperti apa saja yang menjadi milikinya maka kita patut berucap, "Boleh papa pinjam?", "Boleh papa minta sedikit?", "Boleh papa bagikan ke teman lain?"Anak-anak yang sehat senantiasa memiliki ego yang kuat. 

Penulis sering melihat orangtua yang malahan memaksa anaknya untuk mengurangi egonya dan memahari anaknya ketika anaknya tidak mau berbagi atau tidak mau main bersama, serta menganggap anak ini anak yang tidak sehat mentalnya karena egois.

Ego pada anak adalah bagian dari perkembang konsep diri sang anak. Untuk itu ketika anak memiliki ego, orangtua dapat berbahagia karena anaknya bertumbuh normal. Ego anak ini dapat kita latih dengan cara menghargai wilayahnya seperti yang penulis sebut di atas. 

Hargai dengan bertanya dan kemudian dari sana kita arahkan untuk ia kembangkan egonya menjadi ego yang memahami orang lain yang membutuhkan.

Penghormatan kepada anak dapat kita lakukan dengan mengajak anak kita di beberapa situasi untuk ikut berdiskusi terkait pilihan makanan, pilihan hadiah, pilihan pakaian atau pilihan lainnya yang terkait dengan kebutuhan dan keinginan anak. Walau masih anak-anak adalah baik jika kita melibatkan anak-anak untuk belajar memilih dan belajar menerima pilihannya. Mereka dapat memahami bahwa hidup ini pilihan secara kebijaksanaan sang anak.

Apresiasi pun perlu diberikan bukan hanya kritik dan omelan. Waktu anak penulis berhasil merangkak, berguling, hingga akhirnya berjalan kami (penulis dan istri) memberikan apresiasi kepada anak kami yang berupa tepuk tangan, dan tentu ucapan baik seperti, "Wow hebat! Coba Latih lagi ya!"

Apresiasi dapat berupa hadiah, ucapan baik yang menyemangati atau berupa pelukan hangat, tos dan lainnya seperti yang penulis tuliskan di atas. 

Sumber: www.freepik.com
Sumber: www.freepik.com

Apresiasi diberikan di saat anak kita melampaui kemampuannya yang terdahulu seperti dari belum bisa jalan akhirnya bisa berjalan, dari yang belum bisa bicara akhirnya bisa bicara, dari yang belum mengingat angka akhirnya bisa mengingat angka. Apapun perubahan baik yang terjadi layak kita beri apresiasi, dan tidak perlu menunggu hari ulang tahun anak kita.

Interaksi berkualitas, penghargaan, penghormatan dan apresiasi ini menjadi untaian yang menguatkan kepercayaan anak kepada kita. 

Saat anak kita mulai bercerita tentang segala apapun yang ingin ia ceritakan dengarkanlah dengan interaksi berkualitas, amati mimiknya, tatap matanya, perhatikan setiap kalimat yang diucapnya.

Hargai setiap kalimat yang diucapnya, misal ketika ia bercerita tentang sesuatu yang menakutkan maka kita perlu ikut merasakan ketakutan yang dialaminya, begitu juga ketika ia bercerita hingga tertawa maka kita pun kita tertawa atas ceritanya. Ini bagian dari menghargai cerita sang anak.

Ingat nasehat dan arahan tidak diberikan langsung kepada anak, ijinkan anak kita selesaikan dahulu ceritanya dan kemudian tanyakan kepada sang anak, "Apakah ceritanya masih berlanjut, atau boleh papa menanggapi cerita mu (sebut nama anak)?" Cara ini memberikan kenyamanan kepada sang anak untuk menerima dirinya dan memberikan kepercayaannya kepada kita.

Pastikan kita tidak menyepelehkan atau mengabaikan cerita sang anak dengan berkata, "Ya ampun gitu ajah kok kamu nangis!", "Ayolah seperti papa loh dulu bisa kok ngadepin hal ini!", "Hahaha... kecil-kecil kok sudah suka-sukaan, dah fokus saja urusin pelajaran di sekolah!"

Kalimat-kalimat yang tidak nyaman ini dapat memberikan dampak anak berhenti untuk bercerita kepada kita lagi dan dampak yang lebih luas lagi adalah mereka mulai tidak betah untuk tinggal di rumah, sering ke rumah temannya atau bahkan sang anak dapat saja berpikiran untuk memusnahkan dirinya lantaran tidak ada orang dekat yang mau mendengarkannya.

Demikian strategi sederhana untuk merawat kepercayaan anak kita agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dengan mental yang kaya dengan cinta dan kasih sayang. Mental yang kaya ini tentu bermanfaat untuk kehidupannya kelak guna membahagiakan orang-orang di sekitarnya. 

Semoga bermanfaat untuk dipraktekan kepada anak kita sendiri, sang buah hati yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun