Siang itu terasa lebih panas dari sebelumnya
Mentari seakan menguji kesabaran hati
Angin yang biasanya berhembus kini pupus
Alam seakan meminta untuk dimaklumi
Siang itu adalah siang ketika ku liat ruang diriku
Ruang itu adalah diri ku
Ruang itu adalah cerita ku
Ruang itu adalah batin ku
Ruang itu adalah kekosongan ku
Lama sudah ku tinggal ruangan itu
Tak pernah ku tenggok hingga ku merasa ia hilang
Ribuan hari yang terlalui pun tak pernah mengingatkan ku tentang ia
Sang ruang yang menjadi penopang hidup ku
Saat ini di saat seorang hadir mencoba mengingatkan ku
Ada ruang dalam diri ku yang kosong
Seorang ini memantik api menerangkan ku
Hingga aku pun kembali melihat ruang ku yang kosong
Di saat ruangan ku tampak di mata hati ku
Di situlah kulihat betapa aku kering tanpa makna
Jalani hidup hanya karena rutinitas
Hidup tanpa makna seraya layang terbang tanpa tali pengikatnya
Terima kasih sahabatku sebagai seorang yang telah memantik api
Beri penerangan pada ku untuk melihat ruang ku
Saat ku lihat ruang ku, saat itulah aku mulai memahaminya
Ia perlu cinta dan kasih sayang tulus
Ia perlu diberi makna agar hidup ku lebih indah
Kini aku bersama ruang ku
Ruang ku kini tak kosong lagi
Ku isi ia dengan kemerdekaan ku untuk memilih
Ku isi ia dengan kecakapanku untuk berdikari
Ku isi ia dengan cinta ku yang tak bersegi
Ku isi ia dengan nilai tanpa perbandingan
Ku isi ia dengan warna  yang ku pilih sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H