Waktu itu setelah keputusan diputuskan dan orangtua dan murid keluar dari sekolah, beberapa guru mulai terharu dan merasa tidak tega atas keputusan itu.Â
Penulis menjelaskan bahwa pendidikan itu bukan hanya dengan belas kasihan namun perlu tegas, penulis yakin murid ini akan lebih baik dengan cambuk yang diberikan kepadanya waktu itu.
Selang 1 tahun keputusan ditetapkan untuk mengembalikan murid ke orangtuanya, suatu ketika sang murid berkunjung ke sekolah, menemui penulis, "Pak, apa kabar? Saya sekarang sekolah di sekolah baru, saya sangat berterima kasih sudah dikeluarkan dari sekolah. Saya sekarang belajar banyak pentingnya bersikap yang pantas untuk membangun karakter yang baik," ujar sang murid.Â
Seketika itu penulis terharu dengan perubahan ini, dan inilah yang membuat penulis yakin bahwa siapapun murid baik dia anak pejabat atau bukan, perlakukan dengan cinta dan tegas. Ijinkan mereka untuk ditolak atas sikapnya yang tidak pantas, sebelum ditolak pastikan pembinaan dan pendampingan.
Mungkin kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak-anak pejabat yang terjadi akhir-akhir ini adalah sebuah fenomena yang menjelaskan bahwa adaanya kerapuhan di sekolah dan di rumah sang anak. Mungkin sekolah dan rumah melakukan pendidikan yang tidak tegas, penuh toleransi serta kurang pendampingan dan pembinaan sehingga melahirkan seorang anak yang 'sadis' penuh amarah.Â
Untuk itu, penulis menghimbau kepada semua pendidik di nusantara ini, mari kita berani dengan tegas mendidik generasi penerus bangsa dengan tegas dan juga dengan kasih sayang, penulis yakin negara besar kita akan gemilang di masa emasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H