Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghadapi Murid yang Kerap Berulah dengan Ketegasan

28 April 2023   19:18 Diperbarui: 30 April 2023   13:22 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekolah tatap muka. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Orangtua murid perlu diseleksi dengan disampaikannya hal-hal penting yang akan dibentuk di sekolah ini, dan juga konsekuensinya jika terjadi pengulangan sikap yang tidak pantas yang dilakukan murid yang telah dilakukan pembinaan dan pendampingan, salah satunya adalah dikembalikan ke orangtua.

Ketegasan ini kami sampaikan di awal sebelum murid diterima dihadapan orangtua murid, hal ini guna memastikan kesepakatan untuk bekerjasama melakukan penguatan karakter unggul kepada murid. 

Setelah kesepakatan terjadi maka jika ada orangtua menolak di tengah perjalanan pembentukkan karakter unggul pada anaknya, maka konsekuensinya sudah jelas yaitu orangtua dapat membawa anaknya kembali dalam pendampingannya dan sekolah tidak dapat membantu lagi atau dengan kata lain murid dikembalikan ke orangtuanya.

Suatu ketika, penulis dan tim guru menghadapi permasalahan dengan anak pejabat yang mulai menujukkan perilaku yang kurang pantas di sekolah. Perilaku itu mulai dari ucapan hingga tindakan yang tidak pantas sebagai murid. 

Murid tersebut kami panggil untuk observasi kemudian dilanjutkan dengan pemanggilan orangtua murid, lalu pendampingan. Kegiatan ini berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 1 bulan. Namun ternyata murid ini tidak mengalami kemajuan, orangtua juga kurang dalam pendekatan ke anaknya, sehingga murid ini kembali berulah dan malah melakukan tindakan yang lebih kurang pantas. Konsekuensi telah disampaikan kepada murid dan orangtua tersebut, namun dianggap seperti hanya sebuah pemanggilan dan hanya sebuah kata-kata peringatan saja.

Di akhir tahun ajaran di saat pembagian hasil belajar, murid dan orangtua ini kami panggil lebih awal dari murid dan orangtua lainnya. Kami sampaikan bahwa murid ini tidak dapat melanjutkan bersekolah di tempat kami, karena kami tidak sanggup untuk menguatkan karakter unggul ke murid ini. 

Waktu mendengar keputusan ini, sang murid kaget dan sampai bisa menangis dan memohon untuk merubah keputusan ini. Sebagai kepala sekolah, penulis sampaikan, "Konsekuensi ini telah kami sampaikan jauh sebelum hari ini, namun waktu itu kamu belum mau merubah sikap mu yang kurang pantas, kami pun juga sudah melibatkan orangtua mu, namun masih saja kamu belum berupaya untuk merubah sikap mu, jadi kami putuskan bahwa kamu memang layak mendapat konsekuensi ini."

"Tapi tolonglah Pak, saya mau mengubah sikap saya, saya minta maaf," jawab sang murid sambil menangis keras dan terlihat penuh penyesalan.

Waktu itu penulis tidak gentar untuk tetap melanjutkan dan meneruskan keputusan yang telah dibuat oleh tim sekolah, "Ya, saya terima penyesalanmu, saya terima maafmu, silakan kamu ubah sikapmu dan lanjutkan perjalananmu bukan di sekolah ini."

Orangtua murid sebagai seorang pejabat sangat paham apa yang telah diputuskan sekolah dan apa yang telah dilakukan anaknya, sehingga beliau hanya menerima dan mengatakan, "Terima kasih untuk konsekuensi ini, kami minta maaf atas segala kesalahan yang dilakukan anak kami."

Tanpa penolakan atau bahkan tanpa kekerasan walau mereka adalah pejabat negara. Hal ini mungkin mereka sadar, betapa kami di sekolah dengan tegas telah mengingatkan dari awal sebelum diterima sebagai murid hingga kami melaporkan segala bentuk kenakalan yang dilakukan sang murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun