Mohon tunggu...
Aryasatya Vincentio
Aryasatya Vincentio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi 2022.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Gerakan Feminisme di Indonesia: Representasi Media dan Peran Women's March Jakarta dalam Mendorong Kesetaraan Gender

5 April 2024   12:57 Diperbarui: 6 April 2024   21:59 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan feminis di Indonesia memiliki sejarah panjang dan dinamis, ditandai perjuangan dan capaian, serta penolakan dan stigma. Gerakan feminisme di Indonesia terus menunjukkan perkembangan pesat seiring berjalannya waktu. Lahirlah banyak aktivis perempuan yang gigih memperjuangkan hak-hak mereka, termasuk hak berpartisipasi dalam politik. 

Perjuangan mereka membuahkan hasil nyata, seperti peningkatan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan politik, disahkannya undang-undang perlindungan perempuan, dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang isu-isu gender. Perjalanan gerakan feminisme di Indonesia tidaklah mudah. Berbagai rintangan dan hambatan telah mereka lalui. Namun, dengan semangat pantang menyerah, mereka terus berjuang untuk mencapai kesetaraan gender dan memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai bidang kehidupan, termasuk politik (Halimatus Sa'diyah, 2023).

Banyak orang mengira gerakan perempuan baru muncul di tahun 1960an. Padahal, aktivisme untuk hak perempuan sudah ada jauh sebelum itu, lebih dari satu abad. Tidak ada gerakan perempuan tunggal, melainkan ada banyak gerakan perempuan yang muncul sepanjang sejarah. Di Amerika sendiri, gerakan feminis dibagi menjadi 3 gelombang. 

Gelombang pertama terjadi di tahun 1840-1925, terdiri dari dua cabang utama yaitu feminisme liberal dan feminisme kultural. Meskipun memiliki pandangan berbeda, keduanya sama-sama berkontribusi pada perubahan status dan hak perempuan di Amerika Serikat. Gelombang kedua dimulai pada tahun 1963, mirip dengan gelombang pertama, terdiri dari feminisme liberal dan feminisme kultural. Gelombang ketiga atau Contemporary Feminism Muncul sebagai generasi baru aktivis feminis yang merasakan manfaat perjuangan feminisme gelombang kedua (hak pilih, perlindungan dari pelecehan seksual, kesempatan pendidikan dan profesi yang lebih luas). Sama seperti gelombang sebelumnya, feminisme gelombang ketiga memiliki cabang yang beragam dan terus berkembang. Di gelombang ketiga ini terdapat beberapa gerakan feminis seperti Riot Grrrl, Power Feminism, dan Transfeminism. Untuk di Indonesia sendiri juga memiliki salah satu gerakan feminis yang bernama Woman's March.

Dalam lanskap media digital saat ini, media berperan krusial dalam membentuk representasi dan wacana publik tentang feminisme. Internet, sebagai media baru, mengalami peningkatan pengguna yang signifikan di Indonesia. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2017, jumlah pengguna internet naik 10,56 juta menjadi 143,26 juta. Pengguna internet tidak hanya berasal dari perkotaan, tetapi juga pedesaan dan daerah pinggiran kota. Bahkan, selisih pengguna internet antara perkotaan dan pedesaan hanya 1,24%. Lebih lanjut, data APJII menunjukkan bahwa mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 19-34 tahun (49,52%). Namun, kelompok usia di bawahnya, yaitu 13-18 tahun, juga memanfaatkan internet dengan pesat. Kelompok usia ini bahkan menduduki peringkat pertama dalam penetrasi pengguna internet dengan angka 75,50% (Lidwina, 2021).

Salah satu gerakan yang bergerak dibidang feminisme adalah Woman's March Jakarta. Women's March Jakarta adalah gerakan aksi tahunan yang diinisiasi oleh Lintas Feminis Jakarta. Pertama kali diadakan pada tahun 2017 bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, gerakan ini bertujuan untuk merayakan perempuan dan sekutunya, serta menuntut perubahan sosial, budaya, hukum, dan ekonomi yang menjamin kesetaraan gender. Dimulai pada 2017 dengan 400 peserta, kini Women's March Jakarta diikuti oleh ribuan orang. Awalnya fokus pada perayaan Hari Perempuan Internasional namun seiring berjalannya waktu berkembang menjadi gerakan aksi yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan kelompok rentan seperti penyandang disabilitas. 

Women's March Jakarta biasanya diawali dengan pengumpulan massa di titik tertentu dilanjutkan dengan aksi jalan kaki menuju titik lain sambil meneriakkan slogan dan membawa poster. Orator dari berbagai kelompok masyarakat menyampaikan aspirasinya. Aksi biasanya diwarnai dengan pertunjukan seni dan budaya yang bertemakan feminisme. Women's March Jakarta menjadi ruang bagi perempuan dan kelompok rentan untuk bersuara. Mendorong kesadaran publik tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan serta membangun solidaritas antar kelompok masyarakat sipil. Meski belum semua tuntutan terpenuhi, Women's March Jakarta menunjukkan kegigihan perjuangan feminisme di Indonesia.

Dilansir dari BBC Indonesia dalam artikel berita nya pada tanggal 2 Maret 2018 yang berjudul "Aksi Women's March 2018 Indonesia: soroti pembunuhan perempuan, kekerasan pada pekerja, pernikahan anak", menjelaskan bagaimana Women's March Jakarta menjadi ruang bagi perempuan dan kelompok rentan untuk bersuara, mendorong kesadaran publik tentang isu-isu kesetaraan gender dan kekerasan, serta membangun solidaritas antar kelompok masyarakat sipil. 

Artikel ini merangkum tuntutan utama Women's March Jakarta, seperti disahkannya RUU PKS, RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, dan RUU Masyarakat Adat, serta penolakan terhadap RKUHP dan UU Cipta Kerja, juga membahas tentang dampak Women's March Jakarta dalam mendorong perubahan sosial dan budaya, serta maknanya sebagai simbol perjuangan feminisme di Indonesia. Media seperti BBC Indonesia dapat menyebarkan informasi tentang Women's March, termasuk tanggal, lokasi, tuntutan, dan latar belakang aksi. 

Hal ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang aksi ini dan mendorong mereka untuk berpartisipasi serta dapat mempublikasikan opini dan analisis tentang Women's March, termasuk sejarah, dampak, dan signifikansinya. Hal ini dapat membantu membangun narasi publik yang positif tentang feminisme dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu-isu kesetaraan gender. Media seperti BBC Indonesia juga dapat menyerukan masyarakat untuk berpartisipasi dalam Women's March dan aksi-aksi feminisme lainnya. Hal ini dapat memotivasi mereka untuk terlibat dalam gerakan dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Selain itu, media BBC ini juga dapat mewawancarai para aktivis feminisme dan peserta Women's March untuk membagikan cerita dan pengalaman mereka. Hal ini dapat memberikan ruang bagi suara perempuan untuk didengar dan meningkatkan empati publik terhadap isu-isu feminisme.

Di samping itu, Woman's March Jakarta memiliki akun media sosial Instagram dengan nama pengguna @womansmarchjkt. Akun ini membagikan informasi tentang Women's March Jakarta, termasuk tanggal dan lokasi aksi, tuntutan yang diangkat, dan berita terkait perjuangan perempuan. Akun ini digunakan untuk mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam Women's March Jakarta dan aksi-aksi lainnya yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Juga, akun ini menjadi ruang bagi para aktivis feminisme dan masyarakat umum untuk saling terhubung, bertukar informasi, dan membangun solidaritas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun