Umat Hindu merupakan salah satu Umat atau pemeluk agama Hindu yang ada di Indonesia. Agama Hindu dikatakan sebagai agama tertua di dunia dan juga agama pertama yang ada dan masuk ke Indonesia. Agama Hindu diperkirakan sudah ada dan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-4 masehi yang dibuktikan dengan peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Di Indonesia, mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Tetapi ada satu pulau di Indonesia, yang terkenal dengan masyarakatnya mayoritas memeluk agama Hindu. Pulau yang merupakan pusat agama Hindu di Indonesia dan bahkan di dunia, pulau yang terkenal dengan keindahan alam, adat istiadatnya yang masih kental, tempat liburan favorit dan juga pulau yang dikenal dengan sebutan pulau seribu pura karena di pulau tersebut terdapat banyak sekali pura. Pulau tersebut adalah pulau Bali. Di Bali mayoritas penduduknya beragama Hindu yang menyebabkan banyak sekali acara agama Hindu yang dilaksanakan di Bali.
Di agama Hindu terdapat banyak acara keagamaan yang berlangsung sesuai dengan waktunya masing-masing. Ada acara keagamaan yang berlangsung selama 6 Bulan sekali, 1 tahun sekali, 5 tahun sekali dan bahkan 10 tahun sekali. Hari ini merupakan hari raya Umat Hindu yaitu Galungan, yang jika diliat dari kalender Bali merupakan hari Buddha Kliwon Dungulan yang memiliki makna merupakan hari dimana kebenaran (Dharma) menang melawan kejahatan (Adharma) di dunia ini.Â
Bagaimana pelaksanaan hari raya ini? Galungan di masa pandemi COVID-19? Tentu saja di daerah sekitar saya, hari raya Galungan berlangsung lebih ramai dan lebih meriah dari hari raya Galungan sebelumnya. Bisa jadi penyebabnya adalah karena pandemi COVID-19 bisa dikendalikan dengan baik. Tetapi tetap untuk mengutamakan protokol kesehatan supaya tidak muncul atau menambah kasus positive COVID-19.
Urutan pelaksanaan hari raya Galungan yaitu :
1. Tumpek Wariga.Â
2. Sugihan Jawa.
3. Sugihan Bali.
4. Hari Penyekeban.
5. Hari Penyajaan.
6. Hari Penampahan.
7. Hari Raya Galungan.
8. Hari Umanis Galungan.
Saat hari Penampahan Galungan, umat Hindu biasanya membuat "penjor" sebagai tanda bersyukur atas kemenangan Dharma melawan Adharma dan wujud syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Saat pandemi sekarang ini, membuat penjor sudah dibolehkan untuk dibuat dan diletakkan di depan rumah.
Dikarenakan kasus positive COVID-19 bisa dikendalikan dan kondisi pandemi sekarang ini "lebih baik" dari sebelumnya maka saudara-saudara yang tinggal di kota bisa pulang ke kampung untuk bersama-sama menyambut, membantu dan merayakan hari raya Galungan.
Di hari ini juga umat Hindu menyembelih babi dan membuatnya sebagai hidangan sebagai simbol menghilangkan sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
Pada hari raya Galungan, Umat Hindu melakukan persembahyangan bersama di Pura masing-masing. Biasanya setelah melakukan persembahyangan bersama di Pura, dilanjutkan dengan bersembahyang ke Pura Kahyangan Tiga dan juga bersembahyang ke Pura yang ada diberbagai daerah di Bali.
Pelaksanaan hari raya Galungan ini, yang dilaksanakan pada masa pandemi COVID-19 bisa dibilang lebih baik dan lebih meriah dari Galungan sebelumnya, karena saat ini virus COVID-19 bisa dikendalikan dan bisa dibilang lebih aman dari hari raya Galungan sebelumnya. Kita sebagai umat Hindu, walaupun berada di tengah pandemi COVID-19 harusnya tetap merayakan hari raya kita, selain hari raya Galungan kita juga harus tetap melaksanakan hari-hari besar agama Hindu lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H