Kemajuan subsector ekonomi kreatif belum merata di seluruh daerah karena abai terhadap ekosistimnya. Di beberapa tempat, intervensi terhadap pengembangan ekonomi kreatif masih didominasi pendekatan parsial dan mengabaikan keterkaitan antara komponen dalam ekosistim. Solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masih bersifat Silo sehingga tidak efektif dalam memecahkan permasalahan.
Tantangan lainnya adalah karena ekosistim pengembangan ekonomi kreatif belum mencakup seluruh aspek yang terlibat dalam pengembangan ekonomi kreatif, misalnya terkait rantai pasok bahan baku produk ekonomi kreatif. Bahan baku sangat penting dalam proses produksi. Kelangkaan bahan baku bisa mengakibatkan peningkatan biaya produksi dan menurunnya kualitas produk. Â
Misalnya, industri kerajinan sering kesulitan mendapatkan bahan alami seperti rotan dan kayu, yang berakibat pada meningkatnya biaya produksi dan menurunnya kualitas produk. Pengembangan bahan baku alternatif yang lebih murah dan berkelanjutan belum mendapat perhatian serius sehingga menyebabkan ketergantungan terhadap bahan baku tertentu yang harganya bisa berfluktuasi dan mahal. Oleh karena itu penting sekali mengintegrasikan isu dan sistim rantai pasok dalam pembahasan ekosistim ekonomi kreatif.
Trend pertumbuhan yang baik subsector ekonomi kreatif merupakan bagian momentum kebangkitan perekonomian Indonesia pasca pandemi. Kinerja ini perlu ditingkatan untuk mendukung target pertumbuhan tinggi Presiden terpilih. Salah satu strateginya adalah pengembangan ekonomi kreatif dalam satu kesatuan rencana tindak sesuai konsep ekosistim ekonomi kreatif. Dengan Upaya ini bisa dipastikan ekonomi kreatif dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H