Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... Freelancer - photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Back To Nature - ASN dan ATM Sumber Daya Alam

12 September 2022   13:46 Diperbarui: 12 September 2022   14:00 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti umumnya pelantikan pejabat atau pengurus dalam birokrasi Pemerintah yang dilakukan secara formal di ruang tertutup ber AC, pelantikan KORPRI Kabupaten Gorontalo kali ini dilakukan berbeda. 

Pada Jumat, 02/09/2022, Pengurus KORPRI yang akan menjalankan tugasnya periode 2022-2027 dilantik oleh Bupati Gorontalo di tempat terbuka, di sebuah tempat wisata dekat pantai, di pantai selatan Provinsi Gorontalo. 

Back To Nature, kira-kira demikian semangatnya.

Di lokasi ini, sejauh mata memandang yang nampak adalah buih ombak yang berkejaran ke pantai. Suara gemuruh menyentak, terlebih saat gelombang kecil menghantam bebatuan yang berserakan di intertidal zone, area antara pasang tertinggi dan pasang terendah.

Di bagian daratan, pohon kelapa dan vegetasi pesisir lainya mengelilingi bangunan resto dan cottage yang dibangun untuk mendukung even wisata di tempat ini.  Unik, menarik, dan menyegarkan. Acara yang dilaksanakan hari Jumat sore itu seolah menutup rangkaian jam-jam padat di sepanjang 5 hari kerja di kantor, Senin hingga Jumat. What a hectic day!

Namun bagi saya agenda pada sore ini memberi insight sekaligus inspirasi yang relevan dengan perlunya pandangan baru bagi ASN dalam melihat alam dan sumberdaya di dalamnya.

Alam dan Ketamakan Manusia

Tuhan Maha Adil. Dia menciptakan alam sekitar untuk menampung kegundahan, kesedihan kita. Saat puncaknya COVID-19, alam menjadi tempat yang dianjurkan untuk healing. Back to nature for healing. Maka kita sering mendengar forest healing, dan lain-lain.

Lebih jauh lagi, Tuhan menciptakan alam beserta isinya untuk menopang kehidupan manusia. Dalam piramida rantai makanan (food chain), manusia menempati tangga tertinggi. Manusia menjadi konsumer akhir dari proses produksi dan produktivitas yang berada pada jenjang dibawahnya.

Laut, pegunungan, dan hutan adalah ekosisitm dimana berbagai proses produksi tercipta. Di laut, proses ini mulai dari plankton yang dimakan oleh ikan-ikan kecil. Terjadi magnifikansi produktivitas saat ikan kecil ini di makan ikan-ikan yang lebih besar. Proses produksi ini terhenti saat ikan-ikan yang berukuran jauh lebih besar ditangkap oleh manusia untuk menjadi makanan. 

Dihutan, para predator bertubuh besar dan kuat menjadi famili hewan yang menduduki puncak piramida rantai makanan. Harimau, singa dan sejenisnya adalah predator yang banyak dibicarakan. Mereka memburu dan memangsa hewan-hewan yang lebih lemah. Sebelum dimangsa, hewan-hewan ini memakan berbagai hewan kecil atau tumbuhan sebagai penopang hidup.

Semua proses ini terjadi dalam keseimbangan. Dengan kekuasaan Tuhan, alam (baca: ekosisitim) menjadikan dirinya hadir secara simbang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan proses pemulihan alami, ekosistim dapat terus memfasilitasi proses produksi dalam rantai makanan, dan memberikan bahan pangan untuk hidup manusia.  

Namun proses pemulihan terganggu akibat ulah (baca: kerakusan) manusia. Karena kerakusan, manusia mengeksloitasi sumberdaya alam secara ekstraktif. Seperti kata Mahatma Gandhi, alam sebetulnya cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia namun tidak untuk kerakusannya.  

ATM Sumberdaya Alam

Akibat terganggunya proses pemulihan, alam tidak bisa lagi memberikan produk akhir bagi kebutuhan manusia secara proporsional, baik sandang, pangan, maupun papan. Ibarat uang yang ada di ATM, stock sumberdaya menipis dan tidak bisa lagi dinikmati sebagaimana biasanya.

Sumberdaya alam seperti uang yang ada adalah ATM.  Jika uang itu diambil terus menerus tanpa dijaga tabungannya, maka suatu suatu saat tabungan akan habis. Dalam Augmented Resources Principles, sumberdaya alam tidak hanya bisa didebet namun juga bisa dikredit.

Seperti uang dalam tabungan, alam dan lingkungan hidup juga bisa mengalami defisit. Alam adalah tabungan, duitnya berupa sumberdaya alam (resources). Eksplioitasi yang berlebihan dan tidak berkelanjutan, cepat atau lambat akan berakhir dengan menipisnya kandungan resources.

Deplesi sumberdaya alam adalah indikator utama rusaknya lingkungan.  Kerusakan hanya terjadi saat ketamakan manusia sudah melebihi batas.  Di Eropa saat era revolusi industri,  ekstraksi sumberdaya alam berlangsung melebihi daya dukung. Akibatnya, dampak terhadap lingkungan hidup begitu masif dan sangat terasa.

Perubahan iklim adalah titik kulminasi kerusakan lingkungan. Pelepasan zat karbon dari kegiatan industri dan aktivitas manusia melubangi ozon, lapisan pada atmosifr yang melindungi bumi dari radiasi ultra violet. Akibatnya bumi makin panas dan melelehkan es di benua Antartika. Lelehannya kini menggenangi sejumlah daratan, menenggelamkan pulau-pulau kecil di kawasan Pasifik.

Semakin rusak lingkungan, semakin berkurang penyediaan bahan baku sumberdaya alam. Fenomena ini disebut non-convexity. Saat permintaan naik, maka suplai sumberdaya akan berbelok kebelakang. Dan saat melebihi ambang batas, suplainya berhenti.

Maka memelihara kondisi lingkungan menjadi sangat penting. Perlu kehatian-hatian dalam eksploitasi agar alam dapat pulih secara alamiah dan bisa menyediakan kebutuhan manusia secara berkelanjutan.
 

 ASN dan Policy Making bagi Pengelolaan SDA Berkelanjutan

Bumi membutuhkan kesadaran kolektif umat manusia. Manusia perlu berfikir ulang dengan serius bagaimana mengembalikan bumi yang ramah bagi kehidupan bukan hanya untuk menopang kehidupan saat ini. Jauh lebih penting untuk anak cucu kita. Mereka juga memiliki hak untuk hidup layak.

Kesadaran manusia sebetulnya sudah ada. Berbagai komitmen telah dituangkan kedalam kesepakatan global. Kesadaran ini juga menjadi topik sentral pada setiap pidato kepala negara.

Tidak demikan dengan aksi tindaklanjut terhadap komitmen-komitmen ini.  Amerika Serikat, misalnya, masih perlu meratifikasi Protokol Kyoto yang menjadi bagian kesepakatan global untuk mengurangi emisi.  

Komitmen Indonesia jelas. Hal ini tergambar jelas dalam penyelenggaran Presidensi G-20 tahun ini. Dalam setiap pidatonya, Presiden Jokowi berulang kali menyiratkan pentingnya adaptasi pembangunan berkelanjutan, misalnya saat menegaskan pentingnya mendorong sustainable energi dalam pembangunan.

Maka sebagai bagian birokrasi Pemerintah, KORPRI perlu ikut mengambil peran terutama dalam mendorong ASN ikut memiliki cara pandang tentang pembangunan berkelanjutan. Pemahaman ini penting agar berkontribusi bagi formulasi kebijakan yang pro lingkungan.

Disadari atau tidak, pelantikan KORPRI di alam terbuka kali ini memberi warna lain, yakni semangat Back to Nature. Diksi ini seharusnya tidak sekedar menjadi jargon dan formalitas belaka tapi harus bisa mendorong terbangunnya kesadaran pentingnya pengelolaan alam dan sumberdaya secara berkelanjutan di Kabupaten Gorontalo

Selamat bagi Pengurus KORPRI Kabupaten Gorontalo. Selamat bertugas

https://www.opiniary.my.id/2022/09/korpri-dan-atm-sumberdaya-alam.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun