Ketiga makna filosofis ini ada pada seorang pejuang petani, Nani Wartabone. Dia mampu mengobarkan semangat perlawanan dan membangun rasa persatuan di tengah hegemoni kekuasaan, 350 tahun, menggenggam kebebasan hidup bangsa ini. Maka tidak berlebihan kiranya sang pejuang Nani Wartabone dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Di masa lalu, pahlawan identik dengan paham kebangsaan. Pahlawan adalah figur yang memiliki nasionalisme membawa bangsa bersatu, berdaulat, demokratis dan maju. Para pahlawan tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa.
Pahlawan juga identik dengan patriotisme yang luas. Dalam sebuah harian, pada Juli 1941 Soekarno menulis semangat patriotik tidak boleh hanya merujuk nasionalisme dengan pengertian kebangsaan yang sempit, seperti yang dipahami bangsa Italia dan Jerman. Â
Semangat patriotik seharusnya menjadi "engine mendorong nasionalisme pada kepentingan bangsa dan negara yang luas, yakni kepentingan semua masyarakat.
Sejarah tentu tidak hanya berisikan semangat patriotisme dan nasionalisme. Roeslan Abdulgani menulis, ilmu sejarah ibarat penglihatan. Dia memiliki tiga dimensi penglihatan yakni masa silam, masa sekarang dan masa yang akan datang. Masa silam tidak dapat berlepas diri dari fakta hari ini yang sedang dihadapi, pun juga tidak dapat melepaskan diri dari perspektif masa depan.
Maka makna patriotisme dan nasionalisme bagi pahlawan di alam Gorontalo yang sudah bebas merdeka adalah semangat pengabdian bagi daerah tercinta. Semangat itu harus dibalut rasa persatuan yang tinggi serta pemahaman terhadap pembelajaran masa lampau, penguasaan kondisi sekarang dan perencanaan masa yang akan datang.
Â
Menerjemahkan semangat patriotik dalam pembangunan daerah
Bagi Provinsi Gorontalo, semangat kepahlawanan dan patriotisme 23 Januari adalah "engine" untuk mendorong kemajuan pembangunan daerah yang nantinya bisa dinikmati oleh semua warga. Semua bisa menjadi "engine" itu. Mulai dari pejabat pemerintahan, pengusaha, karyawan, LSM hingga pemuda dan mahasiswa.
Sebagai "engine" mereka harus menjadi pahlawan-pahlawan baru, yang mau berkorban merelakan kepentingan diri dan golongannya demi kepentingan yang lebih besar, kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat Gorontalo.
Menjadi pahlawan bagi pembangunan daerah tentu tidak cukup dengan semangat menggebu. Mereka harus memahami skenario pembangunan Provinsi Gorontalo. Pemahaman ini setidaknya dalam tiga konstruksi dimensi waktu. Jangka pendek, menengah dan panjang.