Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... Freelancer - photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ICMI dan Bangsa yang Sedang Tidak Akur

18 Januari 2022   19:50 Diperbarui: 18 Januari 2022   20:51 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ICMI juga membidani hadirnya Koran Republika yang memiliki misi melakukan perubahan dan pencerahan nasib umat. Turut serta dalam dinamika kehadiran ICMI adalah hadrinya berbagai Badan Otonom seperti Orbit (Orang Tua Bimbingan Terpadu), BMT (Baitul Mal wat-Tamwil), Alisa Khadijah (Asosiasi Muslimah Pengusaha se-Indonesia).

Islam phobia

Kepemimpinan Arif Satria dalam membawa gerobong ICMI berperan diskursus pembangunan umat di Indonesia akan berlangsung ditengah-tengah merebaknya isu Islam phobia. Islam sedang bangkit dimana-mana. 

Di Eropa, populasi muslim terus bertambah. Di Amerika pasca Serangan 11 September, yang bersimpati terhadap muslim _yang dianggap dikorbankan justeru bertambah. Hembusan Islam phhobia ini adalah sintesis benturan peradaban yang sejak lama telah diprediksi.

Dalam bukunya yang terkenal The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (1996), Samuel Huntington menguraikan benturan peradaban yang bisa terjadi. Ia mengidentifikasi sembilan peradaban kontemporer yaitu peradaban Barat, Cina, Jepang, Amerika Latin, Afrika, Hindu, Budha, Islam, dan Kristen Ortodoks. Benturan yang paling keras  menurut Huntington adalah antara kebudayaan Kristen Barat  dengan kebudayaan Islam.

Tesis ini secara tidak langsung memperkuat asumsi sebagian besar ilmuwan Barat mempropagandakan Islam sebagai aggression and hostility (agresi dan ancaman). Mereka berusaha menciptakan stereotipe simplistis yang menunjukkan wajah the rage of Islam. Upaya mendiskreditkan Islam ini dilakukan dengan proxy, mulai dari intervensi negara hingga konflik horisontal.

Seperti ditulis Republika, dalam tajuk Tameng dan Senjata Itu Bernama Islamophobia, pada 12 Januari 2022, gambaran Islamphobia setidaknya ditemukan dalam suatu pernyataan mantan Sekjen NATO, Willy Claes, kepada media Inggris, The Independent. "Ancaman yang dibawa oleh Islam adalah tantangan terberat yang dihadapi Barat pasca runtuhnya Uni Soviet dan faksi sosialis serta melemahnya pengaruh komunisme."

Indonesia sebagai negara muslim terbesar dianggap sebagai sasaran empuk untuk menjalankan propagandan Islam phobia. Kekisruhan bernegara dalam waktu belakangan ini dianggap tidak luput dari propaganda Islam phobia. 

Mantan Ketua PBNU almarhum KH.Hasyim Muzadi dalam tulisannya di Republika menyatakan kerukunan umat Indonesia tercabik-cabik lagi disebabkan hinaan serta pelecehan membabi buta terhadap Nabi Muhammad SAW.

Menariknya, alih-alih bersatu menyuarakan aspirasi, umat Islam justeru terpecah, saling berdebat bahkan terjadi friksi diantara golongan-golongan tertentu. Kebisingan antar anak bangsa ini makin riuh setelah Pemilihan Presiden 2014 dan terus berlanjut pasca Jokowi terpilih sebagai Presiden untuk kedua kalinya.

Friksi ini mengkristal besar kedalam dua kubu yakni kubu pendukung pada masa penapresan 2019 yang kemudia bermetamorfosis menjadi kelompok Cebong dan Kampret. Kedua kubu masing-masing mantan capres ini seperti belum kehabisan bahan untuk berdebat, saling menyindir bahkan menghina. Dibelakangnya ada kelompok buzzer yang kian menambah kebisingan hidup berdemokrasi di negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun