ICMI juga membidani hadirnya Koran Republika yang memiliki misi melakukan perubahan dan pencerahan nasib umat. Turut serta dalam dinamika kehadiran ICMI adalah hadrinya berbagai Badan Otonom seperti Orbit (Orang Tua Bimbingan Terpadu), BMT (Baitul Mal wat-Tamwil), Alisa Khadijah (Asosiasi Muslimah Pengusaha se-Indonesia).
Islam phobia
Kepemimpinan Arif Satria dalam membawa gerobong ICMI berperan diskursus pembangunan umat di Indonesia akan berlangsung ditengah-tengah merebaknya isu Islam phobia. Islam sedang bangkit dimana-mana.Â
Di Eropa, populasi muslim terus bertambah. Di Amerika pasca Serangan 11 September, yang bersimpati terhadap muslim _yang dianggap dikorbankan justeru bertambah. Hembusan Islam phhobia ini adalah sintesis benturan peradaban yang sejak lama telah diprediksi.
Dalam bukunya yang terkenal The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (1996), Samuel Huntington menguraikan benturan peradaban yang bisa terjadi. Ia mengidentifikasi sembilan peradaban kontemporer yaitu peradaban Barat, Cina, Jepang, Amerika Latin, Afrika, Hindu, Budha, Islam, dan Kristen Ortodoks. Benturan yang paling keras  menurut Huntington adalah antara kebudayaan Kristen Barat  dengan kebudayaan Islam.
Tesis ini secara tidak langsung memperkuat asumsi sebagian besar ilmuwan Barat mempropagandakan Islam sebagai aggression and hostility (agresi dan ancaman). Mereka berusaha menciptakan stereotipe simplistis yang menunjukkan wajah the rage of Islam. Upaya mendiskreditkan Islam ini dilakukan dengan proxy, mulai dari intervensi negara hingga konflik horisontal.
Seperti ditulis Republika, dalam tajuk Tameng dan Senjata Itu Bernama Islamophobia, pada 12 Januari 2022, gambaran Islamphobia setidaknya ditemukan dalam suatu pernyataan mantan Sekjen NATO, Willy Claes, kepada media Inggris, The Independent. "Ancaman yang dibawa oleh Islam adalah tantangan terberat yang dihadapi Barat pasca runtuhnya Uni Soviet dan faksi sosialis serta melemahnya pengaruh komunisme."
Indonesia sebagai negara muslim terbesar dianggap sebagai sasaran empuk untuk menjalankan propagandan Islam phobia. Kekisruhan bernegara dalam waktu belakangan ini dianggap tidak luput dari propaganda Islam phobia.Â
Mantan Ketua PBNU almarhum KH.Hasyim Muzadi dalam tulisannya di Republika menyatakan kerukunan umat Indonesia tercabik-cabik lagi disebabkan hinaan serta pelecehan membabi buta terhadap Nabi Muhammad SAW.
Menariknya, alih-alih bersatu menyuarakan aspirasi, umat Islam justeru terpecah, saling berdebat bahkan terjadi friksi diantara golongan-golongan tertentu. Kebisingan antar anak bangsa ini makin riuh setelah Pemilihan Presiden 2014 dan terus berlanjut pasca Jokowi terpilih sebagai Presiden untuk kedua kalinya.
Friksi ini mengkristal besar kedalam dua kubu yakni kubu pendukung pada masa penapresan 2019 yang kemudia bermetamorfosis menjadi kelompok Cebong dan Kampret. Kedua kubu masing-masing mantan capres ini seperti belum kehabisan bahan untuk berdebat, saling menyindir bahkan menghina. Dibelakangnya ada kelompok buzzer yang kian menambah kebisingan hidup berdemokrasi di negara ini.