Menghentikan resistensi dan histeria massal
Ketakutan massal tidak terjadi jika komunikasi yang sifatnya saling ‘memprovokasi’ dihentikan. Media harus mengambil peran mendukung. Jika tidak, priming media akan semakin menutup nalar. Individu umumnya tidak ingin lagi menggali informasi lain saat merasa sudah memiliki informasi yang diperlukan. Anchoring bias ini mendorong individu membuat keputusan yaitu kekhawatiran dan kepanikan. Semakin viral berita media, orang semakin panik dan takut.
Upaya lain menggunakan pendekatan yang diperkenalkan Richard Thaler, Peraih Nobel pada 2017. Dengan teorinya yang terkenal “Nudge”, Thaler memperkenalkan cara yang tepat meminta orang melakukan sesuatu tanpa merubah pilihannya. Vaksinasi massal bisa dilakukan dengan mendorong Herd Instinction, sifat kerumunan yang dimiliki setiap individu. Artinya kelompok besar makin banyak bersedia jika sudah melihat orang lain divaksin.
Kesediaan para pejabat publik, tokoh maupun influencer dalam penyuntikan vaksin di awal adalah teladan yang baik. Sikap altruisme ini baik sekali dalam memadamkan api resistensi publik. Menurut Anand dan Bauch, tindakan ini perlu di tindaklanjuti dengan upaya melakukan perlindungan langsung terhadap mereka yang divaksin dan perlindungan tidak langsung kepada mereka yang berkontak dengan yang disuntik vaksin.
Vaksinasi adalah upaya serius menghentikan pandemi. Jika tidak makin banyak jiwa yang terancam dan bisa menjadi korban sia-sia. Semoga upaya ini benar-benar dilandasi niat baik dalam pelaksanaannya dan dilakukan secara transparan agar publik percaya dan bersedia di vaksin secara sukarela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H