Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Banyuwangi, Mutiara di Timur Jawa

28 Maret 2016   21:08 Diperbarui: 28 Maret 2016   22:16 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pantai Boom 

Selepas Ijen, kami bertiga bak mayat hidup. Fisik kami terkuras habis setelah perjalanan membelah Baluran dan mendaki Ijen. Jumat, 25 Maret 2016 dihabiskan dengan tidur di penginapan Toko Subur. Berhubung kami bukan tipe manusia kebluk, maka tidur cukup sekitar 3 jam saja. Waktu di Banyuwangi yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Motor kembali dipacu, kali ini tujuannya adalah merenung di pantai kota.

Pantai Boom adalah pantai yang menghadap Selat Bali, lokasinya tak jauh dari pusat kota dan bisa diakses dengan mudah oleh kendaraan pribadi. Bau anyir khas pelabuhan menjadi penyambut kami ketika tiba di gerbang retribusi. Tiap pengunjung diwajibkan membayar Rp 2.000,- sebagai retribusi untuk pendapatan daerah.

Hari libur membuat Pantai Boom lebih meriah, lusinan turis lokal memadati bagian pantai yang teduh. Sesekali beberapa turis menginjak pasir pantai, namun karena panas mereka pun kembali mencari tempat teduh. Sekalipun tidak cantik-cantik amat, namun upaya pemerintah kota menata Pantai Boom ini patut diacungi jempol. Tak banyak sampah berserakan, lengkapnya fasilitas menjadi contoh akan keseriusan pemerintah Banyuwangi menanggapi potensi wisatanya.

[caption caption="Pelangi di Pantai Boom "]

[/caption]

Pelangi pun memudar dan waktu beranjak mendekati gelap. Kami bertolak menuju dermaga penyeberangan Ketapang untuk menikmati sunset. Syukurlah pelabuhan Ketapang tak seperti stasiun kereta api yang harus steril dari makhluk-makhluk non penumpang. Kami membayar karcis peron seharga Rp 4.000,- dan berkeliling pelabuhan.[caption caption="Romansa senja di dermaga Ketapang"]

[/caption]

Anak-anak kecil yang tak kenal takut meloncat dari dermaga ke laut. "Ayo mas, lempar koinnya nanti kita tangkep," rayunya. Kami tak punya koin, maka kami balas dengan lambaian tangan dan senyuman. Deru kapal satu persatu lepas dari dermaga menyisakan romansa senja yang indah. Beberapa minggu sebelumnya terjadi tragedi di Selat Bali dimana sebuah Ferry tenggelam dan menyisakan duka mendalam.

Green Bay, Surga di Balik Belantara

Sabtu, 26 Maret 2016 adalah hari terakhir kami untuk menjelajah Banyuwangi. Rencana kami adalah mengunjungi Taman Nasional Meru Betiri yang kesohor dengan pantai Teluk Hijau. Pada 2012 silam, pantai Teluk Hijau ini sempat masuk dalam National Geographic Traveler edisi Lintas Selatan Jawa.

[caption caption="Pantai Batu, sunyi dan sepi"]

[/caption]

Berbekal informasi itu kami memacu sepeda motor dari Banyuwangi ke arah selatan menuju Jember. "Pokoke masnya lurus aja terus sampai ketemu daerah Jajag nanti belok kiri," jelas pak Subur memberi arahan. Mengikuti instruksi beliau, kami tiba di daerah Jajag dan dari sinilah seluruh tanda-tanda direksi menuju Teluk Hijau lenyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun