Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Banyuwangi, Mutiara di Timur Jawa

28 Maret 2016   21:08 Diperbarui: 28 Maret 2016   22:16 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bapak Abu Tholib dan Ibu Dewi selaku pemilik dari penginapan Toko Subur "]

[/caption]

Kediaman Abu Tholib, atau dikenal dengan nama Toko Subur menjadi incaran kami. Berbekal informasi nomor telepon dari blogger, kami mencoba menghubungi Toko Subur. "Nggih, ini mas Ary ya? Monggo mas mau berapa malam disini nanti saya carikan juga motornya," sahut ibu Dewi, pemilik toko Subur di telepon.Awalnya kami hanya kirim sms, namun Ibu Dewi yang ramah itu malah balik menelpon.

Singkatnya, perjalanan kami di Banyuwangi diwarnai dengan menginap ala backpacker di Toko Subur. Harga yang dibandrol cukup murah, Rp 20.000,- per orang per malam. Murah dan berkualitas, karena kamarnya rapi, wcnya bersih juga keramahan dari pemilik homestay membuat setiap tamunya merasa betah.

[caption caption="Inilah kamar yang kami tempati. Kamar ukuran sedang ini sangat nyaman untuk ditinggali"]

[/caption]

Homestay-homestay murah ini banyak ditemukan di sekitaran stasiun Karangasem. Harganya beragam, mulai dari Rp 20.000,- hingga Rp 100.000,-. Selain homestay, mereka juga menyewakan sepeda motor seharga Rp 75.000,- per hari. Namun perlu diperhatikan sebelum menyewa, cek dahulu seluruh kondisi motor sebelum tanda tangan di nota. Pengalaman kami adalah lupa mengecek, hingga saat di Taman Nasional Baluran baru sadar kalau lampu motor mati. Akibatnya kami sendiri yang harus mengganti lampu itu.

Taman Nasional Baluran, Afrika Hijau dari Jawa

Hari kedua di Banyuwangi kami canangkan untuk menjelajahi Baluran. Taman Nasional ini terletak di petak batas antara Situbondo dan Banyuwangi. Saran dari beberapa orang adalah ke Baluran saat sore hari supaya binatang liarnya bisa terlihat. Saran sekedar saran, kami tetap mengunjungi Baluran di pagi hari dengan alasan supaya punya waktu lebih lama.

[caption caption="Sejoli Banteng berjalan di tengah terik matahari (Dok. Pribadi)"]

[/caption]

Perjalanan ditempuh sekitar satu jam lewat pelabuhan Ketapang terus ke utara. Jalanan aspal nan mulus terkadang menggoda untuk ngantuk, namun tetap harus waspada karena banyak mobil, bus dan truk yang suka menyalip tanpa aturan. Tak lama selepas gapura selamat jalan dari Banyuwangi, Taman Nasional Baluran menyambut di sisi kanan jalan.

Baluran adalah Taman Nasional yang berarti untuk wisata ke sana dibutuhkan etika, bukan sekedar having fun. Diutamakan untuk tidak membawa makanan secara terbuka karena ribuan monyet berkeliaran bebas di Baluran. Makanan, minuman, kantong indomar*t, bahkan kacamata bisa sewaktu-waktu dirampas monyet jadi usahakan semua disimpan tertutup dalam tas.

Pengunjung dikenakan tarif masuk Rp 15.000,- per orang untuk mengelilingi Taman Nasional Baluran. Tidak perlu kuatir berjalanan kaki karena motor ataupun mobil diperbolehkan memasuki area taman nasional. Dari pos masuk menuju Savana Bekol berjarak 15 Kilometer dan ditempuh hampir satu jam karena jalanan rusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun