Nilai percaya pada Tuhan Yang Mahakuasa dapat dihubungkan antara manusia dengan Tuhan. Sebagai seorang bapak, petani ini seharusnya memilki kesabaran terhadap anaknya yang dapat digolongkan anak nakal. Karena kelelahan bekerja, petani ini tidak dapat mengendalikan emosi melihat anaknya tidak mau mengantar makanan ke ladang. Ia hanya bermain-main saja di rumah. Kemarahan yang sudah sampai puncak akhirnya membawa petaka. Ucapan berupa kutukan di dengar oleh Tuhan sehingga ia harus kehilangan anak dan istri.
Nilai patuh kepada orang tua dapat digolongkan dalam hubungan manusia dengan orang lain. Anak petani dalam cerita di atas termasuk anak nakal. Ia tidak sedikit pun mau membantu orang tuanya yang bekerja sehari-hari. Upaya Melestarikan Budaya Bangsa (Erli Yetti) mencari nafkah. Apabila bapaknya meminta bantuan, pasti dibantah. Oleh karena itu, Tuhan mendengarkan kutukan bapaknya karena sudah tidak tahan dengan perilaku si anak. Nilai hubungan manusia dengan diri sendiri dapat dilihat dari perbuatan petani. Sebagai orang tua seharusnya si bapak lebih banyak memiliki kesabaran dan kearifan terhadap anaknya. Anak yang nakal tadi seharusnya dididik secara pelan-pelan dan bukan dengan kekasaran. Oleh karena bapak tidak dapat mengendalikan emosi akhirnya ia kehilangan harta yang paling berharga yaitu anak dan istri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H