Mohon tunggu...
Aryani Wijayanti
Aryani Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga

mencoba mengekspresikan fikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni

Berpulangnya Ki Joko Pinurbo Menyisakan Karya yang Tak Lekang oleh Waktu

30 April 2024   11:11 Diperbarui: 30 April 2024   14:20 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ki Joko Pinurbo (Jokpin) Sumber: posbagus.com

Pada suatu malam yang nyamnyam, kau menemukan sepotong hati yang lezat dalam sebungkus nasi kucing. Kau mengira itu hati ibumu atau hati kekasihmu. Namun, bisa saja itu hati orang yang pernah kausakiti atau menyakitimu. Angkringan adalah nama sebuah sunyi, tempat kau melerai hati, lebih-lebih saat hatimu disakiti sepi.


Hati Jogja dari Buku

Dalam secangkir teh ada hati Jogja yang lembut meleleh.

Dalam secangkir kopi ada hati Jogja yang alon-alon waton hepi. 

Dalam secangkir senja ada hati Jogja yang hangat dan berbahaya.

(2016)

Puisi-puisi yang beliau ciptakan, saya liat menggunakan gaya bahasa yang cukup sederhana sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh orang awam dan justru menjadi ciri khas beliau. Sangat berbeda halnya dengan puisi-puisi yang pada umumnya menggunakan bahasa kiasan. Dengan bahasa yang sederhana, beliau dapat menggambarkan suasana yang dirasa sehingga seolah-olah penikmat puisinya benar-benar berada di suasana sesuai yang digambarkan.

Saya pribadi sangat tertarik dengan puisi yang menggambarkan Kota Yogya. Saya sebagai orang asli Yogya melihat karya-karya beliau benar-benar merasa Yogya istimewa. Karya puisinya ini akan terus dikenang selama Kota Yogya dan masyarakat Yogya tetap mempertahankan keasliannya atau keistimewaannya. 

Terlukiskan dengan sangat sempurna rasa kangen yang membuat kita selalu ingin pulang dan kembali ke Yogya karena kota ini sangat menyisakan kenangan di setiap sudutnya. Kangen dengan suasana yang sangat sederhana. Kangen dengan keluarga. Kangen dengan kultur orangnya yang cukup ramah-ramah. 

Kangen dengan kebudayaannya yang sangat khas. Kangen dengan jajanan pasarnya yang murah-murah. Kangen dengan batik dan daster-daster yang dijual.

Kangen dengan kehidupannya yang tidak ngoyo (slow living) dan nrimo. Rata-rata menjelang maghrib orang sudah berada di rumah mereka masing-masing. Bahkan di sore hari, masyarakat masih disempatkan dengan ngopi-ngopi atau ngeteh-ngeteh bareng keluarga disertai dengan Biskuit Kong Guan menjadi suguhan khas orang-orang tua jaman dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun