Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menuju Nusa Penida, Warna Baru Pariwisata dari Tenggara Bali

28 Januari 2018   00:35 Diperbarui: 28 Januari 2018   01:47 2594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Atuh Beach berada di sebelah timur Nusa Penida, kira-kira 2 jam dari Toyapakeh. Karena itu kami harus berangkat sepagi mungkin jika ingin mengejar sunrise. Untunglah si sopir menyanggupi untuk berangkat jam 4 pagi. Perjalanan kami melewati tepian pantai dengan kondisi jalanan yang naik turun dan sempit. Pemandangan di sepanjang jalan gelap gulita karena tidak ada lampu jalan. Penerangan hanya berasal dari rumah penduduk ataupun penginapan. Namun jalanan ke arah pantai barat sepertinya lebih bagus dan agak banyak bangunan dibanding ke arah pantai timur.

Selepas subuh kami sampai Bukit atuh. Di sana ada spot yang disebut Raja Lima, dan Rumah Pohon Molenteng. Di tempat itulah kita bisa melihat view matahari terbit dari arah timur. Kami duduk di bawah saung di pinggiran tebing menunggu sang surya muncul. Sayup-sayup deburan ombak yang menghantam karang terdengar dari bawah tebing. Sungguh luar biasa, di hadapan saya terbentang pemandangan yang megah. Ada beberapa batu karang yang tinggi menjulang berdiri kokoh di atas laut. Mungkin ini yang dimaksud Raja Lima. Nun jauh di seberang samar-samar tampak Gunung Rinjani dan Pulau Lombok. Katanya tinggal berlayar 2 jam saja dari Pantai Atuh sudah bisa sampai ke Lombok. Aih saya senang sekali karena bisa melihat Gunung Rinjani lagi meskipun hanya dari kejauhan.

Pagi itu sedikit berawan. Perlahan sang surya mulai muncul dari balik Pulau Lombok, menimbulkan semburat jingga di langit timur. Indah nian. Namun tak berapa lama menghilang lagi di balik awan. Saya berjalan menuruni bukit, menuju spot pandang yang lain. Jalan ke bawah cukup terjal dan melelahkan, tak terbayang panasnya kalau ke tempat ini di siang hari. Saya melewati dua buah rumah kayu di atas pohon yang dijadikan semacam tempat menginap. Di ujung tebing yang dibatasi pagar kayu, kita bisa melihat pemandangan laut dengan lebih jelas. Sayangnya hari masih terlalu pagi, sehingga warna birunya laut belum kelihatan.

View Gunung Rinjani dan sunrise dari balik Pulau Lombok (Dok. Yani)
View Gunung Rinjani dan sunrise dari balik Pulau Lombok (Dok. Yani)
Spot Raja lima (Dok. Yani)
Spot Raja lima (Dok. Yani)
 
Rumah pohon Molenteng (Dok. Yani)
Rumah pohon Molenteng (Dok. Yani)
Setelah puas berfoto di spot Raja Lima dan Pohon Molenteng, si sopir mengajak kami ke Bukit Atuh. Dari tempat parkir mobil, kami harus sedikit berjalan menyusuri pinggiran tebing dengan kondisi jalan setapaknya sudah disemen dan mulus. Dan ternyata kami bisa menyaksikan pemandangan yang sama di sebelah kanan bawah tetapi dari angle yang berbeda, sedangkan di sebelah kiri bawah tampak Pantai Atuh. Warna lautnya begitu jernih kebiruan ditimpa cahaya matahari. Di puncak bukit, dibangun sebuah rumah dari kayu. Dari sini kita bisa menyaksikan pemandangan di bawah tebing dengan lebih jelas. Namun saya tidak sempat turun ke Pantai Atuh karena waktu yang terbatas. Rupanya Pantai Atuh ini tidak hanya sebagai tempat wisata saja tetapi bawah lautnya juga merupakan kawasan konservasi perairan untuk ikan mola dan pari manta. 

Jalan menuju puncak Bukit Atuh (Dok Yani)
Jalan menuju puncak Bukit Atuh (Dok Yani)
Pemandangan dari Bukit Atuh (Dok. Yani)
Pemandangan dari Bukit Atuh (Dok. Yani)
Itulah cerita perjalanan singkat saya ke Nusa Penida, itupun hanya sebagian yang di daratnya saja. Antara puas dan tidak puas, rasanya satu setengah hari tidak cukup untuk menjelajahi seluruh Nusa Penida. Puasnya karena Nusa Penida memang benar-benar bagus seperti yang diceritakan, tidak salah memang kalau disebut dijuluki "The Golden Egg of Bali". Tetapi tidak puas karena saya di sana hanya mengejar target destinasi saja, dan belum mendapat hasil foto yang maksimal. Mungkin nanti kalau ada kesempatan saya akan balik lagi ke sini, dan berharap suatu saat saya bisa belajar menyelam supaya bisa menikmati bawah lautnya juga. Bagi kalian yang ingin ngetrip ke Nusa Penida, persiapkan fisik karena trekkingnya lumayan melelahkan serta jangan lupa pakai sunblock ya. Dan yang paling penting lagi jangan sampai lupa bawa kamera hehe.


Selamat berakhir pekan!!

Bogor, 27 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun