Kami berjalan menyusuri bukit dan menemukan sebuah cerukan di tepian pantai, menyerupai kolam alami yang diapit dua tebing. Sesekali deburan ombak laut menyapu permukaannya. Warnanya hijau toska kebiruan dan jernih. Lumut yang tumbuh di atas karangnya semakin menambah kesan eksotis. Ternyata inilah yang disebut Angel's Billabong. Meskipun terlihat cantik, namun sebenarnya tempat ini berbahaya jika air sedang pasang. Bahkan saya dengar ada turis asing yang meninggal saat berenang di Angel's Billabong karena terseret ombak dan jasadnya ditemukan tak bernyawa lagi di Padang Bay.
Tempat selanjutnya yang tidak kalau memukau yaitu Pantai Karang Dawa atau di kalangan wisatawan populer dengan sebutan Kelingking Beach. Dari Pantai Pasih Uug bisa ditempuh dengan kendaraan sekitar setengah jam, dengan kondisi jalan rusak dan berkelok. Kelingking Beach merupakan tebing tinggi dan sempit yang menjulur ke laut menyerupai kelingking, tepatnya kelingking dinosaurus mungkin ya, soalnya besar banget. Menurut artikel yang saya baca di internet ada sekumpulan Manta di bawah tebingnya, atau Manta Point.Â
Untuk sampai ke pantai di bawahnya, bisa melewati jalan setapak menurun dengan kondisi yang sempit dan curam. Pemilik warung sudah memperingatkan kami sedari awal agar tidak turun ke bawah karena cuaca sedang panas-panasnya. Dia bilang kalau sebelumnya ada turis asing yang pingsan saat mencoba turun ke bawah. Akhirnya saya cuma melihat-lihat pemandangan air laut yang jenih berwarna toska dari atas, sambil foto-foto di atas pohon kering dan minum air kelapa muda.
Menjelang jam 4 sore, kami buru-buru pindah tempat menuju ke Crystal Bay untuk menanti sang surya tenggelam. Perjalanan dengan mobil memakan waktu hampir 1 jam dari Kelingking Beach. Terus terang saya merasa agak kelelahan setelah berkunjung ke tiga spot sebelumnya. Rasanya hanya ingin duduk-duduk santai sambil menikmati pemandangan dan deburan ombak, ketimbang mengejar-ngejar momen berfoto. Setibanya di Crystal Bay, kami langsung buru-buru mencari tempat untuk menunaikan sholat karena hari sudah cukup sore. Rupanya agak susah juga karena di sana tidak ada mushola dan minim fasilitas, apalagi banyak anjing yang berkeliaran. Akhirnya saya sholat di atas saung, sementara beberapa teman saya malah sholat di tanah yang sudah diberi alas.
Crystal Bay tidak lain adalah sebuah teluk yang diapit perbukitan dengan pantai berpasir landai dan ombak yang cukup tenang. Banyak kapal kecil yang terlihat bersandar di tengah teluknya. Di atas pantai, tampak turis-turis sudah ramai berjemur di bawah sinar matahari sore. Kebanyakan dari mereka adalah turis asing. Di sisi kanan, pinggiran pantai terdiri dari batu karang. Tepat di arah barat, ada spot yang sering dijadikan icon Crystal Bay yaitu pulau karang di tengah laut yang memiliki celah seperti pintu, dan di atasnya ditumbuhi pepohonan. Â Â Â Â
Matahari sore di tempat ini cukup terik, dan baru meredup setelah hampir jam setengah tujuh malam. Meskipun agak lama menunggu turunnya sang surya di batas cakrawala, sunset di sini cukup indah untuk menutup perjalanan kami di Nusa Penida hari ini. Â Setelah sunset menghilang, tak berapa lama rona jingga kemerahan mulai menghiasi langit senja, menandakan hari akan berganti malam.
Mengejar Sunrise di Bukit Atuh