[caption caption="Green Canyon (Dok. Yani)"][/caption]
[caption caption="Seberkas cahaya di mulut gua (Dok. Yani)"]
Ternyata ini tho yang disebut Green Canyon, sebuah ngarai dengan aliran sungai yang warnanya hijau. Sedangkan penduduk sekitar menyebutnya ‘Cukang Taneuh’ (bahasa sunda) yang artinya jembatan dari tanah, karena bagian atas ngarainya saling bersambung membentuk jembatan. Kami hanya punya waktu sebentar untuk berfoto-foto di sana, padahal pengunjung terus berdatangan dan tidak pernah sepi. Mungkin karena sudah komersil dan antriannya panjang, terutama di hari libur, pengunjung hanya diberi waktu 45 menit (bahkan kurang) mulai dari naik perahu di dermaga sampai kembali ke tempat semula. Kalau melebihi jatah waktu, bakal kena denda. Menyebalkan ya :-(.
*****
Pangandaran memang memikat. Kondisi alamnya yang rata-rata berupa pegunungan dan bebatuan menyebabkan banyak sekali sungai plus gua yang terbentuk dengan airnya yang jernih kehijauan toska sampai kebiruan. Tempat-tempat itu berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata bodyrafting atau river tubing. Kalau di Green Canyon tadi kami tidak basah-basahan, maka sekarang kami akan main air di Gua Lanang, Desa Selasari. Walaupun masih satu kawasan, Gua Lanang ini memang tidak sepopuler Citumang ataupun Santirah. Bagi yang ingin suasana lebih tenang tentu di sini tempat yang tepat, karena pengunjungnya masih sedikit.
[caption caption="Selamat datang di Objek Wisata Gua Lanang (Dok. Yani)"]
Â
[caption caption="Jalan menuju pos Gua Lanang (Dok. Yani)"]
Untuk mencapai Goa Lanang dari jalur utama Pangandaran-Cijulang, kita harus melalui jalan menembus pedesaan, kebun dan sawah. Keadaan jalan tidak terlalu bagus, sehingga perjalanan dengan mobil bisa menghabiskan waktu hampir 1 jam. Pemandangan di sekeliling begitu segar dan memanjakan mata, bebas polusi juga tentunya. Pos wisata Gua Lanang hanya berupa rumah kayu, terletak di pinggir sebuah sawah. Waktu kami datang, ada tiga orang perempuan yang juga akan berwisata seperti kami. Akhirnya rombongan kami bergabung bersama mereka. Sebelum terjun ke sungai, kami dilengkapi dengan pelampung (minus helmet) dan sebuah ban serta diberi sedikit pengarahan oleh guide. Garis start hanya berjarak sekitar 100 m dari pos. Bagi yang senang loncat-loncatan, bisa turun ke sungai dengan cara jumping setinggi sekitar 10 m dari pinggir jembatan. Kalau saya sih pilih turun ke pinggir sungai saja hehe, meskipun harus berjalan agak jauh menembut semak belukar.
Kali ini kami akan menyusuri sungai memakai ban (river tubing) yaitu dengan duduk di atas ban lalu kaki kita bersandar pada pundak teman kita di ban depannya, begitu seterusnya. Ban-ban ini akan membawa kami menyusuri sungai, tetapi harus ada yang mendorong dari belakang terutama saat aliran sungai tidak terlalu deras atau menabrak batu. Pokoknya asyik banget deh. Pemandangannya luar biasa asri. Kita juga bisa turun dari ban untuk bodyrafting. Wisata menyusuri sungai ini berdurasi sekitar 2-3 jam. Kedalaman sungai bervariasi. Saat tiba di bagian sungai yang sangat dangkal ya kita harus turun dari ban.
[caption caption="Awal start river tubing dilihat dari atas jembatan (Dok. Mety)"]