[caption caption="Rumah adat batak dan Patung Sigale-gale (Dok. Yani)"]
[caption caption="Kampung adat batak (Dok. Yani)"]
[caption caption="Makam Raja Sidabutar (Dok. Yani)"]
*****
[caption caption="Danau Toba di pagi hari (dok. Yani)"]
Pagi itu langit berselimut mendung. Bukit-bukit di sekeliling danau tertutup kabut. Dinginnya udara pegunungan terasa segar di kulit. Sekitar jam 8 pagi, kami meninggalkan Kota Parapat menuju Air Terjun Sipiso-piso di Desa Tongging. Kali ini jalur yang dilalui melewati Simarjarunjung. Jalannya berkelok naik turun bukit seperti jalur Puncak tapi sangat lengang dan bebas hambatan. Terkadang bisa kita temui bekas potongan pohon yang tumbang, jadi harus berhati-hati. Di sini kita bisa menikmati keindahan Danau Toba yang luar biasa sepanjang perjalanan, tepatnya di sisi kiri jalan. Sedangkan di kanan jalan adalah perbukitan dengan hutannya yang masih asri. Di seberang danau, Gunung Sibayak terlihat dari kejauhan, seakan bergeser posisi mengikuti perjalanan kami. Ada sebuah bukit, mirip sekali bentuknya seperti punuk unta menjorok ke danau.
[caption caption="Jalur Simarjarunjung yang lengang dan sepi Dok. Yani)"]
[caption caption="Pemandangan Danau Toba di sisi kiri jalan (Dok. Yani)"]
[caption caption="Panorama yang luar biasa (Dok. Yani)"]
Â
Setelah 3 jam dimanjakan dengan pemandangan Danau Toba, perbukitan dan perkebunan, sampailah di kawasan Air Terjun Sipiso-piso. Air terjun dengan ketinggian sekitar 120 meter ini merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Dari kejauhan, alirannya bisa kita lihat keluar dari tebing karst di dalam tanah, mengalir menuju Danau Toba yang terletak tak jauh dari air terjun. Sisi danau yang terlihat dari atas ini merupakan sisi utara, sepertinya di sanalah Desa Tongging berada. Landscape di sini membuat sungguh membuat kita berdecak kagum. Panorama yang luar biasa bisa kita saksikan dalam satu sapuan pandangan mata. Sayangnya warung tenda yang didirikan di beberapa titik terasa agak mengganggu pemandangan.