Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selayang Pandang Candi Muaro Jambi

22 September 2014   13:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi Muaro Jambi mungkin tidak semegah Borobudur atau setinggi Prambanan. Tapi candi ini merupakan kompleks candi terbesar di Indonesia dengan luasan sekitar 12 km persegi. Memang berbeda dengan candi-candi yang pernah saya datangi di daerah Jawa. Candi ini tidak terbuat dari batu andesit, melainkan dari batu bata. Mungkin karena wilayah Sumatera tidak banyak gunung berapi seperti di Jawa. Jadi sekilas nampak seperti bangunan setengah jadi dan bisa jadi stukturnya tidak sekokoh batu andesit.

Menurut keterangan, situs Candi Muaro Jambi ini terletak di tepian Batanghari, membentang sejauh 7,5 km. Tapi saya sendiri belum bisa membayangkan posisi sungainya itu sendiri di sebelah mana. Karena itulah dari Kota Jambi, candi ini bisa dicapai pula melalui jalur sungai dengan perahu, dan tampaknya jarak tempuhnya lebih singkat dibanding jalur darat. Sedangkan jika melalui jalur darat, jarak tempuh bisa lebih lama, antara 30 menit sampai 1 jam.

Meskipun terkesan biasa saja, tempat wisata ini cukup unik karena terletak di daerah rawa dan areal hutan/perkebunan. Selepas melewati Jembatan Batanghari II, kita akan menyusuri jalan beraspal. Di kanan kiri jalan masih banyak terdapat lahan tidur atau yang baru digarap untuk pembangunan perumahan dan semacamnya. Jalanan semakin menyempit setelah melewati sebuah pertigaan. Ada papan penunjuk bertuliskan Candi Muaro Jambi ke arah kanan. Untuk memperlebar badan jalan, mungkin kedua sisinya harus diurug dengan tanah, karena tempat tersebut merupakan daerah rawa. Di sepanjang jalan suasananya sepi. Tidak tampak rombongan wisatawan menuju arah candi. Hanya sesekali berpapasan dengan pengendara motor lain. Di kanan-kiri banyak hutan karet dan tumbuhan khas rawa yang tumbuh subur.

Menjelang sampai ke areal percandian, di sebelah kiri jalan agak jauh ke dalam,  tampak di antara pepohonan seperti sebuah jembatan dari batu bata. Entahlah, mungkin itu adalah kanalnya. Tak berapa lama, sampailah di gerbang candi. Ternyata suasana di sini berbeda dengan jalan yang sudah dilalui. Di sini ramai, banyak terdapat rumah penduduk. Di wilayah parkiranpun banyak terdapat mobil bahkan adapula bus wisatawan.

Memasuki areal percandian, bagiku terasa seperti memasuki kebun raya. Banyak terdapat tumbuhan dan lapangan berumput. Banyak sekali candi di sini dan semua memiliki nama, tapi tampaknya belum banyak yang dikonstruksi ulang, sehingga terkesan berantakan. Karena keterbatasan waktu, tak banyak candi yang kukunjungi waktu itu. Candi Gumpung merupakan candi pertama yang terlihat. Letaknya tak jauh dari museum. Bentuknya seperti bujur sangkar, berdiri di tengah lapangan rumput yang luas. Saya hanya memotretnya dari kejauhan.

[caption id="attachment_343742" align="alignnone" width="602" caption="Candi Gumpung (Dok. Yani)"][/caption]

Beberapa ratus meter dari Candi Gumpung, ada Candi Tinggi I. Namanya candi tinggi, tetapi bangunannya sendiri tidak terlalu tinggi. Mungkin karena belum jadi, bentuknya mirip rumah yang baru diruntuhkan atapnya. Tak jauh dari Candi Gumpung dan Candi Tinggi I, ada Candi Tinggi. Memang bentuknya lebih tinggi dan megah di antara candi-candi di sekitarnya. Ada sebuah pohon besar di dekatnya. Tepat di depan Candi Tinggi, ada gundukan batu-bata. Mungkin ini candi juga tetapi belum direkonstruksi kembali. Candi Tinggi paling ramai dikunjungi wisatawan karena mereka bisa naik dan berfoto sampai di puncak candi. Banyak stupa-stupa mirip di Candi Borobudur yang tampak di sini. Memang ukurannya kecil, tapi ini mencirikan bahwa Candi Muaro Jambi ini merupakan candi agama Buddha

[caption id="attachment_343744" align="alignnone" width="592" caption="Candi Tinggi I (Dok. Yani)"]

1411343323570277742
1411343323570277742
[/caption]

[caption id="attachment_343745" align="alignnone" width="602" caption="Candi Tinggi I (Dok. Yani)"]

1411343370179843030
1411343370179843030
[/caption]

[caption id="attachment_343746" align="alignnone" width="594" caption="Komples Candi Tinggi (Dok. Yani)"]

1411343422443044380
1411343422443044380
[/caption]

[caption id="attachment_343747" align="alignnone" width="614" caption="papan Candi Tinggi (Dok. Yani)"]

1411343463111200651
1411343463111200651
[/caption]

[caption id="attachment_343748" align="alignnone" width="587" caption="Candi Tinggi dari depan (Dok. Yani)"]

1411343506806071211
1411343506806071211
[/caption]

[caption id="attachment_343749" align="alignnone" width="578" caption="Pohon besar dan stupa di dekat Candi Tinggi (Dok. Yani)"]

1411343559600147887
1411343559600147887
[/caption]

[caption id="attachment_343750" align="alignnone" width="602" caption="Para pengunjung yang naik ke atas candi tinggi (Dok.Yani)"]

1411343672288260462
1411343672288260462
[/caption]

Tampaknya Candi Muaro Jambi ini menjadi pilihan tempat wisata yang diminati warga Jambi. Terbukti dengan ramainya wisatawan yang datang di hari itu. Pengunjung bebas masuk dengan kendaraan motornya sampai ke dekat candi. Banyak pula pedagang minuman (terutama es tebu) dan makanan yang berjualan di sini. Adapula disediakan sepeda yang khusus disewakan bagi pengunjung untuk mengitari kawasan candi. Sayangnya masih banyak yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Masih banyak terdapat sampah bekas bungkus makanan dan minuman yang dibuang sembarangan. Semoga saja ke depannya pengelolaan dan pelestariannya bisa lebih ditingkatkan.

Bogor, 22 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun