Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Refreshing Sejenak di Kampung Naga yang Indah dan Asri

26 Oktober 2014   16:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:41 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampung Naga merupakan sebuah perkampungan tradisional yang masih memegang teguh adat-istiadatnya. Letaknya tak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Garut-Tasikmalaya, tepatnya di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya. Tidak seperti ke Kampung Baduy yang harus jalan berjam-jam naik dan turun bukit, ke tempat ini aksesnya sangat mudah. Cukup hanya menuruni anak tangga sekitar 500 meter dari tempat parkir kita sudah sampai ke kampungnya. Bahkan dari jalan raya pun atap-atap rumahnya sudah bisa dilihat. Cukup praktis buat tempat refreshing, karena suasana di kampung ini sangat tenang dan asri. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat ini, mata kita juga akan dimanjakan oleh pemandangan bukit-bukit, sawah bertingkat dan sungai yang meliuk-liuk bagai ular. Sungguh pemandangan luar biasa indah, apalagi jika kita menempuh perjalanan dengan menggunakan motor.

Saya sendiri sudah dua kali datang ke tempat ini, meski belum sempat berinteraksi langsung dengan penduduk setempat. Yang pertama kali di tahun 2012 (baca : di sini) dan terakhir dua minggu lalu (11/10/14) bersama mbak Ramdiyah. Tidak perlu mengeluarkan uang untuk memasuki kampung ini, kecuali bayar parkir atau jika ingin menyewa guide. Kali ini kunjungan juga di sore hari. Namun dengan suasana yang sedikit berbeda yakni saat cuaca cerah.

[caption id="attachment_349810" align="alignnone" width="598" caption="Rumah khas Kampung Naga (Dok. pribadi)"][/caption]

[caption id="attachment_349812" align="alignnone" width="400" caption="Pemandangan khas : sawah dan rumah Kampung Naga (Dok. Yani)"]

14142884411235493430
14142884411235493430
[/caption]

Sekitar jam 16.30 kami sampai di lokasi parkir menuju Kampung Naga. Tampak rombongan lain sebanyak satu bus sudah lebih dulu sampai di tempat ini. Setelah memarkir motor, kami menuruni anak tangga buatan yang menjadi ciri khas Kampung Naga. Pemandangannya tidak jauh berbeda dengan dua tahun yang lalu. Atap-atap rumah dari ijuk yang menghadap dan memanjang dengan arah yang sama, bahkan letak-letak pohonnya masih belum berubah. Tapi kali ini terlihat lebih indah karena hamparan sawahnya didominasi warna hijau dan kuning. Ada satu pohon yang daunnya berwarna kemerahan dan tampak berkilau keemasan ditimpa cahaya sore hari. Bulir-bulir padi mulai bermunculan di ujung-ujung malainya mulai warna putih, kuning sampai ungu kehitaman. Sungguh cantik.

[caption id="attachment_349813" align="alignnone" width="400" caption="Curug kecil di pinggir sawah (Dok. Yani)"]

14142885071600742226
14142885071600742226
[/caption]

[caption id="attachment_349814" align="alignnone" width="602" caption="Hamparan padi (Dok. Yani)"]

1414288556219369336
1414288556219369336
[/caption]

[caption id="attachment_349815" align="alignnone" width="602" caption="Sungai tempat memancing (Dok. Yani)"]

1414288605669128738
1414288605669128738
[/caption]

[caption id="attachment_349816" align="alignnone" width="602" caption="Sungai Ciwulan yang sedang kering (Dok. Yani)"]

1414288682923815957
1414288682923815957
[/caption]

[caption id="attachment_349817" align="alignnone" width="584" caption="Mulai berisi (Dok. Yani)"]

141428876283890990
141428876283890990
[/caption]

[caption id="attachment_349818" align="alignnone" width="611" caption="Rumah di tengah sawah (Dok. Yani)"]

1414288854303984103
1414288854303984103
[/caption]

Beberapa pengunjung tampak sangat menikmati pemandangan sore di tepi sawah sambil berdecak kaguk. Mungkin bagi orang kota, pemandangan seperti ini sungguh luar biasa dan sangat jarang ditemui. Di sebelah kanan jalan tampak sungai Ciwulan yang berasal dari mata air di Gunung Cikuray. Mungkin karena musim kemarau, airnya kering, batu-batu kalinya terlihat jelas. Beberapa orang tampak sedang memancing di dekat pintu air. Sayangnya air di situ tampak kotor dan agak keruh.

Setelah puas memotret padi dan sungai, kami segera memasuki perkampungannya. Rumah-rumah khas Kampung Naga masih tampak sama, jumlahnya tidak ada bertambah ataupun berkurang. Saya tidak tahu apakah Kampung Naga saat ini sudah menggunakan listrik atau belum, tapi tampak antena di atap-atap rumah.

Di tepian kolam, beberapa anak kecil berjalan beriringan membawa handuk. Mungkin mereka hendak mandi. Saya berbelok ke lapangan di depan mushola. Suasananya masih sama. Ada oleh-oleh hasil kerajinan tangan penduduk setempat yang dipajang di depan rumahnya. Tampak beberapa wanita tengah duduk-duduk di depan rumah sambil menunggui dagangan. Mereka tampak acuh dan sesekali memperhatikan pengunjung yang datang. Mungkin mereka sekarang sudah lebih terbiasa dengan kehadiran orang luar. Saya melemparkan senyum ke arah seorang nenek yang duduk sendirian di depan rumahnya, dan iapun membalas senyuman.

[caption id="attachment_349819" align="alignnone" width="569" caption="Pergi mandi (Dok. Yani)"]

14142889212027872813
14142889212027872813
[/caption]

[caption id="attachment_349820" align="alignnone" width="602" caption="Kerajinan khas Kampung Naga (Dok. Yani)"]

14142889771449593320
14142889771449593320
[/caption]

[caption id="attachment_349822" align="alignnone" width="588" caption="Aktivitas warga (Dok. Yani)"]

1414289290657270642
1414289290657270642
[/caption]

[caption id="attachment_349823" align="alignnone" width="602" caption="Mushola (Dok. Yani)"]

14142893451792932565
14142893451792932565
[/caption]

[caption id="attachment_349824" align="alignnone" width="612" caption="Bermain bulu tangkis (Dok. Yani)"]

14142893951705481765
14142893951705481765
[/caption]

[caption id="attachment_349825" align="alignnone" width="614" caption="Melongok dari balik jendela (Dok. Yani)"]

1414289434375037342
1414289434375037342
[/caption]

[caption id="attachment_349828" align="alignnone" width="614" caption="Jendela rumah Kampung Naga (Dok. Yani)"]

14142896851943215468
14142896851943215468
[/caption]

Mushola tampak sepi dan tidak terlihat ada kegiatan di dalamnya. Saya tidak tahu apakah dipakai setiap saat atau tidak. Mengingat waktu sholat mereka agak berbeda dengan orang islam pada umumnya karena masih banyak mendapat pengaruh dari adat istiadat setempat. Beberapa anak kecil sedang asyik bermain depannya sambil berceloteh dalam bahasa sunda. Tak jauh dari mushola, dibuatlah sebuah lapangan sederhana di atas tanah. Sudah dilengkapi dengan net dan garis-garis dari kayu bambu. Empat orang anak laki-laki sedang bermain badminton di atasnya. Di bagian rumah yang lain, beberapa anak perempuan sedang berkumpul. Mereka senyum-senyum melihat kedatangan kami. Ada pula yang sedang mengintip dari jendela kayu dari dalam rumahnya. Sungguh suasananya tampak seperti perkampungan biasa, sangat asri dan tenang.

[caption id="attachment_349827" align="alignnone" width="614" caption="Senangnya berada di pinggir sawah (Dok. Yani)"]

14142895501390265239
14142895501390265239
[/caption]

[caption id="attachment_349826" align="alignnone" width="395" caption="Tangga di Kampung Naga (Dok. Yani)"]

1414289505559654653
1414289505559654653
[/caption]

Mungkin sekitar satu jam kami berada di Kampung Naga. Tak terasa hari mulai gelap. Kami buru-buru membeli oleh-oleh khas kampung itu berupa gelang dan gantungan kunci dari batok kelapa bertuliskan “Kampung Naga”. Menjelang maghrib kami menyudahi kunjungan ke kampung Naga. Matahari sore sudah mengilang di balik bukit dan warna langitpun memudar. Perlahan sawah mulai gelap. Bergegas kami menaiki tangga dan berhenti sejenak untuk minum es kelapa dan sholat maghrib di mushola atas sebelum pulang.

Tidak perlu susah-susah memang untuk mencari tempat indah di Indonesia, jangan lupa kunjungi website Indonesia Travel.

Bogor, 26 Oktober 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun