Mohon tunggu...
Ary Anggraeni
Ary Anggraeni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka makan,renang, nonton dan travelling. Bekerja di Universitas Paramadina sebagai pustakawan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terlambat Menikah...why not?

27 November 2013   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:38 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi dari kata terlambat adalah lewat dari waktu yang telah ditentukan, lalu bagaimana apabila terlambatnya itu adalah terlambat menikah? atau bahkan tidak menikah? Atau kenapa perempuan masa kini lebih banyak yang memilih untuk berkarir, atau melanjutkan pendidikan terlebih dahulu ketimbang berkeluarga? Normalnya, setiap orang (terutama wanita) pasti ingin menikah dengan orang yang dicintai dan hidup bahagia selamanya. Masalahnya, tidak semua orang mengalami perjalanan cinta yang mulus. Target usia menikah sudah lewat namun belum juga memiliki calon pendamping yang tepat. Selain itu dalam tradisi kita, seorang wanita yang terlambat menikah bisa jadi aib bagi masyarakat, masyarakat melabelinya dengan predikat yang merendahkan, hal ini tentu bisa membuat wanita yang mengalaminya menjadi resah dan gelisah.

Sebenarnya apa yang ada di pikiran para wanita yang membuat mereka terlambat untuk menikah? Faktanya, selain keinginan memperoleh penghasilan sendiri dan menjelajahi dunia, hidup mandirilah yang kerap menjadi alasan utama mereka untuk menunda pernikahan. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa pada dasarnya kaum perempuan sangat menginginkan sebuah pernikahan yang sempurna.

Berikut ini ada beberapa alasan wanita menunda pernikahan:

1. Membiayai keperluan rumah tangga

Banyak orang berpikir bahwa wanita yang bekerja adalah seorang workaholic atau gila kerja. Padahal, di balik itu semua pasti ada alasan tertentu yang menyebabkan mereka menunda pernikahan. Misalnya, bekerja karena harus membantu keuangan orangtua untuk membiayai keperluan rumah tangga, atau untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti membeli sepatu, tas, make up, dan lain-lainnya.

2. Trauma masa lalu

Alasan yang sering diutarakan perempuan adalah trauma atas kejadian masa lalu. Misalnya, pernah disakiti sehingga menimbulkan luka di hati. Kenangan buruk masa lalu awalnya memang sulit dilupakan, dan butuh waktu untuk mengalihkan semua memori tersebut. Yang perlu Anda ingat, bagaimana pun juga hidup harus terus berlanjut. Tak ada gunanya berlarut-larut terperangkap dalam kenangan buruk, bukan?


3.Belum mampu

Mungkin Anda sudah memiliki pasangan, tetapi belum juga berani mengambil keputusan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bisa karena biaya pernikahan yang belum juga mencukupi. Dalam hal ini, keputusan Anda terbilang tepat, ketimbang memaksakan diri menikah, tetapi setelahnya Anda harus terbebani hutang seumur hidup.

4. Bahagia dengan kesendirian

Senang dan menikmati kehidupan lajang Anda, karena setiap hari ada petualangan baru yang selalu menunggu Anda. Seperti travelling, hangout dengan teman, atau sekedar membaca di coffee shop. Orang yang merasa bahagia dengan kesendiriannya kerap menganggap pernikahan bukanlah suatu hal yang penting. Nyatanya, tak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang bahagia dengan kesendiriannya.

Seperti kita ketahui pernikahan bukanlah suatu hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus dihadapi, sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status dari lajang menjadi seorang istri, yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus sepanjang pernikahan (Hurlock, 1993). Individu yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan pernikahan, akan lebih mudah menerima dan menghadapi segala konsekuensi yang timbul dalam pernikahan (Landis and Landis, 1963). Sebaliknya, individu yang belum memiliki kesiapan menuju kehidupan pernikahan, belum dapat disebut layak untuk melakukan pernikahan, sehingga mereka dianjurkan untuk melakukan penundaan atau pendewasaan usia pernikahan.

Bagi umat muslim kita harus yakin bahwa masalah jodoh adalah rahasia Allah, kita tidak akan pernah tahu siapa jodoh kita. Kita harus meyakini bahwa Allah pasti akan mempertemukan seseorang yang akan menjadi pendamping hidup kita bila saatnya telah tiba. Tetapi untuk mendapatkan sesuatu yang baik, tentunya tidak mungkin bisa didapatkan kecuali diawali dengan baik, dan dengan proses yang baik-baik pula. Begitu pula untuk mendapatkan jodoh, harus dilakukan melalui cara yang baik dengan tidak melanggar syariat, sesuai pedoman Al-Quran dan tuntunan yang diajarkan Rasulullah Saw. Selain itu karena jodoh kita nanti adalah cerminan dari diri kita, kita juga harus memperbaiki diri baik jasmani dan rohani, yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya, Sesuai dengan firman Allah:

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” ( An-nur : 26 )

Oleh karena itu bagi para wanita, daripada resah dan gelisah menunggu jodoh yang tak kunjung datang, lebih baik kita manfaatkan waktu kita untuk sesuatu yang lebih positif, bekerja dengan giat untuk mempersiapkan finansial yang cukup dan mental diri agar nantinya pernikahan bisa lebih bahagia.

sumber:

[1]http://www.wartanews.com/lifestyle/24e91b61-c569-d3fc-d8ab-6c0c6d3db810/nih-alasan-wanita-menunda-pernikahan

[2]http://www.averroes.or.id/research/hubungan-sikap-terhadap-penundaan-usia-perkawinan-dengan-intensi-penundaan-usia-perkawinan.html

[3] http://kerudunghati.wordpress.com/2011/05/15/menanti-jodoh-datang/

[4]http://farieznaufal.blogspot.com/2012/10/siapakah-yang-kelak-jadi-jodohku.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun