Mohon tunggu...
Aryanda Putra
Aryanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika Kesalahan dan Kebenaran bisa untuk didialogkan, kenapa harus mencari-cari Justifikasi untuk pembenaran sepihak. Association - A Stoic

Ab esse ad posse

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Keselarasan Pusat dan Daerah; Momentum Emas Bukittinggi menuju Pembangunan Berkelanjutan 5 Tahun Kedepan

16 November 2024   01:00 Diperbarui: 16 November 2024   08:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis: Aryanda Putra

Pernahkah kita bertanya, seberapa jauh keberhasilan pembangunan daerah bergantung pada keselarasan politik antara pemerintah pusat dan daerah? 

Apakah benar bahwa kesamaan partai pemenang antara pusat dan daerah bisa menjadi kunci percepatan pembangunan, atau justru menjadi jebakan dalam bentuk program-program yang hanya berjalan di atas kertas? Apakah keselarasan politik ini membuka pintu lebar bagi kemajuan, atau justru hanya menciptakan ruang kosong yang menunggu diisi dengan janji-janji politik? 

Dalam konteks Bukittinggi, siapakah kandidat Walikota yang punya keselarasan politik antara Pemerintah Pusat dan Daerah? Ya, satu diantara empat kandidat itu adalah Erman Safar dan pasangan nya Heldo Aura. Ini menarik untuk di bahas lebih lanjut.

Dalam tulisan ini, saya ingin mengulas bagaimana agenda pembangunan yang selalu digadang-gadang pada periode kedua kepemimpinan Erman Safar jika terpilih kembali pada Pilkada 2024 ini. Tentu sebagai kandidat yang selaras arah politiknya dengan pemerintah pusat di bawah Presiden Prabowo Subianto yang notabene juga sebagai Ketum Parpol Gerindra, akan ada garansi bahwa pemerintahan nya nanti bisa berjalan dengan baik, atau malah menjadi mimpi yang tak terwujud.

Dalam hemat saya, pembangunan daerah pada periode kedua kepemimpinan Erman Safar nanti, jika terpilih kembali pada Pilkada 2024, memiliki potensi yang sangat signifikan. Salah satu faktor utama yang mendukung ini adalah kekuatan politik partai pemenang yang sejalan antara pusat dan daerah. 

Artinya, tidak hanya ada dukungan dari pemerintah daerah, tetapi juga sinergi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang lebih mudah diakses dan diimplementasikan.

Contoh konkret yang bisa dilihat adalah bagaimana pembangunan di daerah-daerah yang dipimpin oleh kepala daerah yang memiliki kedekatan dengan partai penguasa pusat sering kali mendapat perhatian lebih dalam hal alokasi anggaran. 

Sebagai contoh, pada masa kepemimpinan Presiden Jokowi, banyak daerah yang dipimpin oleh kepala daerah dari partai yang sama berhasil mendapatkan infrastruktur yang lebih baik, seperti pembangunan jalan tol, rumah sakit, dan sekolah baru. Koneksi politik yang kuat antara pusat dan daerah mempercepat realisasi anggaran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas layanan publik.

Mari kita lihat sektor-sektor yang jadi fokus pembangunan pada kepemimpinan kota Bukittinggi selanjutnya, yang di antaranya mencakup pendidikan, kesehatan, layanan publik, pariwisata, sarana olahraga, dan peningkatan ekonomi kerakyatan. Jika kita melihat konteks pembangunan sebelumnya, Bukittinggi sudah cukup menunjukkan upaya dalam memperbaiki infrastruktur dasar dan sosial. 

Namun, banyak yang merasa bahwa ada potensi yang masih bisa digali lebih dalam, terutama di sektor-sektor yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. 

Dengan keselarasan partai antara pusat dan daerah kali ini, pemerintah daerah dapat dengan lebih mudah memperoleh alokasi anggaran serta dukungan kebijakan yang lebih komprehensif. Ini terlihat pada peningkatan jumlah dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) yang diterima, yang diharapkan mampu mendorong percepatan pembangunan di berbagai sektor.

Dalam sektor pendidikan, misalnya, Bukittinggi kini memiliki potensi lebih besar untuk meningkatkan kualitas fasilitas belajar, seperti pengadaan laboratorium dan teknologi pendukung untuk sekolah-sekolah. 

Di banyak kota, pemerintah pusat sering mengalokasikan dana tambahan untuk pengembangan kurikulum berbasis teknologi atau fasilitas sekolah di kota-kota yang memiliki hubungan sinergis dengan pusat. 

Erman Safar juga berpeluang untuk meningkatkan kualitas SDM di Bukittinggi melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan sekolah. Dengan dukungan dari pusat, program-program beasiswa, pelatihan guru, serta pembangunan fasilitas pendidikan yang lebih baik bisa lebih cepat terealisasi.

Di daerah lain, seperti di Yogyakarta, kolaborasi serupa antara pemerintah daerah dan pusat telah menghasilkan fasilitas pendidikan yang lebih baik dan lebih inklusif, serta peningkatan kualitas pendidikan yang signifikan.

Di bidang kesehatan, Bukittinggi juga berpeluang memperluas akses layanan kesehatan masyarakat dengan dukungan dana yang lebih kuat. Kota ini dapat mencontoh beberapa daerah seperti Yogyakarta, di mana keselarasan antara pusat dan daerah berhasil membangun fasilitas kesehatan yang lebih merata dan program layanan kesehatan gratis atau bersubsidi bagi masyarakat. Ini penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mendukung produktivitas ekonomi jangka panjang.

Pariwisata dan olahraga adalah sektor lain yang berpotensi besar untuk tumbuh pesat. Bukittinggi dengan keindahan alam dan warisan budayanya memiliki kesempatan untuk menjadi tujuan wisata yang lebih populer. Dengan kemudahan birokrasi dan dukungan pendanaan, fasilitas wisata, seperti taman kota, pusat budaya, atau atraksi baru, bisa dibangun untuk menarik wisatawan, sama seperti yang dilakukan di Bali atau Banyuwangi. 

Begitu pula dalam olahraga, dengan adanya alokasi anggaran yang lebih besar, pemerintah daerah bisa membangun sarana olahraga yang lebih lengkap dan berkualitas. Hal ini terbukti efektif di daerah lain, seperti di Semarang yang memiliki stadion dan lapangan olahraga baru sebagai wujud dukungan pembangunan dari pusat, sehingga mengundang acara olahraga nasional dan internasional.

 Pembangunan infrastruktur pariwisata yang terintegrasi dengan sarana olahraga yang memadai bisa juga dapat menarik wisatawan lebih banyak, sekaligus mendukung ekonomi lokal. Di Bali, misalnya, mereka telah berhasil memadukan pengembangan sektor pariwisata dengan fasilitas olahraga yang mendukung gaya hidup sehat dan menjadi daya tarik tambahan.

Yang tidak kalah penting adalah peningkatan ekonomi kerakyatan. Dengan adanya dukungan dari pusat dalam bentuk program pengembangan UMKM, pelatihan keterampilan, serta pemberdayaan ekonomi lokal, Bukittinggi bisa menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat sektor ekonomi yang berbasis pada potensi lokal.

 Kota-kota seperti Malang, yang fokus pada pemberdayaan UMKM dan pengembangan ekonomi kerakyatan, serta dukungan terhadap pelaku Ekonomi Kreatif, sudah membuktikan bahwa pendekatan seperti ini bisa memberi dampak langsung kepada masyarakat.

Pada akhirnya, dengan adanya keselarasan politik antara pusat dan daerah, Bukittinggi memiliki peluang emas untuk mengejar ketertinggalan dan membangun fondasi yang kuat di berbagai sektor.

Namun, tentu saja keselarasan politik ini bukan berarti tanpa tantangan. Di satu sisi, keuntungan dari kesamaan partai pemenang antara pusat dan daerah memang seperti paket "semua ada di dalam kotak"; tapi di sisi lain, hal ini juga bisa menjadi pedang bermata dua. Apa jadinya kalau bukannya mempercepat pembangunan, malah jadi ajang saling lempar tanggung jawab atau "sekadar menunggu instruksi pusat"?

Di sektor pendidikan, misalnya. Jangan sampai kesempatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini hanya menghasilkan ruang-ruang belajar baru yang kosong, atau program pelatihan guru yang hanya sekadar "hadir-absen" tanpa ada dampak nyata bagi siswa. 

Sebagai contoh, di beberapa daerah lain, tidak sedikit anggaran pendidikan menguap hanya untuk hal-hal teknis tanpa memperbaiki kualitas pembelajaran itu sendiri. Jadi, perlu diingat bahwa keselarasan ini bukanlah "tiket gratis" menuju kemajuan pendidikan jika tidak disertai dengan program yang betul-betul berdampak.

Begitu juga di bidang kesehatan. Bukan tidak mungkin bahwa alokasi anggaran yang lebih besar malah berakhir pada pembangunan gedung-gedung megah tanpa memastikan layanan kesehatan yang ramah dan efektif bagi masyarakat. 

Apakah kita akan melihat layanan kesehatan dengan fasilitas canggih yang sayangnya kurang aksesibilitas bagi warga? Atau puskesmas-puskesmas baru yang hanya indah di luar, tetapi kosong di dalam? Sungguh akan sangat disayangkan bila keselarasan politik ini hanya menjadi sarana "bersolek" tanpa memperhatikan kebutuhan riil masyarakat.

Di sektor pariwisata, peluang pengembangan yang lebih besar ini jelas bisa menjadi magnet ekonomi baru untuk Bukittinggi. Namun, mari berharap agar pengelolaan pariwisata tidak sekadar berfokus pada jumlah wisatawan, tetapi juga keberlanjutan lingkungan dan kenyamanan penduduk lokal. 

Kalau tidak, bukannya mempercantik Bukittinggi, malah akan ada potensi merusak alam dan budaya setempat, sebagaimana terjadi di beberapa daerah lain yang lebih mirip "taman hiburan dadakan" daripada destinasi wisata berbudaya.

Dan soal sarana olahraga—apakah akan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, atau hanya jadi fasilitas "pameran" saat kunjungan pejabat tinggi? Misalnya, di daerah lain, kita sering melihat stadion baru yang luar biasa megah, tetapi jarang dipakai oleh warga sekitar. Fasilitas olahraga seharusnya menjadi tempat yang hidup, dimanfaatkan masyarakat setiap hari, bukan sekadar bangunan besar yang "seksi" dalam promosi pemerintah.

Dan soal ekonomi kerakyatan, ini adalah sektor yang benar-benar bisa membawa perubahan besar. Tapi kembali lagi, jangan sampai pembangunan ekonomi kerakyatan hanya jadi slogan kosong yang diulang-ulang. 

Memang benar, UMKM bisa jadi motor penggerak ekonomi lokal, tapi kalau program pelatihan dan dukungannya tidak berbasis pada kebutuhan nyata masyarakat, ya hasilnya pun akan biasa saja. Jangan sampai Bukittinggi terjebak dalam siklus pembukaan program UMKM yang sukses di kertas, tetapi gagal dalam praktiknya. Program pelatihan tanpa pendampingan yang cukup hanya akan jadi tempat para pelaku usaha kecil berharap, lalu kecewa karena tidak bisa berkembang

Secara keseluruhan, agenda pembangunan di periode kedua Erman Safar (nanti) memiliki potensi yang besar untuk membawa Bukittinggi ke arah yang lebih baik. Namun, kunci keberhasilan terletak pada implementasi yang tepat sasaran dan sinergi antara kebijakan daerah dan pusat. 

Jika semua sektor yang direncanakan dapat berjalan sesuai harapan, maka pembangunan ini bisa membawa dampak positif yang nyata bagi masyarakat Bukittinggi dalam jangka panjang.

Billahitaufiqwalhidayah

Penulis:

Aryanda Putra - Aktivis Pemuda Bukittinggi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun