kembali setelah lebih satu dasawarsa
Ku susuri jalanan desa
Berpayung teriknya sang surya
Menembus pekat debu jalanan
Dan hilir mudik kendaraan.
Telah banyak yang berbeda
Aku kembali pulang
Mencari  serpihan yang hilang
Bersamamu yang tinggal kenang
Jalan tanah itu sudah tak ada
Jejak ban sepeda kita yang jelas saat tanah basah.
Terpendam dalam beberapa lapisan.
Jalanan ini masih menyimpan
Kisah kita yang tinggal kenangan.
Lebih satu dasawarsa
Wajah wajah  yang melewatinya
Tak lagi sama
yang kutemuipun tak satu jua
 tak satupun lagi aku mengenalnya.
Luka itu masih aku rasaÂ
Tak hendak ingin mengembalikanya
Biarlah tertinggal untuk menjadi satu satunya yang tersisa untuk aku punya.
Setelah hilang belahan belahan jiwa yang ku puja.
Kamu dan dia entah dimana kini berada.
Pertemuan itu jelas akan mengorek kembali luka lama .
Aku memilihnya. Sakit itu membuatku bahagia karena kamu yang telah menorehnya .
Belahan hatiku yang kau bawaÂ
Ingin ku tahu apa kabarnya
Sekalipun hanya suara yang tak ku kumiliki darinya  sekian lamaÂ
Lebih sudah satu dasawarsa.
Kupendam rindu sejuta tanya
Shafa dimana?????
Belahan jiwa curahan segenap rasa
Segala rindu yang kupunya telah menjadi miliknya lebih satu dasawarsa
Kini aku kembali melewati jalan jalan ini yang dulu kerap kita lalui sekedar berboncengan dengan sepeda tua menyusuri pematang hingga hari berubah petang.
Aku berhenti  di sini
Di tempat ini
Tempat kita dulu selalu membuat janji
Kali ini aku tak berharap menemuimu lagi.
Aku berharap serpihan hati yang kau bawa pergi akan melewati jalan ini.
Jangan takut .
Seperti apa yang kau ingini selama ini
Tak akan ku Temui belahan hati..
Cukuplah kulihat dari kejauhan yang tersembunyi.
Seperti yang kau lakukan padanya selama ini.
DIANA SHAFAAINI DESVIANA PADMAWATI WARDANI SETIYAWAN
Pintu pintu dan halaman yang ku datangi tak ada yang memberikan jawaban.
Belum juga nampak pemilik hatiku lewat.
Entah kenapa hatiku berdebar semakin hebat seperti dulu saat saat menunggumu di tempat ini.
Rinduku menumpuk setebal debu jalanan ini tapi tak lagi untukmu.
Namun untuk yang sedang ku tungguÂ
Yang akan melalui tempat dimana dulu aku menunggumu.
Tempat yang sama namun waktu dan orang yang berbeda.Â
Karena untukmu semua telah berlalu.....
Cukup menjadi masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H